Kota Surabaya mendadak heboh beberapa hari ini, pasalnya pemandangan di pinggiran sejumlah jalan protokol di Kota Surabaya penuh dengan bunga-bunga yang mulai mekar. Pemandangan tersebut bahkan disebut-sebut sama dengan panorama mekarnya bunga sakura di Jepang, dan dijadikan sebagai lokasi warga untuk berswafoto.
Banyak yang menganggap bunga yang bermekaran tersebut adalah bunga Sakura, padahal sebenarnya adalah bunga Tabebuya yang memiliki nama latin Tabebuia Chrysotricha.

Di Jepang sendiri, bunga sakura biasanya bermekaran sekitar bulan Maret hingga Mei setiap tahunnya menandai mulai datangnya musim semi.
Kembali ke Surabaya, ide penanaman pohon Tabebuya sendiri berasal dari inisiatif walikota Surabaya Tri Rismaharini jauh sebelum ia menjabat sebagai Walikota Surabaya, saat itu Risma masih Kepala Dinas Kepala Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau (DKRTH) di Surabaya.
Bibit Tabebuya yang tumbuh subur itu, berasal dari budi daya petani bunga yang berada di Kebun Bibit (Taman FLora) Surabaya selain itu juga dipasok dari petani-petani yang berasal dari Malang dan Kediri.
Sedikit soal asal muasal pohon Tabebuya, Tabebuya (Chrysotricha) adalah jenis tanaman yang berasal dari negara Brasil termasuk jenis pohon besar. Pohon Tebebuya memiliki kelebihan di antaranya daunnya tidak mudah rontok, disaat musim berbunga maka bunganya terlihat sangat indah dan lebat, akarnya tidak merusak rumah atau tembok walau berbatang keras.
Habitat asli Tabebuya berasal dari daerah dengan iklim kering, sehingga memiliki ketahanan hidup yang tinggi dalam kondisi kekeringan. Hal ini sangat sesuai karena tanaman penghijauan umumnya dihadapkan pada kurangnya penyiraman disaat musim kemarau. Tabebuya yang tumbuh di Surabaya itu memiliki beberapa varian warna. Diantaranya kuning, pink, putih, dan terakhir yakni warna ungu yang disebut-sebut memiliki kemiripan dengan bunga sakura.
Penanaman pohon Tabebuya di Surabaya awalnya belum banyak. Barulah ketika 2010, Pemkot Surabaya memulai secara serius menanam sejumlah jenis pohon dan tanaman, seiring dengan peremajaan ruang terbuka hijau di Surabaya.
Keunggulan pohon Tabebuya ini bila dibandingkan dengan pohon Sakura adalah mampu mekar dua kali dalam setahun. Yakni sekitar awal tahun, pada bulan April dan menjelang akhir tahun pada bulan November, seperti sekarang ini.
Mekarnya tabebuya pada beberapa hari ini dianggap sebagai fenomena yang unik, dan menjadi pemandangan tersendiri karena lazimnya bunga ini berkembang di waktu waktu musim kemarau, bukan pada musim menjelang hujan seperti sekarang ini.
“Mekarnya di musim hujan ini unik, karena saat mendung, angin berhembus, membuat Surabaya jadi romantis,” kata Kepala Bagian Humas Pemkot Surabaya Muhammad Fikser.
Salah satu warga Surabaya, Lunatic Julius Asri pun mengungkapkan kekagumannya dengan menyebut kota Surabaya sejak dipimpin oleh Risma menjadi lebih indah dan rindang.
“..bagus, kota jadi lebih indah dan rindang..” Demikian kata Julius tanpa mampu melanjutkan kata-katanya lebih jauh saking kagumnya.
Akankah fenomena unik bermekarannya bunga Tabebuya tersebut sebagai pertanda baik atas keikutsertaan Kota Surabaya dalam ajang The Guangzhou International Award 2018, Rabu 28 November 2018, hari ini?
Bisa jadi bukan? Apalagi bila kita sebagai rakyat Indonesia ikut berpartisipasi ikut voting mendukung kota Surabaya melalui link di bawah ini
Vote tersebut bisa diakses melalui
http://vote.guangzhouaward.org/EN/vote.aspx