Indovoices.com – Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) kembali mengirimkan 100 guru ke Malaysia tahun ini. Pengiriman guru ini sebagai bentuk upaya dan tanggung jawab pemerintah dalam mencerdaskan anak-anak Indonesia yang berada di luar negeri khususnya Malaysia. Tahun lalu pemerintah telah mengirimkan sebanyak 190 guru ke Negeri Jiran tersebut.
Guru-guru itu akan mengajar di pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM) yang tersebar di wilayah Sarawak dan Sabah. Mereka akan mengajari anak-anak dari tenaga kerja Indonesia (TKI) di sana selama 2 tahun ke depan. Tahun ini sebanyak 40 guru yang telah bertugas di sana sudah kembali ke tanah air.
PKBM atau yang lebih dikenal dengan Comunity Learning Center (CLC) adalah lembaga formal bentukan masyarakat yang muncul atas prakarsa masyarakat dan dikelola oleh masyarakat sebagai upaya memenuhi kebutuhan pendidikan masyarakat tersebut. Hingga saat ini terdapat 294 PKBM di Malaysia dengan rincian 155 jenjang sekolah dasar (SD) dan 139 jenjang sekolah menengah pertama (SMP).
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Muhadjir Effendy menyampaikan, para guru yang bertugas di Malaysia ini harus siap dengan segala risiko dalam mengemban tugas di sana nanti. Mereka, kata dia, harus proaktif mencari siswa bagi PKBM karena kondisi di sana jauh berbeda dengan kondisi sekolah di kota-kota besar di Indonesia yang sebagian besar berlebih dalam menerima siswa. Para guru, lanjutnya, dituntut agar mampu menggali potensi anak-anak Indonesia di sana sehingga lebih banyak lagi orang sukses yang berasal dari sana.
“Ini tanggung jawab yang besar dalam membawa nama Indonesia sekaligus pengabdian. Anda (guru,-) adalah wajah dari negara Indonesia yang akan berada di Malaysia,” ujar Mendikbud Muhadjir saat memberikan amanat dalam acara Pengukuhan Guru untuk Pendidikan Anak-anak Indonesia di Malaysia 2018 di Hotel Belezza, Jakarta, Senin (29/10/2018).
Mendikbud mengatakan, saat ini masih ada sekitar seratus ribu anak-anak Indonesia yang belum terlayani pendidikannya. “Kita (pemerintah Indonesia,-) baru bisa melayani sekitar 28 ribu, sekarang mau dinaikkan sampai 50 ribu targetnya,” tutur mantan rektor Universitas Muhammadiyah Malang itu.
Hal itu juga diungkapkan oleh satu dari guru yang purna tugas di Malaysia, Diah Rizki Hutaminingsih. Menurutnya, anak-anak Indonesia di Malaysia sebenarnya memiliki potensi yang besar, hanya saja kesempatan mereka memperoleh pendidikan belum sepenuhnya ada. “Semoga anak-anak Indonesia di sana bisa kembali ke Indonesia menjadi individu yang bermartabat bagi negaranya,” kata Diah.
Senada hal itu, Muhammad Zaini, satu dari guru yang berangkat ke Malaysia tersebut mengungkapkan, motivasinya mengikuti program pengiriman guru ke Malaysia ini karena kecintaannya dalam mengajar dan menghadapi tantangannya di lapangan. “Melihat anak-anak Indonesia di sana (Malaysia,-) melalui youtube, mereka benar-benar masih membutuhkan sosok guru yang bisa mengajar, membimbing, dan membina mereka untuk menggapai cita-citanya,” kata pria asli Lombok Nusa Tenggara Barat itu. (Agi Bahari)