Kalau orang bertanya pertanyaan diatas, tentu semua orang tua akan menjawabnya, “Penting! Bahkan penting sekali!”. Namun, ketika mereka berbicara pada pola pengasuhan anak, arti “penting” yang mereka ungkapkan cukup berbeda dengan arti “penting” yang maksud dari pertanyaan.
Dulu, yang namanya gadget itu sama sekali tidak ada. Telpon saja, masih menggunakan telpon putar yang diposisikan statis tidak bisa dibawa kemana-mana dan hanya dimiliki oleh orang-orang kaya saja. Sekarang, para tukang becak pun memiliki handphone, walau dengan harga yang paling murah.
Kemajuan teknologi adalah unsur utama yang merubah perilaku pengasuhan para orang tua di jaman sekarang. Karena teknologi inilah, gaya hidup setiap orang menjadi berubah. Tingkat kebutuhan menjadi bertambah. Bertambahnya tingkat kebutuhan inilah yang menjadi alasan utama kedua orang tua, suami dan istri, dituntut untuk bekerja. Beberapa wanita mengajukan alasan mereka untuk bekerja karena sayang pada tingginya pendidikan yang sudah dicapai. Dan ada juga alasan ingin lebih diterima dan eksis dengan statusnya sebagai pegawai.
Maka, yang dikorbankan adalah kebersamaan seorang ibu dengan anak-anak mereka di dalam rumah. Keabsenan para ibu untuk mendampingi anak-anak mereka memberikan peluang bagi sebagian orang untuk membuka usaha penipitan anak. Baik usaha perorangan maupun dalam bentuk sebuah yayasan. Permintaan akan pembantu rumah tangga dan pengasuh anakpun menjadi jauh naik dengan angka permintaan yang cukup signifikan.
Penitipan Anak atau Pengasuh Di Rumah?
Banyak orang tua muda yang lebih memilih pengasuh ketibang penitipan. Beberapa alasannya karena pengasuh bisa stand by 24 jam. Bisa dibawa-bawa kalau majikan pergi dan si anak digendong atau pramnya didorong sama si Pengasuh. Terus, si Pengasuh bisa diminta mengerjakan yang lain-lain juga. Dan kalau dihitung-hitung, biaya Pengasuh jatuhnya lebih murah ketibang penitipan anak!
Pemikiran seperti ini, tidak hanya dimiliki oleh kalangan kelas menengah ke atas, kalangan kelas menengah sampai dua garis sebelum tiba dikalangan bawah, juga punya pemikiran sama. Apalagi kalau anak-anaknya masih dibawah umur 5 tahunan. Maka Pengasuh adalah pilihan yang tepat.
Namun, dibalik semua keuntungan tidak mungkin tidak ada kerugian. Kecuali si Pengasuh penyandang gelar sarjana, maka si pengasuh bisa diharapkan untuk juga mendidik anak-anak mereka. Tapi saya yakin, gaji Pengasuh dengan jenjang pendidikan yang tinggi bergaji lebih tinggi dibandingkan Pengasuh yang berpendidikan SMA apalagi yang berpendidikan SMP.
Dalam hal ini, apa yang diabaikan para orang tua adalah “Masa keemasan” anak yang disia-siakan, yaitu anak-anak balita atau bayi berumur dibawah 5 tahun. Tidak ada sistem pengawasan terhadap perilaku si Pengasuh terhadap anak-anak selama ditinggalkan. Jika hal-hal negatif terjadi, kalau ketahuan, resiko tertinggi si Pengasuh adalah dipecat. Atau untuk kasus-kasus berat yang menyebabkan kecelakaan pada anak sampai mengakibatkan anak menginggal, Pengasuh akan dilaporkan ke polisi dan bisa jadi, si pengasuh dipenjarakan. Namun, apa yang sudah terjadi pada anak kita, tidak bisa di rewind atau diputar ulang, seakan kejadian bisa dihindarkan.
Banyak contoh kasus-kasus penyimpangan yang dilakukan seorag Pengasuh. Misalnya, Pengasuh yang memberikan anak-anak asuhannya antimo atau obat penenang lain agar si anak tidur agak panjang. Atau Pengasuh yang menghardik anak dan si anak diancam untuk tidak melaporkan pada orang tua mereka. Dan masih banyak contoh kasus-kasus yang terjadi atas diri anak yang dilakukan oleh para pengasuh.
Memang, ada juga Pengasuh yang benar-benar sayang pada anak dan mengasuh mereka seperti anak-anaknya sendiri. Memberikan perawatan yang telaten, perhatian yang penuh dan bahkan pendidikan yang berdasarkan kurilukum nasional Indonesia. Namun, apa yang terjadi kemudian, si anak akan merasa lebih dekat dengan Pengasuh ketibang dengan ibu kandung mereka sendiri. Karena biasanya, orang tua yang merasa sudah menemukan Pengasuh idaman, mereka akan mempercayakan anak-anak mereka sepenuhnya pada Pengasuh.
Dan ketika anak sudah dekat dengan Pengasuh, lalu si orang tua memutuskan memberhentikan si Pengasuh, apakah orang tua akan paham akan perasaan anak yang ditinggalkan pemomongnya? Apa yang para orang tua pahami tentang pemikiran anak jika hal seperti ini terjadi?
Penitipan Lebih Baik Daripada Pengasuh
Pada dasarnya, semua penitipan dibawah lindungan sebuah yayasan atau badan hukum, akan mengaplikasikan kurikulum yang ditetapkan pemerintah. Peningkatan perkembangan anak diawasi dan dilaporkan pada orang tua secara rutin setiap hari. Jika ada kejadian, pihak penitipan bisa mempertanggungjawabkannya. Karena satu kejadian fatal, cukup untuk menutup satu usaha penitipan.
Pada sebuah Yayasan penitipan, anak-anak juga diajarkan bersosialisasi dan berinteraksi dengan anak-anak lainnya. Perkembangan motorik halus dapat dipantau dengan baik. Keberadaan Penitipan dibawah naungan sebuah yayasan, tidak akan menggeser kedekatan hubungan batin antara orang tua dan anak.
Berbeda dengan penitipan yang dikelola oleh perorangan dirumah-rumah tetangga. Jenis penitipan seperti ini tidak ubahnya dengan Pengasuh yang saya tuliskan diatas, Keberadaan penitipan perorangan seperti ini menfasilitasi kesulitan para orang tua yang bekerja karena tidak menemukan Pengasuh yang live-in di dalam rumah.
K e s i m p u l a n
Jika kedua orang tua tidak bisa dihindarkan untuk bekerja, dan anak penting bagi orang tuanya, maka berikanlah pendidikan sejak dini untuk kemandirian mereka. Pastikan orang tua memilih tempat penitipan balita yang bersih, aman, dan nyaman bagi mereka.