Saya akan menceritakan sedikit pengalaman saya dalam sebuah perjalanan mengikuti rombongan Jakarta Escape ke Lasem Jawa Tengah.
Jakarta Escape adalah sebuah grup Photography di WAG yang kebetulan saya juga menjadi salah satu membernya sejak lebih kurang 5 tahun lalu dan dikelola oleh salah seorang mentor Photography kita Sambodo.
Perjalanan kami mulai dari Semarang naik bis kecil menuju Lasem, tentu juga sambil menikmati kuliner-nya Kudus yg terkenal dengan soto Kudusnya yang maknyus itu.
Sambodo dan teman-temanlah yang sering merencanakan perjalanan menuju tempat-tempat menarik ke penjuru terpencil sekalipun seperti Kepulauan Kei di Maluku Tenggara, Bayah dan Sawarna di Banten, pantai Kiluan di Lampung dan lain-lain.
Kemarin tanggal 13 sampai 15 Juli 2018, kami di ajak lagi untuk bernostalgia ke Lasem, menikmati peradaban yang istimewa tentang sejarah keberadaan Negeri Lasem yang menjadi tempat pendaratan pertama orang Tionghoa di tanah Jawa.
Di sana saya menemukan terdapat banyak sekali perkampungan Tionghoa yang menarik perhatian saya di Lasem.
Lasem sendiri adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Rembang yang terletak di pesisir utara laut Jawa.
Lasem juga di kenal dengan sebutan TIONGKOK KECIL oleh masyarakat Jawa yang mana orang-orang Tionghoa pada jaman itu berbaur dengan penduduk setempat serta menikah dengan penduduk asli Lasem sehingga dengan percampuran itu, mereka sampai saat ini hidup rukun dan damai.
Lasem terkenal juga sebagai kota pelajar, kota santri dan sekarang yg lebih populer dari kalangan wisatawan adalah sebagai kota batik. Batik Lasem terkenal dengan batik tiga negerinya yang indah dan rumit sekali cara pengerjaannya, seperti contoh dibawah ini.
Bangunan-bangunan dan rumah-rumah tinggal tua orang-orang Tionghoa yang telah ada sejak enam sampai delapan generasi, masih berdiri dan dihuni oleh para pewarisnya.
Sayangnya banyak anak-anak muda Lasem yang lebih memilih hidup di kota-kota besar di berbagai penjuru Indonesia, sehingga banyak rumah-rumah tua yang ditinggalkan begitu saja oleh pemiliknya.
Masih ada beberapa rumah yang mempertahankan warisan-warisan dari leluhur mereka dan meneruskan pekerjaan usahanya yang salah satunya adalah memproduksi batik tulis yang banyak diminati oleh para penggemar batik Lasem yang terkenal bagus.
Tiongkok Kecil perkampungan Tionghoa yang masih terawat, menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan, seperti Klenteng CU AN KIONG yang masih terawat dengan baik sekali. Kelenteng tersebut dikelola oleh salah satu Yayasan Lawang Ombo.
Karena Lasem dan Rembang berada di pesisir laut Jawa, mereka juga memiliki ladang garam yang luas sekali.
Begitu juga dengan keindahan alamnya, pantainya dan keramah-tamahan penduduk atau masyarakat Lasem Tiongkok Kecil-nya.
Sebagai wisatawan dan photography kami tentu banyak melihat berbagai aktivitas masyarakat.
Ada juga keluar yg memproduksi tempe secara natural yang raginya berasal dari daun Jati dan dibungkus juga memakai daun jati.
Meskipun masih banyak kekurangan di mana-mana, itu wajar sekali seperti contohnya rumah tua Tionghoa yang dibiarkan pemiliknya perlahan-lahan pudar, pelan-pelan digerus usia tuanya yang mana si empunya sudah sepuh karena anak-anak muda keturunan mereka yang pergi merantau ke kota-kota lainnya.
Apakah seyogyanya ada pemikiran-pemikiran dari pemerintah daerah Lasem untuk melestarikan budaya yang sudah berumur ratusan tahun itu?. Sejarah yang tidak akan bisa terulang kembali kepada masa kejaaan Lasem jaman dahulu kala.
Sejarah peradaban budaya yang sangat tinggi dan istimewa yang berada di tanah Jawa juga terkenal sejak ratusan tahun lalu.
Penulis: Dindi Tanjung
Trailer Lasem Tiongkok Kecil