Masih hitungan hari sejak pelantikan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DKI. Jakarta. Pasangan pemimpin yang sampai hari ini tetap tampak harmonis, intim dan sering mengumbar kemesraan dengan kebersamaan yang seakan tidak terpisahkan.
Memang wajar jika pemimpin tidak dapat memenuhi segala undangan kegiatan dari para konstituen yang telah mati-matian untuk memenangkannya. Kejadian seperti ini sering terjadi diberbagai daerah. Kegiatan pemimpin yang sangat padat berdampak dengan semakin memuncaknya kekecewaan para pendukung pemimpin tersebut.
Sebelumnya, Para buruh yang tergabung dalam Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) telah menyatakan secara terbuka kekecewaannya terhadap pasangan pemimpin yang didukung oleh partai Gerindra, PKS serta PAN yang tergabung di putaran ke 2 (dua). Tidak hanya mengungkapkan kekecewaan karena tidak menepati kesepakatan dalam kontrak politik terkait Upah Minimum Provinsi (UMP).
Para buruh mendeklarasikan pencabutan ataupun penarikan dukungan mereka terhadap pasangan pemimpin yang merupakan perpaduan seorang akademis dan pengusaha kaya ini. Walaupun sudah dikatakan terlambat para buruh ini menyadari seperti apa sebenarnya karakter pemimpin yang diperjuangkannya. Paling mengherankan para buruh menyatakan bahwa gubernur sebelumnya yakni Ahok jauh lebih berani mengambil keputusan berpihak kepada rakyat daripada pemimpin mereka saat ini. Semoga saja dapat berdampak positip kedepannya supaya Anies dan Sandi tidak mengecewakan masyarakat.
Jika sahabat ingin membaca artikel yang telah dibuat penulis terkait kekecewaan buruh, Silahkan klik dan membaca artikel ini :
Tidak menunggu waktu yang lama akhirnya pihak-pihak yang kecewa terhadap Anies akhirnya bertambah. Kali ini yang mengakui kekecewaannya adalah dari pendukung setia dan loyal yang tergabung dalam Alumni 212 yang menggelar peringatan Aksi 411. Kegiatan ini dilaksanakan untuk mengenang 1 tahun perjuangan alumni 212 untuk memasukkan Ahok kedalam penjara.
Kegiatan ini dilaksanakan di Masjid Al-Azhar, Jakarta Selatan. Kekecewaan Alumni 212 diakibatkan oleh Anies tidak menghadiri undangan dengan tidak memberikan alasan ketidakhadirannya. Padahal para pendukung tersebutlah yang secara kasat mata yang menghantarkan Anies bersama Sandi dapat melenggang duduk di kursi penguasa DKI. Jakarta.
Kekecewaan itu disampaikan oleh Eggi Sudjana yang merupakan pengacara sekaligus penasehat Alumni 212. Secara pribadi Eggi menyatakan bahwa dirinya adalah senior Anies Baswedan di organisasi kemahasiswaan terbesar saat ini di Indonesia. Penulis berharap alumni 212 tidak mengambil keputusan yang sama seperti kelompok buruh yang menarik dukungan terhadap pasangan Anies dan Sandi.
Berikut petikan berita tentang kekecewaan Alumni 212 :
“Kalau bicara kecewa, pasti. Kecewanya adalah, kenapa dia (Anies, red) nggak prioritaskan. Kan subuh-subuh dia nggak ada kegiatan. Mana ada kegiatan kantoran dalam konteks kerja DKI,” ujar Eggi kepada wartawan di Masjid Al-Azhar, Jakarta Selatan, Sabtu (4/11/2017).
“Eggi lantas menyindir Anies lewat sebuah pribahasa ‘seperti kacang lupa pada kulitnya’. Menurut dia, jangan sampai alumni Aksi 212 menilai Anies cuma memanfaatkan mereka saat masa kampanye Pemilihan Gubernur DKI Jakarta.
“Jangan sampai umat Islam yang dukung dia dengan ikhlas sekarang butuh hadirnya dia, dia nggak hadir. Itu artinya dia cuma memanfaatkan kita,” ujarnya.
“Kalau itu sampai terjadi, Anies itu junior saya di HMI (Himpunan Mahasiswa Islam, red), jadi saya mengingatkan sebagai senior, jangan kacang lupa kulitnya. Betul-betul komit kepada umat, karena nanti yang bantu dia cuma umat, partai-partai nggak bisa,” sambungnya.“
Sumber Disini
Ketika alumni 212 sempat menarik dukungan terhadap gubernur saat ini. Memang secara langsung tidak akan berdampak sama sekali karena Anies telah dilantik dan berhak menjadi Gubernur selama 1 (satu) periode ataupun 5 (lima) tahun di ibukota negara Indonesia tersebut. Kursi gubernur tidak akan dapat ditarik kecuali Anies terbukti melakukan kesalahan fatal yang melanggar peranturan dan Undang-Undang yang berlaku.
Oleh karena itu, Dampak yang dapat dirasakan oleh Anies ketika alumni 212 mendeklarasikan pencabutan dukungan adalah stabilitas DKI. Jakarta pasti akan terganggu. Sama halnya ketika kepemimpinan sebelumnya, Dimana aksi-aksi yang dilakukan alumni 212 secara kasat mata sangat berdampak terhadap jalannya pemerintahan di Ibukota.
Selain stabilitas terganggu yang paling memungkinkan terjadi, jika Anies mempunyai ambisi untuk menjadi orang nomor 1 (satu) di Indonesia dapat dipastikan akan sulit untuk dicapai karena sudah ada kekecewaan para konstituen yang berada di DKI. Jakarta. Kekecewaan itu pasti akan menjadi isu yang menyebar kencang keseluruh penjuru Indonesia.
Tidak hanya ambisi menjadi Presiden yang dapat dipastikan tidak akan dicapai. Tetapi ketika kepriodean ini selesai, Anies yang berkeinginan untuk memenangkan periode ke 2 (dua) pun akan bersusah payah karena sudah ada beberapa kelompok yang menyatakan secara langsung dan menarik dukungan terhadapnya.
Celah kekecewaan ini lah yang akan dimanfaatkan oleh Wakil Gubernur Sandiaga Uno yang pernah dibentak oleh tukang ojek. Sandi akan memanfaatkan untuk mencalonkan diri sebagai calon gubernur menjadi saingan Anies yang merupakan mantan menteri pecatan dan mantan rektor 2 periode Universitas Paramadina.
Jika sahabat pembaca berkeinginan membaca artikel penulis tentang Wakil Gubernur dibentak masyarakatnya yang berprofesi sebagai tukang ojek. Silahkan klik link dibawah ini :
Memang rumit jika suatu kemenangan untuk meraih kekuasaan dibumbui dengan cara-cara yang kurang elegan seperti kontrak politik dengan masyarakat yang tidak logis serta sulit untuk direalisasikan, mengembangkan isu diakar rumput memakai politik identitas, dan lain-lain yang telah dibuktikan oleh para pakar-pakar yang memiliki kemampuan dan wawasan untuk mengkritik.
Penulis berpesan kepada sahabat pembaca yang mungkin akan menjalani Pemilihan Umum Kepala Daerah (PEMILUKADA) serentak tahun 2018, Pemilihan Calon Legislatif (PILCALEG) tahun 2019 dan Pemilihan Presiden (PILPRES) tahun 2019. Agar melaksanakan haknya untuk memilih dengan memakai tolok ukur mempelajari rekam jejak kandidat secara pribadi maupun kinerja bermanfaat bagi masyarakat secara umum dan mari tolak para kandidat yang memakai politik identitas berbau SARA.
Jangan pernah langsung percaya dengan janji-janji muluk yang secara logis akan sulit direalisasikan. Sama halnya dengan promosi-promosi perusahaan investasi yang terkadang akan menjajikan bunga uang yang sangat jauh perbedaannya dengan bunga di bank. Dapat dipastikan investasi tersebut bodong ataupun ada unsur penipuan, Kita sudah banyak melihat pemberitaan tentang investasi bodong di televisi dan sosial media.
Jangan pernah memilih pemimpin yang kesantunan hanya menjadi kosmetik belaka, janji-janji program bersifat bodong, dan pemimpin yang tidak berpihak kepada rakyat seperti “kacang lupa akan kulitnya”.
Salam Realistis,