Indovoices.com-Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) di bawah Kementerian Keuangan (Kemenkeu) kembali lahirkan periset yang hasil studinya implementatif dan inovatif. Salah satunya adalah Adi Surya Pradipta yang mendapat beasiswa Magister Dalam Negeri di Institut Teknologi Bandung (ITB) Program Studi Ilmu dan Teknik Material (Material Science and Engineering) tahun 2015.
Meskipun di luar negeri jurusan tersebut cukup populer untuk pengembangan material-material baru atau sebagai pemasok untuk industri-industri yang dibutuhkan oleh negara-negara maju, namun menurutnya, penelitian yang dilakukan di universitas dalam negeri, hasilnya akan lebih cocok diterapkan untuk kebutuhan dalam negeri. Apalagi di Indonesia, jurusan ini masih langka. saat ini jurusan ini terdapat di ITB, UI, dan ITS untuk universitas negeri (PTN).
“Hasil penelitian dalam negeri lebih sesuai dengan kebutuhan dalam negeri. Signifikansi dari riset akan terlihat ketika hasil penelitian kita bisa dirasakan manfaatnya oleh khalayak. Indonesia tidak kalah dari luar negeri dalam hal penelitian. Yang menjadi kendala di Indonesia yakni bagaimana membawa hasil riset itu untuk diimplementasikan ke industri atau kekonsumen/masyarakat,” jelasnya.
Dari hasil studinya tersebut, ia makin mantap mendirikan PT. Kanggo Nusantara Bagja atau Tech Prom Lab, sebuah perusahaan rintisan yang berfokus pada bidang teknologi material konstruksi dan pemanfaatan limbah industri B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) anorganik.
Produk pertama yang mereka hasilkan, yakni PoreBlock® atau paving block (bata beton) berpori yang bahan bakunya memanfaatkan limbah industri batu bara menjadi produk yang ramah lingkungan.
“Di satu sisi, limbah batu bara termasuk limbah berbahaya (B3) tetapi setelah diteliti lebih lanjut melalui uji toksisitas sesuai peraturan dan standar yang berlaku, produk kami sangat aman,” paparnya.
Tidak hanya menjadi alternatif solusi pemanfaatan limbah industri batu bara yang kini menumpuk tidak terolah, PoreBlock memiliki kecepatan meneruskan air 100x lebih cepat dibandingkan paving block konvensional dan mencapai 1000 liter/m2/menit. Oleh karena itu, paving block karya anak bangsa yang telah dipatenkan ini juga menjadi salah satu alternatif solusi untuk mengurangi risiko banjir.
Sebagai informasi, pria kelahiran Bandung 25 Juli 1991 ini, lulus dengan predikat Cum Laude tahun 2017. Selama program persiapan keberangkatan (PK), ia juga menjadi peserta terkontributif pada PK-28. (kemenkeu)