Indovoices.com –Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) tengah fokus menyelesaikan tiga dosa dunia pendidikan. Ketiganya yaitu perundungan, kekerasan seksual dan intoleransi.
Dalam mengentaskan masalah perundungan, Mendikbud Nadiem Makarim ternyata juga pernah menjadi korban saat sekolah. Dia merasakan betul jika perundungan sangat merusak ekosistem pendidikan.
“Jelas saya pernah punya pengalaman dibully (perundungan), dan saya ingin balas dendam. Saya itu dulu badannya besar jadi suka diledek dan bentuk wajah saya juga asing kan,” kata Nadiem dalam live Instagram.
Namun, saat itu dia juga sadar tindakan balas dendam tidak akan menyelesaikan perundungan. Bahkan hal itu diyakini akan memperparah lingkup sosialnya di sekolah. Menurut Nadiem, siswa sekolah harus bisa menghentikan perundungan dari dirinya sendiri. Dibutuhkan gerakan siswa untuk menghindari perundungan di lingkungan sekolah.
“Kuncinya adalah murid-murid. Jadi dari semua riset yang kita lakukan, satu-satunya cara untuk bisa mengurangi insiden bullying adalah dengan merubah budaya socio circlenya anak-anak itu,” jelasnya.
Nadiem mengatakan gerakan itu bisa dimulai dengan melibatkan siswa populer di sekolah. Sehingga teman-teman lainnya terpengaruh untuk melindungi sesamanya yang kerap terkena perundungan.
“Kita harus bikin gerakan di mana anak-anak yang populer, anak-anak yang influencer di dalam kelas, menjadi guardian orang-orang yang dibully. Dia diberikan tanggung jawab untuk melindungi rekan-rekan kelas dia yang mungkin jadi korban bullying,” terang dia.
Selanjutnya, dia juga meminta sekolah lebih sensitif melihat perundungan. Kepala sekolah maupun guru harus lebih sensitif melihat bagaimana lingkup pertemanan para siswa di sekolah.
“Kita buat bullying tidak bisa ditolelir. Kita harus bisa mengubah budaya ini, semua harus bisa melakukan intervensi,” tutup Nadiem.(msn)