Bila Jakarta sering disebut miniatur Indonesia, maka Indonesia adalah miniatur dunia. Istilah ini saya sampaikan bukanlah tanpa alasan. Coba kita perhatikan, apa sih yang ada di dunia tapi gak ada di Indonesia? Mau ke Menara Pisa tapi kejauhan? Datang saja ke Menara Saidah di Jakarta. Mau melihat air terjun Niagara? Ada kembarannya juga, yakni Air Terjun Malela di Desa Cicadas, Kecamatan Rongga-Gununghalu, Kabupaten Bandung Barat.
Mau melihat pertunjukan ala Gladiator? Kita juga ada, namanya adu bagong atau ‘dugong’, yakni pertarungan hingga mati antara anjing dan babi hutan, di arena berukuran sekitar 20×10 meter. Berlangsung di kampung Cicaringgang, Desa Wargaluyu, Kecamatan Arjasari, Kabupaten Bandung.
Termasuk juga bila ingin berpesiar ke Laut Mati namun biaya tidak memadai? Sebagai gantinya anda bisa datang ke Laut Mati yang berjarak sekitar 65 kilometer dari Kota Ba’a Ibukota Rote Ndao, di Nusa Tenggara Timur (NTT), dan butuh waktu sekitar 90 menit perjalanan dengan sepeda motor untuk mencapai lokasi.
Kondisi jalannya pun cukup mulus meski pada beberapa titik terdapat jalanan yang berlubang dan berbatu. Pemandangan hutan lebat dan padang savana ala Afrika akan menemani sepanjang perjalanan Anda.
Tidak ada angkutan umum yang bisa mengantarkan ke lokasi laut mati mengingat posisinya yang cukup tersembunyi dan masih jarang diketahui oleh wisatawan.
Laut Mati Sotimori, demikian masyarakat sekitar menyebutnya. Kondisinya juga tidak jauh berbeda buka kita bandingkan dengan Laut Mati yang ada di Timur Tengah, karena kandungan garam di laut mati ini lebih tinggi dari laut pada umumnya, hal Ini terjadi karena laut tersebut terkurung daratan selama ratusan tahun sehingga tidak ada aliran air laut.
Laut Mati Sotimori ini juga memiliki pantai, namun bukan pasir, melainkan cangkang kerang dan keong yang banyak berserak di bibir pantainya. Bedanya bila laut mati yang ada di Timur Tengah sudah benar-benar “mati”, maka Laut Mati di Sotimori ini masih kategori “setengah mati”. Penyebabnya karena di bawah laut mati ini masih ada kehidupan berupa air tawar yang menjadi habitat bagi kawanan ikan mujair. Jadi di bagian atasnya adalah air asin, sementara air yang terdapat di dekat dasar lautnya merupakan air tawar.
Belum ada penelitian lebih jauh yang mampu menjelaskan keunikan fenomena di danau yang membentang seluas 12 kilometer persegi ini.
Di sekeliling laut mati, tumbuh subur pepohonan bakau (mangrove) yang selalu memberikan kesejukan di tengah teriknya hari. Suasana laut mati ini relatif lebih sunyi dibanding objek wisata danau lainnya.
Beberapa gugusan pulau kecil berjejer di tengah danau, ditumbuhi ilalang dan pepohonan menyerupai bonsai yang bergoyang manja saat diterpa angin. Keindahan itu menghipnotis setiap mata yang menyinggahinya.
Eksotika laut mati kian menggoda ketika buih keemasan berkejaran ke tepian danau terhempas hembusan angin yang melambungkan angan.
Hijaunya hutan bakau dan karang di pesisirnya menambah pesona. Sementara di sebelah barat laut mati ada bukit kecil yang cukup tinggi untuk melihat pemandangan laut mati. Dari bukit tersebut Anda juga dapat menikmati matahari terbit.
Selain memiliki pemandangan indah, bagi yang ingin mengelilingi pulau-pulau di laut mati ini juga disediakan perahu. Wisatawan juga bisa berenang karena dipercaya kandungan garam di laut mati ini memiliki khasiat baik untuk kulit.
Tentunya banyak persiapan yang harus Anda lakukan jika ingin mengunjungi laut mati ini, karena fasilitas yang tersedia di sana tak seperti pada objek wisata air dan laut kebanyakan. Di sana Anda hanya tersedia fasilitas jet ski.
Sedangkan bila hendak bermalam, Anda bisa berkonsultasi dengan agen perjalanan atau penduduk setempat. Karena pada lokasi tersebut tak terdapat losmen, apalagi Hotel. Namun, biasanya penduduk setempat menerima sewa kamar di rumah mereka dengan bayaran tertentu.
Wisata Laut Mati Sotimori, menyimpan potensi pariwisata yang besar dan dapat menjadi altenatif tujuan wisata, pengganti wisata pulau Komodo yang sedang direncanakan akan ditutup. Sedangkan pengembangan Labuan Bajo sebagai “Bali Baru” oleh pemerintah pusat terus berjalan hingga kini.
Harusnya pemda NTT berusaha mandiri dengan mengembangkan dan memaksimalkan potensi pariwisata di daerahnya, alih-alih duduk dan menunggu uluran tangan dari pemerintah pusat. Misalnya melakukan kerjasama dengan pihak swasta atau investor.
Pemda NTT juga dapat melakukan kerjasama dengan berbagai biro perjalanan untuk mempromosikan tempat-tempat wisata yang ada. Tidak menutup kemungkinan suatu saat, pariwisata di Laut Mati Sotimori malah mendatangkan rejeki bagi warga NTT, tidak kalah dengan Labuan Bajo.