Memang, buat apa juga Jokowi harus peduli. Biarkan saja semua ribut-ribut diluar Istana sana. DPR yang begitu ngotot ingin mempretelin KPK, atau Panglina TNI yang koar-koar tetangga tentang adanya pesanan 5000 senjata ilegal yang akan masuk ke Indonesia, lalu dibantah oleh Wiranton, atau menggaungnya isu PKI yang goreng terus oleh lawan politik Jokowi, semua ribut-ribut itu, tidak akan pernah berhasil menghentikan Jokowi untuk bekerja.
Jokowi seolah sudah kebal dengan semua gelitik-gelitik yang dilancarkan oeh lawan politiknya. Poke-poke yang bertubi-tubi dilancarkan pada Jokowi, tidak membuat Jokowi berang lantas melawan. Semua Jokowi biarkan. Jokowi membiarkan dengan alasan bahwa semua itu sudah punya tempatnya masing-masing, sudah ada kementeriannya masing-masing. Jokowi hanya seorang presiden yang hanya akan menjalankan tugas presiden. Yaitu bekerja meningkatankan perekonomian rakyatnya, membangun sarana yang belum pernah ada, menyelesaikan pekerjaan yang terbengkalai sisa keperjaan presiden sebelumnya yang tidak pernah selesai. Dan membayar hutang Ibu Pertiwi pada rakyat tanah Papua.
Dulu, semua presiden sebelum Jokowi, semuanya selalu merasa menjadi penguasa. Sampai-sampai, setiap masalah yang terjadi di luar Istana yang dengan sengaja atau tidak sengaja tidak terselesaikan, selalu beujung di meja bundar di Istana.Dan presiden di paksa untuk membuat keputusan dan masalah seolah selesai. Beberapa tahun kemudian, keputusan yang dibuat presiden terkesan salah, maka presiden dijadikan bulan-bulanan. Misalnya saja Presiden Habibie dengan keputusannya atas lepasnya Timor-Timur, Presiden Gusdur dengan memberi kebebasan yang sama pada etnis Cina, Presiden Megawati dengan keputusan penjualan Satelit Indonesia dan segudang keputusan yang dibuat oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono selama 10 tahun memerintah Indonesia.
Tidak halnya dengan Jokowi.
Dari sejak Jokowi masuk Istana, banyak pihak berusaha memojokkan dia dengan segala macam masalah. Usaha pemojokan yang pertama adalah masalah keseleo lidah Gubernur DKI Jakarta. Berjilid-jilid aksi unjuk rasa memaksa Jokowi untuk bersuara dan mengambil keputusan seperti apa yang diminta pihak pengunjuk rasa. Tapi dengan santai Jokowi bilang, “Saya tidak akan intervensi. Biarkan Hukum yang bicara. Kalau Pak Gubernur terbukti salah silahkan prosesnya dilanjutkan!”. Dan tanpa campur tangan pihak Istana, masalah Gubernur Jakarta akhirnya selesai sudah.
Sebelum masalah Gubernur DKI Jakarta, Jokowi juga pernah dipojokkan dengan tuduhan dirinya yang dianggap keturunan PKI dan didesak untuk melakukan tes DNA. Apa yang Jokowi lakukan? Dia hanya mengeluarkan instruksikan pada Kepolisian dan TNI untuk menggebuk setiap gerakan yang terkait dengan PKI.
Pokoknya, sejak Jokowi jadi Presiden Indonesia, setiap ada kejadian, semuanya jadi salah Jokowi. Dan tidak tanggung-tanggung, mau besar ataupun kecil kesalahan yang dituduhkan, tuntutatnya selalu sama, Jokowi harus lengser.
Tapi, apa Jokowi peduli pada semua seruan, tuntutan dan teriakan-teriakan itu? TIDAK! Karena di kabinetnya dia, semua sudah ada bagian-bagiannya. Masalah sembako, ada Menko Ekuin, ada Menteri Perdanganan. Masalah Freeport dan Pelindo, ada Menteri BUMN. Masalah penyebaran hoax, ada kepolisian. Masalah PKI ada TNI, Menhankam, Menkopolkam. Masalah kelompok radikal, ada NU dan Banser dan kepolisian dan TNI. Urusan kuat atau lemahnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang dunia, ada Menteri Keuangan.
Kabinet Jokowi memang tidak seramping seperti yang direncanakan. Tapi gendutnya kabinet Jokowi membuat semua masalah ditangani oleh bagian-bagiannya yang lebih ahli.
Jokowi hanya menerima laporan dan memberikan saran, masukan dan teguran pada para jajaran kabinetnya.
Lalu Apa Yang Jokowi Pedulikan?
kepedulian Jokowi sama dengan kepedulian rakyat Indonesia yang waras yang peduli pada pembangunan dan perubahan bangsa dan negara Indonesia menuju Indonesia baru. Tidak hanya Jokowi, seluruh rakyat Indonesia tahu bahwa negara ini begitu jauh tertinggal dalam hal pembangunan dari sisi infrastruktur dan mental bangsa.
Siapa yang tidak akan heran, bagaimana bisa negara sebesar Indonesia bisa dikadalin oleh negara sekecil Singapura dan Malaysia? Itu yang menjadi kepedulian Jokowi. Indonesia bukan lagi negara yang bisa dipecundangi seperti tahun-tahun sebelumnya.
Dan iya, Jokowi sangat peduli pada Papua dan daerah terluar di Indonesia. Jokowi hanya peduli bahwa selama kekuasaan ada digenggamannya dia, kota-kota di Indonesia, mulai dari Sabang sampai Merauke harus bisa disambungkan melalui darat, udara dan laut.
Jokowi juga peduli pada kesulitan rakyat setiap kali berurusan dengan birokrasi. Peribahasa yang begitu populer di masa lalu, “Kalau bisa dipersulit, kenapa harus dipermudah?” tidak berlaku lagi di jaman Jokowi.
Kesejahteraan rakyat Indonesia juga menjadi kepedulian Jokowi. Ditengah hiruk pikuknya berbagai macam isu yang berkembang ditengah-tengah masyarakat, Jokowi terlihat asyik-asyik saja membagi-bagikan sertifikat tanah, kartu-kartu sakti pemerintah dan membagi-bagikan sepeda pada setiap kunjungan yang dia lakukan setiap saat.
Dan Jokowi sangat peduli pada penguatan KPK! Korupsi adalah kejahatan yang luar biasa, itu yang Jokowi katakan dan rakyat Indonesia tahu persis bahwa yang membuat pembangunan negara ini selalu mundur kebelakang karena budaya korupsi yang menjamur dikalangan pejabat negara. Dukungan Jokowi selaku Presiden Indonesia, sangat amat berarti bagi satu-satuang lembaga anti rasuah yang bisa dipercaya oleh rakyat.
Untuk membuat semua kepedulian Jokowi tercapai, Jokowi tidak peduli berapapun besarnya anggaran yang diperlukan. Jokowi memecut seluruh jajarannya untuk menggalakkan semua aturan yang bisa mengawal proses masuknya pendapatan negara diaplikasikan dilapangan. Menteri keuangan, Menteri BUMN, KPK, Menteri KKP, Menteri ESDM, termasuk kepolisian dipecut untuk menegakkan peraturan dilapangan. Dan jika masih kurang, Jokowi akan berhutang. Yang pasti, Jokowi seperti terobsesi bahwa ketika dirinya turun dari jabatan sebagai presiden, infrastruktur di Indonesia sudah bisa dikatakan lengkap dan mampu bersaing dengan negara manapun di dunia!
Itulah Jokowi kita! Jokowi tahu mana yang harusmenjadi perhatian dia sebagai presiden. Mana yang bisa diselesaikan oleh anak buahnya.
Makanya, ketika Pansus KPK ingin bertemu dengan dia, Jokowi dengan tegas menolak karena itu bukan bagian dari ranahnya.