Menurut catatan sejarah, ibu kota Jepang pernah mengalami beberapa kali pemindahan. Selain Kyoto, Nara juga pernah dijadikan sebagai pusat pemerintahan Jepang. Ketika itu, Nara masih disebut dengan Heijo-kyo. Setelah ibu kota pindah ke Nagaoka-kyō, Nara disebut sebagai ibu kota selatan (Nantō).
Pada abad pertengahan, kuil-kuil di Nara pun menjadi sebuah kekuatan militer bagi para penguasa. Karena kuil-kuil ini memiliki banyak pengaruh, tak jarang menjadi sasaran pembakaran saat perang. Bahkan Daibutsuden di Kuil Todaiji pun sempat terbakar hingga dua kali.
Barulah setelah Zaman Edo, Keshogunan Tokugawa berhasil menancapkan kekuasaanya di Nara. Hingga kini, sisa-sisa kehidupan zaman Edo masih terlihat di Nara. Hal ini terlihat jelas di destinasi pariwisata Naramachi. Sebuah shopping street dengan toko-toko kuno bergaya Edo akan mudah ditemukan di Naramachi.
Banyak situs-situs wisata yang dapat dikunjungi di Nara, beberapa diantaranya yang terkenal adalah
Tōdai-ji
Salah satu situs yang dianggap paling megah, dimana terdapat Daibutsu, patung Buddha terbesar di Jepang dan salah satu dari yang terbesar di dunia. Selain itu Daibutsu-den juga dikenal sebagai bangunan kayu terbesar di dunia. Pada gerbang masuknya, yaitu Nandai-mon, dijaga oleh dua patung raksasa yang tampak menyeramkan.
Begitu kita memasuki Daibutsu-den, kita akan melihat sebuah patung Buddha yang akan membuat kita terperangah oleh ukuran dan keagungannya. Selain itu juga Ada beberapa obyek menarik, salah satunya adalah tiang/kolom kayu yang di dasarnya terdapat lubang. Dipercaya, apabila seseorang dapat merangkak tembus melalui lubang ini, maka hidupnya akan mendapat ‘pencerahan’.
Selain itu, terdapat pula patung Yakushi Nyorai. Walaupun bentuk sedikit menyeramkan, sesungguhnya itu adalah patung Buddha of medicine and healing. Jadi jika kita mempunyai sakit, pada bagian tertentu tubuh kita, maka dengan menyentuh bagian yang sama dari payung tersebut dan diusapkan ke bagian yang sakit di tubuh kita, dipercaya dapat memberikan kesembuhan.
Nara Park
Masih di sekitaran kuil Todaiji, kita dapat menemukan Nara Park, yakni sebuah taman yang dipenuhi oleh rusa yang bebas berkeliaran. Walaupun terlihat jinak, rusa-rusa ini adalah rusa liar, sehingga kita juga harus berhati-hati.
Meskipun demikian, kita masih dapat membelai, bahkan berfoto bersama dengan rusa-rusa tersebut. Pengunjung dapat ikut memberi makan rusa ini dengan membeli biskuit ‘shika-senbei’ seharga 150 yen per kemasan. Semakin kita masuk ke dalam Taman yang dipenuhi dengan tanaman dan pepohonan, semakin kita akan mendapati lebih banyak rusa. Di sini, kita tidak akan menemukan satu rusa jantan pun yang bertanduk. Tanduk rusa jantan ini memang sengaja dipotong dengan upacara Deer-horn Cutting di Nara Park pada setiap bulan Oktober.
Alasan utama pemotongan tanduk ini adalah untuk menghindarkan pengunjung Nara Park dari tandukan rusa yang dapat membahayakan. Sedangkan di hutan Kasuga-Yama di luar Nara Park, rusa dibiarkan bertanduk, sehingga pengunjung harus lebih berhati-hati.
Di dalam Nara park ini, Anda juga dapat menikmati beberapa spot yang indah berupa danau-danau kecil serta anjungan-anjungan kuno dengan desain jaman Nara dan Edo yang dapat dipakai untuk berfoto atau beristirahat. Ukimidō, yaitu bangunan berbentuk segi delapan di Sagiike Pond mempunyai desain yang unik, sehingga seolah-olah mengapung di air.
Berdasarkan legenda, rusa merupakan tunggangan Dewa Kasuga Taisha, oleh karenanya rusa dihormati oleh penduduk Nara. Kota Nara sendiri menggunakan Rusa sebagai ikon atau simbol utama bagi kotanya. Rusa juga dipakai sebagai logo event atau perusahaan. Termasuk klub sepakbola kebanggan Nara, juga memakai rusa sebagai maskot.
Kasuga-Taisha
Kuil Kasuga Taisha dibangun pada tahun 768 oleh Lord Fujiwara, seorang pria yang berpengaruh pada masa itu, atas perintah Kaisar Shotoku. Kuil ini unik karena mengabadikan empat Dewa dari kuil penting di seluruh Jepang, seperti Kashima-jingu dari Ibaraki Prefecture, Katori-jingu dari Prefektur Chiba dan Hiraoka-jinja dari Osaka. Sejak abad ke-8, kuil ini berkembang menjadi kuil untuk nenek moyang dari keluarga Fujiwara. Tempat suci ini juga terkenal sebagai kuil di mana bupati, penasihat Kaisar, Kaisar dan pensiunan Kaisar semua datang untuk beribadah.
Kuil utamanya, dibangun dalam struktur kuil khusus yang disebut Kasuga-zukuri, yang ditunjuk sebagai harta karun nasional negara Jepang. Tidak hanya kuil, tetapi juga gunung “Mikasa-yama” yang menjadi latar belakang kuil juga telah menjadi obyek ibadah, sekaligus objek wisata yang patut untuk dinikmati jika kita berlibur ke Jepang.
Kofukuji
Kofukuji atau Kōfuku-ji (興福寺 Kōfuku-ji) adalah sebuah kuil Buddha di kota Nara, Jepang. Kuil ini adalah markas nasional aliran Hossō dan salah satu dari delapan bangunan Bersejarah di Kota Kuno Nara yang masuk ke dalam daftar Situs Warisan Dunia UNESCO di Jepang.
Kōfuku-ji juga menjadi kuil utama Klan Fujiwara, Kuil ini berkali-kali rusak dan hancur akibat perang saudara dan kebakaran, dan dibangun kembali beberapa kali pula, meskipun akhirnya beberapa bangunan penting seperti dua dari tiga balai emas asli, nandaimon, chūmon dan koridor tidak pernah dibangun kembali.
Wakakusa
Gunung Wakakusayama atau Wakakusa (若 草山) merupakan gunung yang terletak di kota Nara, Jepang. Tepatnya persis di belakang Nara Park terletak di antara Kuil Todaiji dan Kuil Kasuga, meskipun lebih dikenal sebagai gunung namun tingginya hanya 350 meter atau seperti bukit-bukit yang ada di Indonesia. Wisatawan diizinkan untuk mendaki Gunung Wakakusayama sepanjang tahun kecuali selama musim dingin.
Lereng gunung dipenuhi pohon-pohon ceri dan sakura yang biasanya mekar setiap awal April atau pada musim semi, tidak perlu peralatan khusus untuk mendaki gunung ini karena jalur pendakian cukup landai untuk dapat didaki.
Heijo Palace
Konon Heijo-kyo (Heijo Palace/Istana Heijo) mengambil model dari Chang’an, yang merupakan kota paling makmur di China ketika itu. Heijo-kyo ini memiliki luas sekitar 2,500 hektar dengan panjang 5.9 km dari timur ke barat, dan 4.8 km dari utara ke selatan. Jalan utamanya yaitu Suzaku Avenue terulur panjang dan lurus dari Istana Heijo ke utara hingga ke pintu gerbang Suzakumon yang merupakan pintu masuk bagian selatan ke Ibukota ini.
Tempat berdirinya Heijo-kyo kini juga telah terdaftar menjadi Situs Warisan Dunia, sebagai salah satu Monumen Bersejarah Kuno Nara. Penggalian yang dilakukan oleh para arkeolog untuk menemukan bukti sejarah di tempat ini juga masih dilakukan hingga kini.
Pada tahun 2010, dalam rangka memperingati ulang tahun ke 1300 pemindahan ibukota ke Heijo-kyo, berbagai acara dan festival diadakan di tempat ini.
Bila kita ingin mengetahui sejarah kota Nara lebih lanjut, terutama sejarah Istana Heijo ini, maka kita dapat mengunjungi Museum Sejarah Heijo-kyo, Museum Situs Istana Heijo, dan Gedung Pameran Penggalian Situs yang terletak tidak jauh dari letak situs warisan dunia ini.
Demikianlah beberapa lokasi yang dapat kita jadikan sebagai referensi, bila berkesempatan berlibur ke kota Nara di Jepang