Seperti juga pesan sponsor yang mengatakan, bahwa kalau berkunjung ke Pulau Jawa, tapi belum berkunjung ke Candi Borobudur dan Mendut, belumlah lengkap. Begitu juga kalau mengunjungi negeri China dan belum mendaki The Great Wall juga belumlah lengkap. Demikian halnya, kalau berwisata ke Italia, tapi tidak menyempatkan diri untuk menikmati gondola di Venesia, rasanya amat disayangkan.
Berkunjung ke kediaman adik kami Margaretha dan Sandro suaminya di kota Padova atau dalam bahasa Indonesia, disebut: “Padua”, yang hanya berjarak sekitar 30 menit berkendara. Maka tentu saja, setelah beristirahat seharian, destinasi wisata yang pertama kami kunjungi adalah Venesia. Di Venesia ini terdapat Bandara Internasional Marcopolo.
Menumpang Kereta Api
Usai sarapan pagi, kami langsung diajak adik kami Margaretha dan suaminya Sandro menuju ke stasiun kereta api yang akan membawa kami ke Venesia, St.Lucia. Karena ada dua Venesia disini, yakni satu Venesia daratan dan yang menjadi daerah tujuan wisata adalah Venesia Santa Lucia.
dokumentasi: tjiptadinata effendi
Jarak dari unit apartemen adik kami menuju ke stasiun kereta api hanya ditempuh dalam waktu beberapa menit. Setelah kendaraan di parkir, Margaretha membeli tiket pulang pergi senilai 8.50 Euro per orang atau setara sekitar Rp. 125.000. Karena kereta api ini sekaligus merupakan bagian dari promosi wisata di sini, maka kondisi tempat duduknya dibuat sangat nyaman, agar setiap penumpang dapat bersandar dengan santai.
dokumentasi: tjiptadinata effendi
Venezia Yang Tidak Pernah Sepi Pengunjung
Walaupun kami datang pagi hari, tapi ternyata disana sudah ramai. Tidak dapat membedakan mana yang wisatawan domestik atau wisatawan dari mancanegara, kecuali ketika mereka berbicara. Karena warga lokal di sini bukan hanya kulit putih semata, tapi juga terdiri dari berbagai suku bangsa di dunia, antara lain dari India, China dan wajah-wajah yang bertampang Timur Tengah.
Di sepanjang jalan, berjajar dengan rapi restoran yang berdampingan dengan hotel yang sama sekali tidak tampak sebagai hotel, karena merupakan bangunan kuno. Kentara benar, bahwa pemerintah di sini benar-benar menjaga keasrian seluruh bangunan, sehingga semuanya tampil sebagaimana bangunan pada abad lalu.
PKL Mendapatkan Ruang Hidup Disini
Di Ruas jalan yang agak lapang, tampak beragam kedai kedai kaki lima yang menjajakan aneka ragam barang dagangan mereka. Kentara benar, bahwa di negeri spagetti ini, para Pedagang kaki Lima, mendapatkan ruang hidup yang layak. Mereka tidak diburu-buru para petugas, melainkan sudah menjadi bagian dari destinasi wisata disini. Mulai dari aneka ragam cinderamata, baju kaos merk Venesia dan beragam topeng dari ukuran mini, hingga topeng yang dapat digunakan oleh orang dewasa.
Seperti layaknya barang-barang di kaki lima di negeri kita, disini harga barang bisa ditawar. Umpamanya selembar baju kaos yang ditawarkan dengan harga 10 Euro setelah ditawar, akhirnya dijual dengan harga perlembarnya 6 Euro.
Cafe Cafe Tampak Berjejeran
Kalau berkunjung ke Venesia, tentu masih kurang rasanya bila belum mencicipi ice cream Gelato yang rasanya memang jauh berbeda dengan ice cream yang biasa kita temukan di berbagai mal di tanah air kita. Gelato tidak menggunakan cream atau essence buahan, melainkan semuanya asli dari susu dan buahan segar, serta gula pasir.
Sambil menikmati ice cream Gelato, para pengunjung bisa sekaligus menikmati makan siang, sesuai dengan selera masing-masing, Harga rata rata per orang untuk makan siang dan minum, sekitar 15 Euro atau setara 200 ribu rupiah. Ini makanan standar. Kalau kantong cukup tebal, tentu bisa memesan masakan seafood, yang harganya sekitar 30 Euro untuk makan siang per orang.
Bersih Aman Dan Nyaman
Walaupun para wisatawan berjubel memenuhi lokasi wisata ini, namun ada hal yang menurut saya sangat mengagumkan, yakni tidak tampak sepotong pun sampah yang tercecer di jalanan dan tidak ada botol bekas minuman yang tergeletak di jalan, semuanya dimasukan kedalam tempat sampah. Ditambah lagi, sehari suntuk menelusuri hampir seluruh pelosok Venesia ini, tidak terdengar ada yang kecopetan. Karena destinasi wisata akan ramai dikunjungi, bukan hanya karena indahnya pemandangannya, tapi sekaligus bersih, aman dan nyaman.
Berbicara mengenai keindahan alam, maka keindahan alam di tanah air kita, tidak kalah indahnya. Namun tidak disertai dengan kebersihan, keamanan dan kenyamanan, sehingga menyurutkan hati para wisatawan,yang sudah pernah berkunjung untuk datang kembali.
Menurut adik kami yang sudah tinggal selama 40 tahun disini, memang amat jarang terdengar berita tentang tindak kejahatan terjadi, termasuk pencopet.
Mungkin hal ini, merupakan salah satu selling point bagi pemerintah setempat dalam “menjual” Venesia sebagai daerah tujuan wisata.
Tanpa terasa, mentari sudah mulai condong ke barat. Walaupun pengunjung masih memenuhi lokasi wisata ini, tapi kami harus menyudahi perjalanan kami pada hari ini, agar ada waktu untuk beristirahat. Satu lagi sebuah kenangan indah, yang terpatri dalam hati kami pada hari ini dan tentunya melambungkan rasa syukur kami.
Ditulis berdasarkan pengalaman pribadi
Tjiptadinata Effendi