Peribahasa ini sudah kita dengar sejak kecil, pepatah yang bijak dengan arti yang sangat dalam. Supaya kita tidak mudah putus asa dalam mengupayakan sesuatu, dalam mengapai sesuatu, asalkan kita mau berusaha, pasti ada jalan keluar yang terbaik, karena banyak jalan menuju Roma.
Pepatah ini juga sangat populer di Italia, meskipun artinya sedikit berbeda: “Tutte le strade portano a Roma” (semua jalan menuju Roma), terlepas dari sisi yang mana keputusan diambil, kita akan mendapatkan hasil yang sama. Pepatah ini lahir dimasa ekspansi Romawi, saat Kekaisaran menduduki seluruh lembah Mediterania dan sebagian besar benua Eropa.
Saat Roma menjadi pusat dunia, kota ini menjadi titik referensi seluruh wilayah Eropa. Kota yang ramai dan maju, tempat kuil – kuil dibangun dengan megahnya, pusat Kekaisaran dan Senat, juga tempat dimana rumah kediaman para Kaisar berada.
Miliarium Aureum.
Banyak jalan utama Romawi kuno dibangun berawal dari Roma. Sistem yang efisien dan diatur sedemikian rupa sehingga dari semua kota besar dan benteng-benteng legiun, seseorang dapat mencapai Roma melalui salah satu dari banyak jalan Kekaisaran yang dibangun saat itu.
Jalan itu tersebar ke banyak arah, jalur yang bisa mengantar orang – orang datang maupun pergi meninggalkan Roma. Pada abad 20 SM atas perintah Ottaviano Augusto, “Miliarium Aureum” didirikan di Forum Roma (pusat pemerintahan Romawi kuno). Tiang marmer berlapis perunggu sebagai titik referensi (titik nol kilometer) untuk menghitung jarak. Terletak di pertemuan ideal jalan suci ): la via sacra, il vicus argentarius dan il vicus lugarius.
La Via Sacra adalah poros jalanan paling penting dan tertua di lembah Forum. Jalan ini mengarah ke selatan, ke Appia sampai Brindisi, di sebuah pelabuhan yang menuju Yunani dan Asia. Il vicus Argentarius , ada yang mengarah ke utara menuju Aurelia sampai ke Pisa, kemudian berlanjut menuju Narbonensis (Provence saat ini) dan Tarraconense (Spanyol saat ini). Sedangkan il vicus lugarius, jalur yang mengarah ke timur – utara, dari Flamina sampai ke Norico dan Raetia (wilayah Austria dan Jerman saat ini).
La via Sacra di kota Roma kini .
Jaringan jalan Romawi memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga kerajaan Romawi yang besar dan bersatu. Selain dipergunakan untuk transportasi barang dan militer, jalanan itu berfungsi juga untuk memperkuat pengaruh politik, ekonomi dan budaya di wilayah – wilayah yang ditaklukannya.
Jalan–jalan itu dikendalikan dan dipelihara oleh institusi Roma, membentang ribuan mil jauhnya dari wilayah Italia, sebagian besar wilayah Eropa, Asia dan Afrika. Terhubung dengan jalur komunikasi dan distribusi di semua provinsi Kekaisaran. Berinteraksi sempurna dengan pelabuhan – pelabuhan utama dan jaringan maritim Romawi.
Sistem konstruksi jalan Romawi memang agak rumit. Memiliki standar ukuran, dilengkapi dengan saluran air, nama jalan, tanda jarak yang akurat pada tonggak dan standar – standar lainnya. Setelah tanah digali, empat lapis material yang berbeda disusun teratur di dalam penggalian.
Dari karakteristik berlapis inilah, asal mulanya nama jalan atau “strata”, dalam bahasa Italia “strada”, dalam bahasa Inggris “street”, dalam bahasa Jerman “strasse” dan bahasa Belanda “straat”.
Tehnik pembuatan jalanan Romawi kuno.
Bangsa Romawi kuno sangat cermat dan teliti dalam perhitungan, sehingga hambatan apapun mampu mereka atasi. Membangun jembatan yang menghubungkan bukit yang satu dengan bukit lainnya, menghitung perbedaan ketinggian supaya menghindari jalan yang menurun atau menanjak terlalu curam dan lain – lain.
Beberapa dari hasil karya mereka masih berdiri kokoh sampai sekarang, seperti jembatan Via Appia di dekat kota Ariccia yang dibangun dari abad ke-2 SM. Jembatan Pont Saint Martin di lembah Aosta Piedmont, yang dibangun abad ke-2 SM yang memiliki lebar lengkungan tiang penyangga lebih dari tiga puluh meter.
Kemudian Il ponte di Alcántara yang melintasi Sungai Tagus di kota Alcántara provinsi Cáceres, Spanyol dan jembatan Romawi terpanjang di Turnu Severin, Rumania. Dibangun atas perintah Trajan di Danube pada abad 104 M, dengan panjang lebih dari 1127 meter dan ditopang oleh 20 pilar batu dan lengkungan kayu.
Pont Saint Martin, Piedmont.
Dalam pemberian nama, jalanan di Romawi juga memiliki berbagai macam latar belakang. Bisa berasal dari fungsi jalan itu sendiri, seperti: Via Salaria, jalan yang digunakan untuk mengangkut garam (sale). Via Argentea di Iberia (Spanyol sekarang), digunakan sebagai lalu lintas mineral (Ag).
Ada yang berasal dari nama asli wilayahnya, seperti: Via Ostiense, jalan di wilayah Ostia, Via Ardeatina di wilayah Ardea, Via Tiburtina di wilayah Tibur, Via Nomentana di wilayah Nomentum.
Namun banyak juga nama jalanan yang mengabadikan nama orang (konsuler) yang bertanggung jawab dalam pembangunannya, seperti: Via Appia, dibangun atas perintah Appio Claudio Blind (312 SM), Via Flaminia atas perintah Caio Flaminio (223-219 SM), Via Emilia atas perintah Marco Emilio Lepido (175 SM).
Jalanan Romawi tetap prima hingga akhir zaman kuno, bahkan sebagian jalan itu masih bisa dinikmati masyarakat Italia masa kini yang dikenal dengan nama “SS”(strada statale) yang artinya jalan nasional. Jalan-jalan itu ditandai dengan angka dari 1 hingga 8 dan namanya: Aurelia, Cassia, Flaminia, Salaria, Tiburtina, Casilina, Appia dan Ostiense.
Via Aurelia ( SS no. 1 ) dibangun pada abad III SM atas perintah Gaio Aurelio Cotta. Jalan yang menghubungkan Roma – Prancis melewati sepanjang tepi Laut Tyrrhenian dan Laut Liguria.
Via Cassia (SS no. 2) dibangun pada abad 154 SM atas perintah Cassio Longino. Jalan yang menghubungkan Roma – Florence, Lucca dan Pistoia.
Via Flaminia (SS no. 3), jalan dari Roma melintasi pegunungan Appenines menuju ke Laut Adriatik sampai Rimini.
Papan nama jalan.
Via Salaria (SS no. 4) sudah ada sejak abad ke-8 SM sebagai jalur perdagangan garam. Jalur yang menuju ke Laut Adriatik sampai San Benedetto del Tronto.
Via Tiburtina Valeria (SS. no 5) dibangun abad 286 SM atas perintah Marco Valerio Massimo. Menghubungkan Roma ke Tibur kuno (Tivoli), menyeberangi Abruzzo menuju Laut Adriatik sampai Pescara.
Via Casilina (SS no.6) adalah jalur yang mengarah ke Caserta (sebelumnya Casilinum).
Via Appia (SS no. 7), jalur yang menghubungkan Roma ke Brundisium (Brindisi sekarang), salah satu pelabuhan terpenting di Italia kuno. Dibangun atas perintah Appio Claudio Blind pada abad ke-3 SM
Yang terakhir adalah SS no.8, Via Ostiense (dalam bahasa Latin: via Ostiensis), jalur dari Roma sepanjang 24 kilometer menuju Ostia.
Peta algoritma Benedikt Groß dan kawan – kawan.
Bagaimana dengan kota – kota di negara Eropa lainnya, apakah “semua jalan menuju Roma” masih berlaku juga untuk saat ini ? Untuk membuktikannya, desainer Benedikt Groß, Phillip Schmitt dan Raphael Reimann pada tahun 2015 membuat peta algoritma. Mereka merancang jalur tercepat untuk mencapai Roma dari 486.713 titik awal yang berbeda, dan hasilnya tampak pada gambar peta di atas. Arrivederci….
Sumber :
http://www.roccioso.it/roma/strade.htm
Trailer jalan Romawi via Appia di Brindisi