Indovoices.com- Tari Kreasi merupakan salah satu bidang lomba untuk siswa SMA dalam Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) 2019 di Lampung. Tari Kreasi pada FLS2N merupakan tarian yang dikembangkan dari tradisi daerah di Indonesia yang dikembangkan secara inovatif. Dalam menampilkan Tari Kreasi dibutuhkan kombinasi kecerdasan, antara lain kecerdasan tubuh, kecerdasan memahami gagasan koreografer, kecerdasan menyampaikan gagasan, kecerdasan emosi, dan kecerdasan menghafal gerakan.
Juri FLS2N 2019 bidang lomba Tari Kreasi jenjang SMA, Nungki Kusumastuti mengatakan, para peserta merupakan anak-anak muda yang sangat luar biasa. Mereka menari dengan penuh semangat, enerjik, dan tampak kecerdasannya. “Semua tampil dengan baik. Hasilnya luar biasa, dengan dukungan sekolah, guru, maupun, pemerintah daerahnya,” ujar Nungki di Taman Budaya Lampung.
Tari Kreasi dibawakan oleh dua penari, bisa dilakukan sejenis (perempuan dan perempuan, atau laki-laki dan laki-laki), atau berpasangan laki-laki dan perempuan. Tantangannya adalah bagaimana menggarap tarian tersebut secara inovatif sesuai dengan tema lomba.
Dalam memberikan penilaian, ada tiga kriteria yang dinilai oleh juri, yakni gagasan, garapan, dan penampilan. Nungki menuturkan, penilaian pertama ada pada gagasan dari koreografer. “Gagasan itu harus ditangkap oleh kecerdasan penarinya, gagasannya apa, dan apa yang mau disampaikan. Kemudian mau diapakan gagasan itu? Gagasan itu kan harus digarap, baik digarap geraknya, musiknya, properti, setting, dan semua detail,” tutur Nungki.
Ia memuji penampilan beberapa provinsi yang dinilainya baik saat menampilkan Tari Kreasi, antara lain Bali, Yogyakarta, dan Papua. “Misalnya tadi kita lihat Bali. Itu luar biasa menurut saya, karena pas sekali. Saya nggak bilang dia (Bali) juara, belum tentu. Kalau kita lihat Bali tadi rasanya dapat sekali, tapi tetap dinamis. Dinamikanya terlihat antara yang cepat dan lambat,” katanya.
Salah satu provinsi yang membuatnya terkesan adalah Papua. Provinsi Papua menampilkan sepasang siswa dan siswi yang menarikan tari kombinasi dari beberapa tarian lokal. Di akhir pertunjukan, mereka mengeluarkan Bendera Merah Putih dan membentangkannya di atas panggung. Atraksi tersebut langsung mengundang tepuk tangan meriah dari para penonton.
“Papua nampak sekali mereka ingin menunjukkan bahwa mereka bagian dari Indonesia. Kalau kita lihat garapannya memang tidak secanggih provinsi lain. Tapi mereka berupaya mengumpulkan beberapa jenis tarian menjadi satu. Rekaman musiknya juga kurang bersih, mungkin karena wilayahnya jauh. Tapi dalam situasi politik yang saat ini kurang enak, mereka begitu ingin menyampaikan kalau mereka juga bagian dari Indonesia,” tutur Nungki. Menurutnya, penampilan Provinsi Papua menyampaikan pesan tentang toleransi, kebersamaan, semangat nasionalisme atau NKRI.
Nungki mengatakan, penanaman karakter baik memang bisa dilakukan melalui kegiatan seni. “Menjadi orang yang disiplin, menjadi orang yang memperhatikan orang lain, itu bisa dari kesenian, di antaranya melalui tari.
Kalau tidak ada disiplin, penampilan akan kacau. Disiplin juga terkait dengan bagaimana mereka mau mendengarkan koreografer hingga akhirnya menumbuhkan kecerdasan,” katanya. Dari kecerdasan, lanjut Nungki, akan timbul kreativitas, karena kreativitas dan inovasi sangat penting untuk dimiliki generasi bangsa dalam semua lini kehidupan, bukan hanya seni.
Tari Kreasi jenjang SMA dalam FLS2N 2019 mengangkat tema “Menari dalam Kebersamaan”. Tema ini diusung untuk menumbuhkan rasa kebersamaan dalam berkehidupan di Indonesia. Pada hari kedua pelaksanaan lomba, juri telah memilih 12 provinsi yang masuk dalam babak final. Ke-12 provinsi tersebut adalah Jawa Timur, Banten. Lampung, Gorontalo, Papua, Kalimantan Selatan, Bali, Riau, Sumatra Barat, DI Yogyakarta, Jawa Barat, dan Kalimantan Barat. Pengumuman akan dilakukan bersamaan dengan acara penutupan FLS2N 2019, yakni pada Jumat (20/9/2019). (kemendikbu)