“Kita tidak boleh alergi dengan kritik, sekeras apapun kritik itu disampaikan kepada pemerintah, karena kritik itu adalah obat kuat bagi siapapun yang memegang pemerintahan,” kata Seskab.
Ia menjelaskan, pemerintahan yang tidak dikritik biasanya akan menjadi seenaknya, semena-mena, merasa menjadi besar. Dan begitu merasa menjadi besar apalagi menjadi raja-raja di daerah, seperti bupati dan wali kota, lupa menjalankan pemerintahannya secara baik.
Ketika dia (pemerintah, red) tidak menjalankan pemerintahannya secara baik, menurut Seskab, maka yang terjadi adalah makin banyaknya pemimpin daerah yang tersangkut kasus korupsi.
Karena itu, Seskab Pramono Anung menegaskan, pemerintah harus menggunakan kritik untuk memperkuat dirinya.
Ia menunjuk contohn kritik terhadap anggaran yang digunakan untuk pelaksanaan IMF-WB Annual Meeting di Bali, awal bulan Oktober ini. Karena kritik tersebut, menurut Seskab, pemerintah jadi sangat berhati-hati dalam menggunakan anggaran.
“Bahkan saking berhati-hatinya, mobil-mobil yang dipakai oleh Presiden Bank Dunia, Direktur Utama IMF menggunakan mobil sewaan, karena pemerintah tidak mau mengeluarkan biaya untuk mobil baru,” terang Seskab.
Namun Seskab mengingatkan, kebebasan memberikan kritik dalam perkembangan teknologi harus dijaga, tidak boleh terlalu overdosis. Dan yang paling penting, kritik itu harus berdasarkan fakta.
Tampak hadir dalam kesempatan itu Rektor Universitas Negeri Padang Prof. Drs. H. Ganefri, M.Pd., Ph.D, para pimpinan program studi di Universitas Negeri Padang, dan segenap civitas akademika universitas tersebut. (DND/DID/ES)