Keberhasilan timnas Filipina menahan imbang Thailand di Bangkok, memupus harapan timnas senior ke babak semifinal piala AFF. Harapan penikmat sepakbola Indonesia untuk melihat timnas berlaga lebih jauh di piala AFF sirna. Bahkan memunculkan sikap pro dan kontra terhadap keberadaan timnas Indonesia. Permainan indah pada piala AFF sebelumnya yang mengantarkan Timnas Senior ke partai final tidak ada lagi.
![](https://www.Indovoices.com/wp-content/uploads/2018/11/559843_620-300x171.jpg)
Ada apa dengan timnas sepakbola Indonesia ? Ada apa dengan manajemen PSSI? Kenapa permainan timnas menurun dalam pertandingan? Apakah semangat juang dari pemain minim? Masih banyak pertanyaan yang layak untuk digaungkan. Hal ini wajar karena kecintaan publik sepakbola Indonesia terhadap Timnas. Pertanyaan yang saat ini sangat perlu digaungkan adalah ada apa dengan PSSI?
Semenjak Luis Mlila tidak lagi menangani timnas Indonesia, memunculkan banyak tanda tanya. PSSI sebagai induk sepakbola Indonesia harusnya bisa menjelaskan dengan gamblang dan jelas buntut dari Luis Milla yang tidak lagi menangani timnas. PSSI yang menjadi tujuan berbagai pertanyaan terus mencoba menghindar. Benarkah PSSI hanya sebagai simbol olahraga?. Saya masih ingat dalam beberapa tahun kebelakang, ketika publik sepakbola menggaungkan kalimat “selamatkan PSSI”. Walaupun hal ini berakhir pada pembekuan PSSI oleh FIFA, karena campur tangan kemepora.
Mungkin kalimat “Selamatkan PSSI” masih memiliki marwah yang kuat, ketika dikaitkan dengan situasi saat ini. PSSI yang saat ini diketuai oleh Edy Rahmayadi yang saat ini juga menjadi Gubernur Sumut, seharusnya bertanggung jawab terhadap kegagaan timnas di piala AFF. Saya masih ingat kalimat yang dilontarkan oleh Pak Edy yang berbunyi “saya mengikuti setiap detik apa yang terjadi di PSSI”. Padahal pada saat itu Pak Edy sudah menjabat sebagai Gubernur terpilih Sumut.
Yang menjadi tanda tanya besar. Apakah seorang pribadi Pak Edy bisa memegang dan menjalankan tugas sebagai ketua umum PSSI sekaligus sebagai Gubernur Sumut? Saya pikir itu tidak akan berjalan dengan maksimal dan dijalankan dengan benar.
Ketika masa kampanye politik pilkada Sumut, Pak Edy dengan gagah memegang bola. Hal ini menjelaskan bahwa Pak Edy akan dengan sekuat tenaga berjuang untuk sepakbola Indonesia. Ternyata dalam kenyataan, kegagalan timnas senior di piala AFF tidak mendapat tanggapan yang berarti dari Pak Edy. Seharusnya seorang pemimpin sejati memberikan tanggung jawab terhadap kegagalan yang ada di depan mata.
Jangan-jangan Pak Edy menggunakan PSSI sebagai kuda troya untuk memenangkan pilkada Sumut? Apabila kalimat ini ditanyakan, apaha akan mendapatkan jawaban. Jangan-jangan akan mendapatkan jawaban yang hingga saat ini menjadi meme di media sosial. Kalimat yang sangat terjkenal dari Pak edy adalah “Apa urusan anda menanyakan itu?” dan “Apa hak anda menanyakan itu?”. Mungkin sebuah kalimat yang pernah saya baca yaitu untuk menguji karakter seseorang, berikan dia kekuasaan. Saya sangat mengharapkan kalimat ini jauh dari pak Edy? Atau ah sudahlah….
Harapan untuk kemajuan sepakbola tetap tertancap dalam diri setiap penikmat sepakbola tanah air. Harapan untuk melihat PSSI dipimpin oleh orang yang tepat masih menjadi impian. Bukan orang yang melihat olahraga sebagai politik. Orang-orang yang bermain untuk Timnas sepakbola Indonesia adalah orang-orang yang tangguh dan orang-orang pilihan. Saya tetap mendukung perjuangan mereka untuk tetap memberikan permainan terbaik pada pertandingan terakhir di Senayan melawan Filipina.
Apapun hasilnya tetap tidak memberikan pengaruh yang besar terhadap posisi klasemen Indonesia. Tetapi fanatisme olahraga masih melekat tajam dalam diri sanubari seorang penggemar sepakbola. Mari terus dukung permainan timnas Indonesia melawan Filipina. Kemenangan memang menjadi sebuah tujuan dalam setiap pertandingan. Tetapi bagaimana permainan itu bisa dinikmati oleh pemain itu sendiri,sehingga menular kepada suporter. Itulah salah satu kenikmatan permainan sepakbola.
Khusus buat ketua umum PSSI, fanatisme suporter bukanlah alat yang digunakan untuk politik kekuasaan atau kuda troya untuk memenangkan sebuah pertandingan politik. Menang ataupun kalah dalam setiap pertandingan sepakbola pasti terjadi. Tetapi ketika kenikmatan sepakbola itu ternoda oleh ulah manajemen, maka permainan yang telah dirancang dengan baik akan kelihatan amburadul.
salam olahraga