Orang yang sedang tenggelam, mustahil bisa menyelamatkan orang lain. Yang harus dilakukannya pertama-tama adalah menyelamatkan dirinya terlebih dulu, baru bisa menyelamatkan anggota keluarganya yang lain. Hal ini tentu tidak dimaksudkan untuk tidak peduli pada orang lain. Menolong orang lain, tentu saja merupakan sebuah perbuatan yang patut menjadi contoh. Akan tetapi bilamana kondisi kita sendiri sedang parah, maka alangkah baiknya, menyelamatkan diri sendiri terlebih dulu, baru membantu menyelamatkan orang lain.
Dalam setiap penerbangan, baik penerbangan domestik maupun internasional selalu diingatkan kepada para penumpang. Bila dalam keadaan marabahaya, maka gunakanlah masker anda terlebih dulu, baru menolong yang lainnya. Karena kalau diri sendiri tidak berdaya, maka mustahil dapat berbuat sesuatu untuk membantu orang lain.
Hal ini berlaku juga dalam kehidupan kita dibidang bidang lainnya. Banyak orang yang lupa, bahwa sesungguhnya dirinya dan keluarganya sedang dalam krisis kehidupan. Bukan hanya semata di bidang ekonomi, tapi boleh jadi dalam keharmonisan hidup berumah tangga, namun lebih peduli pada orang lain, daripada keluarganya sendiri. Sibuk memberikan petuah sana sini, bahkan menjadi motivator terpopuler di mana mana. Tetapi rumah tangganya berakhir secara sangat menyedihkan.
Jangan Terperangkap Popularitas Semu
Menertawakan kejatuhan orang lain, adalah sebuah penistaan terhadap harkat dan martabat kemanusiaan. Namun orang perlu tahu, untuk menjadi pelajaran hidup, mengapa sosok yang begitu populer dan sempat dikultuskan orang banyak pada akhirnya ketahuan, kehidupan keluarganya berantakan.
Perlunya Mengontrol Diri
Menjadi orang terkenal dan dihormati di mana-mana, tentu saja sangat menyenangkan, termasuk diri saya pribadi sudah pernah merasakannya. Tampil sebagai pembicara di berbagai stasiun televisi dan berbagai seminar yang bertaraf nasional. Dihadiri Gubernur dan menteri, serta kalangan akademis dan menjadi pusat perhatian. Bayangkan, begitu masuk ruangan, sudah berebutan orang ingin menyalami. Saat-saat seperti inilah yang seringkali membuat orang mabuk kepayang dan lupa diri. Seakan dunia sudah menjadi miliknya.
Sudah begitu banyak contoh-contoh hidup, betapa “Sang Motivator” yang dulunya disambut gegap gempita harus terhempas dilanda badai dalam keharmonisan rumah tangganya. Mari kita belajar dari kegagalan orang lain, agar janganlah kita sampai mengalami hal yang sama.
Tjiptadinata Effendi