Mungkin sedikit orang yang tahu, jika pedang legendaris Raja Arthur, juga ada di Italia. Pedang tertancap di batu itu, milik Galgano Guidotti, ksatria yang hidup di abad ke-12. Kisah kedua pedang itu memang jauh berbeda. Pedang Excalibur dipakai Arthur untuk menunjukkan haknya menjadi raja Inggris Raya. Sedangkan, pedang Toscana menjadi simbol pengunduran diri Galgano, dari seorang ksatria menjadi biarawan.
Galgano Guidotti lahir tahun 1148, dari pasangan bangsawan Guidotto dan Dionisia, di Chiusdino, sebuah desa kecil di dekat Siena. Dari sejak lahir, Galgano sepertinya ditakdirkan menjadi seorang ksatria dan ahli berperang. Di usia belia, ia sudah belajar menggunakan senjata. Ketika menjadi ksatria muda, karakter Galgano dikenal sombong, arogan dan otoriter.
Mungkin karena hidup di era ketidakpastian politik dan perebutan kekuasaan yang keras, membuat perilakunya seperti itu. Kadang untuk menunjukkan kekuatan keluarganya, Galgano tidak ragu melakukan tindakan tidak terpuji. Hingga di suatu waktu, beberapa peristiwa membawanya untuk berubah. Puncaknya bulan Desember tahun 1180, ketika Galgano menuju bukit Montesiepi dan menancapkan pedang ksatrianya di atas batu.
Galgano Guidotti.
Sampai sekarang, pedang itu tersimpan dengan baik di “Rotonda Montesiepi”, kapel bundar di lembah Merse, sekitar 35 km dari kota Siena. Kapel yang dibangun di tempat Galgano melakukan sumpah dan mengabdikan diri sampai akhir hayatnya, 3 Desember 1181. “Rotonda Montesiepi” diresmikan tahun 1185, bersamaan dengan hari pengangkatan Galgano menjadi Santo oleh Paus Lucius III.
Kapel “Rotonda Montesiepi” dikenal memiliki banyak keunikan. Bentuk bulatnya mengacu pada bangunan – bangunan suci di dunia pagan dan kuil-kuil era Romawi. Sekilas seperti cangkir terbalik, melingkar tanpa titik sudut, simbol kesempurnaan dan ketidakterbatasan. Sedangkan putih dan merah, adalah warna – warna khas budaya celtic ( nenek moyang bangsa Eropa), seperti yang sering terlihat di makam – makam kuno Etruscan dan Romawi.
Tidak jauh dari altar, dimana pedang diletakkan, tampak lantainya menjorok ke dalam. Sebuah etalase transparan melindungi pedang itu dari pencuri. Pada tahun 1960 dan 1991, orang yang mengaku Raja Arthur baru, mencoba mencurinya. Akibat kejadian itu, pedang mengalami kerusakan serius.
Altar kapel bundar.
Menurut legenda, ketika San Galgano masih hidup, seseorang pernah mencoba mengeluarkan pedang itu dari batu. Namun seekor serigala menggagalkan usahanya. Kerangka lengan kanan dan kiri pencuri itu, kini dipajang di ruang kapel. Berdasarkan analisis kimia yang dilakukan oleh Luigi Garlaschelli dan Maurizio Calì, kedua kerangka tangan itu benar -benar berasal dari abad ke-12.
Pelukis terkenal Siena, Ambrogio Lorenzetti juga turut berkontribusi untuk keindahan kapel ini. Pria kelahiran Siena, sekitar tahun 1290, memang dikenal sebagai konsepsi lukisan altar dan kisah – kisah sakral. Beberapa lukisan dindingnya terlihat di kubah kapel, salah satunya menceritakan, Galgano dikelilingi oleh orang-orang kudus dan malaikat.
Tengkorak tubuh San Galgano juga dipamerkan di kapel ini. Hanya belum ada data yang pasti, dimana tepatnya tengkorak itu ditemukan. Karena sampai saat ini, tengkoraknya belum diizinkan untuk dianalisis. Ada kemungkinan ia dimakamkan di sebelah pedang. Konon, di kapel ini juga tersembunyi cawan suci. Entah dikubur di bawah tanah atau ditanam di dalam batu. Sampai sekarang, jejak cawan itu belum ditemukan.
Kapel bundar Montesiepi.
Tidak jauh dari kapel bundar Montesiepi, berdiri sisa – sisa kemegahan “Biara Cistercian San Galgano”. Salah satu bangunan keagamaan paling penting di Siena ini, dibangun tahun 1185, atas kehendak uskup Volterra Ugo Saladin. Biara seluas 1500 m2, dengan 800 ruangan, diresmikan tahun 1288.
Biara ini mengalami kemakmuran lebih dari se-abad. Di bawah pengawasan Imperator Henry VI, Ottone IV dan Federico II (penguasa Siena waktu itu), biara bahkan mendapat kekebalan dan hak istimewa dari kekaisaran. Kondisi yang membuat hubungan Republik Siena dan Kepausan semakin memburuk.
Biara mulai mengalami penurunan, ketika wabah penyakit melanda Eropa tahun 1347 – 1352. Wabah yang diperkirakan menewaskan hampir sepertiga populasi benua biru. Kemudian penyerbuan pasukan Florentine dan konflik – konflik politik lainnya, menyebabkan banyak biarawan pindah ke Siena. Tahun 1550, tercatat lima biarawan bertahan dan tahun 1576, hanya satu biarawan saja yang hidup di biara.
Setelah upaya restorasi yang tidak pasti, biara mengalami kerusakan dengan cepat. Banyak perlengkapan dan perabotan biara juga dijarah. Tahun 1786, menara lonceng setinggi 36 meter, runtuh dan merobohkan sebagian besar atap biara. Tiga tahun kemudian, salah satu bangunan paling bergengsi dari arsitektur Gothic-Cistercian Italia pun hancur dan ditinggalkan.
Biara Cistercian San Galgano
Yang tersisa hari ini, hanyalah dinding dan lorong-lorong ruangan tanpa atap, berlantai rumput hijau dan tanah. Namun, berkat restorasi dan pemeliharaan yang terus dilakukan oleh pemerintah setempat, sisa – sisa kemegahan dan keagungan monumen abad pertengahan ini, masih bisa dinikmati banyak orang.
Sebuah tempat, dimana pengunjung bisa merasakan harmoni langit, batu, dan bumi. Dimana rangkaian sejarah bisa terikat kuat dengan spiritualitas keagamaan. Saat musim panas tiba, biara ini akan menjadi tempat favorit para musisi dan sutradara menyelenggarakan konser. Bahkan, beberapa film klasik menggunakan biara ini sebagai latar belakang kisahnya.
Inilah Toscana, tanah kuno di Italia tengah. Tempat berbagai peristiwa sejarah terjadi, dari sejak zaman Etruria ( nenek moyang bangsa Italia), Romawi sampai Renaissance ( Italia modern). Maka tidak aneh, jika kawasan memiliki tempat – tempat misteri. Kadang, peristiwa sejarah juga terjalin erat dengan legenda, salah satunya tentang pedang San Galgano.
Salah satu lorong biara.
Antara pedang Galgano dan kisah Arthurian, memang terjadi di waktu yang bersamaan. Mungkin, supaya legenda Arthurian tetap hidup, beberapa penulis sastra abad pertengahan, mencoba menghubung – hubungkan kedua kisah itu. Seperti dalam kisah “Ksatria Meja Bundar” (Knights of the Round Table), dimana Galgano sering dikaitkan dengan nama salah satu ksatria Arthurian “Galvano”. Keponakan Raja Arthur yang mendapatkan perlindungan khusus di Istana Aquitaine ( Kerajaan kecil di Perancis Selatan).
Namun, pedang bukan satu – satunya alasan, banyak orang mengunjungi Toscana. Kisah hidup Galgano sendiri, yang menginspirasi banyak orang, untuk melakukan perjalanan spiritual ke kompleks San Galgano. Seseorang yang mengajarkan kita, bagaimana mengubah pedang, dari alat perang menjadi alat perdamaian, yang mengganti baju kebanggaan, menjadi jubah kerendahan hati. Arrivederci..
Trailer Biara San Galgano Toscana Italia:
Sumber :
https://www.corriere.it/extra-per-voi/2017/08/12/san-galgano-mistero-spada-roccia-toscana