Indovoices.com –Ketua Komisi X DPR, Syaiful Huda menyebut, hanya 30 persen masyarakat yang setuju sekolah kembali dibuka untuk tatap muka. Data ini diperoleh dari tabulasi jaring aspirasi anggota Komisi X di daerah pemilihan (dapil)-nya masing-masing.
“Fakta objektif hanya 30 persen, masyarakat di dapil masing-masing yang setuju terkait pembukaan sekolah tatap muka. Ini tabulasi ketika teman-teman reses, sisanya sikapnya belum setuju, tetap PJJ diperpanjang,” kata Huda dalam Crosscheck.
Huda mengungkapkan, hasil survei tersebut menunjukkan adanya perubahan yang cukup drastis. Sebab seperti diketahui, awalnya masyarakat mendesak agar sekolah kembali dibuka. Karena orang tua menilai dirinya tidak mampu menggantikan peran guru di rumah.
Belum lagi faktor ekonomi orang tua, anak tidak memiliki telepon pintar, akibatnya tidak bisa mengikuti pembelajaran jarak jauh. Namun kekinian, kata Huda, masyarakat lebih realistis.
Baca juga: Evaluasi Pembukaan Sekolah, Komisi X Bakal Panggil Nadiem
Masyarakat melihat bahwa sekolah belum siap dengan infrastruktur dalam penerapan protokol kesehatan. “Memasuki bulan kelima (masa pandemi) banyak kenyataan sekolah belum siap untuk mengadakan protokol kesehatan, akhirnya orang tua mengambil pilihan realistis. Awalnya tidak bisa mengantikan fungsi guru, faktor ekonomi, opsinya anak sekolah,” teranganya.
Selain itu, fakta lainnya masyarakat sekarang condong untuk tetap PJJ adalah kekhawatiran akan risiko munculnya klaster baru di sekolah. Hal itu justru membahayakan anak-anak.
Karena itu, masyarakat memilih untuk menahan diri dengan tetap PJJ. Tentu, kata Huda, ke depan PJJ ini harus diperbaiki. “Ditahan dulu PJJ, syaratnya semua prasyarat PJJ terpenuhi, kuota, ponsel pintar, kurikulum adaptif. Ini surat dan aspirasi yang masuk di Komisi X DPR,” pungkasnya.(msn)