Sebagai sebuah negara besar, Indonesia sedang dan akan menghadapi tantangan-tantangan yang besar juga. Baik itu tantangan yang berasal dari dalam seperti radikalisme, intoleransi, terorisme, dan korupsi, maupun tantangan dari luar seperti perang dagang dan revolusi industri 4.0.
Hal tersebut disampaikan Presiden Joko Widodo saat mengisi kuliah umum pada Akademi Bela Negara (ABN) Partai Nasional Demokrat (NasDem) angkatan ke-2, di Gedung ABN NasDem, Pancoran, Jakarta Selatan, Senin, 16 Juli 2018.
“Apa ancaman-ancaman yang kita hadapi sekarang ini? Di dalam negeri radikalisme, intoleransi, terorisme, itu tantangan besar kita ke depan. Korupsi, tantangan besar saat ini maupun ke depan. Kemiskinan, kesenjangan juga tantangan yang harus kita hadapi,” kata Presiden.
Untuk menghadapi tantangan-tantangan tersebut, Presiden melanjutkan, ada empat hal yang diperlukan, yaitu produktivitas, etos kerja, elan atau semangat juang, dan disiplin. Presiden pun meminta anak-anak muda tidak gentar menghadapi tantangan-tantangan besar yang ada.
“Jangan sampai kita pesimis, gampang ragu, gampang takut menghadapi cobaan dan ujian. Sekali lagi, etos kerja, elan, ini harus terus kita dorong agar seluruh rakyat, seluruh masyarakat, terutama anak-anak muda memiliki itu. Yang keempat disiplin. Disiplin nasional harus kita perbaiki. Kalau jam 9 mulai, ya mulai. Kalau mundur 2 sampai 3 jam bukan disiplin itu namanya. Produktivitas, etos kerja, elan, disiplin nasional yang baik,” lanjutnya.
Presiden mengatakan arah, tujuan, dan target pembangunan Indonesia saat ini sudah nampak jelas. Ia pun yakin Indonesia akan masuk empat besar negara dengan ekonomi terkuat pada tahun 2045.
“Artinya, kalau nilai-nilai baru itu terus dikembangkan. Saya meyakini apa yang telah dihitung oleh Bank Dunia, dihitung oleh McKinsey, dihitung oleh Bappenas, bahwa tahun 2045 Indonesia akan menjadi empat besar ekonomi terkuat dunia,” ujarnya.
Oleh sebab itu, Presiden mengajak seluruh masyarakat untuk bersama-sama melakukan reformasi yang terencana dan melakukan perubahan secara radikal dalam strategi pemikiran, strategi sistem-sistem sosial, dan strategi kepemimpinan dari level atas sampai level bawah.
“Jika itu tidak kita lakukan, kita akan rutinitas, monoton, begini-begini saja, tahu-tahu negara lain sudah meninggalkan kita,” ucap Kepala Negara.
Presiden menjelaskan Indonesia saat ini sudah tertinggal dari negara-negara tetangga di kawasan ASEAN. Namun dengan semangat juang yang tinggi, Presiden yakin Indonesia bisa melampaui dan berada di depan negara-negara tetangga tersebut.
“Saya ingin mengingatkan untuk bersama-sama dengan semangat tinggi, dengan militansi yang tinggi membangun negara ini bersama-sama. Kita ingin yang tadi sudah meninggalkan kita Singapura, Malaysia, Filipina, Vietnam, Thailand bisa kita nantinya dengan semangat yang tadi saya sampaikan, bisa kita lampaui semuanya. Kita berada di depan mereka,” tuturnya.
Turut hadir mendampingi Presiden dalam acara ini, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita, Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala BPN Sofyan Djalil, Sekretaris Kabinet Pramono Anung. Juga tampak hadir, Ketua DPR Bambang Soesatyo, Ketua Dewan Pertimbangan Presiden Sri Adiningsih, anggota Dewan Pengarah Badan Pembina Ideologi Pancasila (BPIP) Mahfud MD, Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar dan Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh.
Video Kuliah Umum pada Angkatan ke-2 Pendidikan Akademi Bela Negara Partai Nasional Demokrat, Jakarta Selatan, 16 Juli 2018
Video Keterangan Pers Presiden RI, Jakarta Selatan, 16 Juli 2018