Waktu Yang Sudah Berlalu Tidak Akan Pernah Kembali Lagi
Banyak orang terbius oleh hal hal yang tampaknya: ”wah”, karena mampu menciptakan berbagai pujian, namun sesungguhnya bermakna nihil bagi kehidupan yang sesungguhnya. Lupa, bahwa ada begitu banyak hal penting yang seharusnya bisa dilakukan, tapi diabaikan, demi kepuasan sesaat. Hal-hal yang merupakan ”aksesori” dalam kehidupan, justru diberikan prioritas utama dalam kesehariannya. Nama dan foto muncul dimana-mana dan menuai sanjungan sana-sini, sehingga lupa bahwa waktu yang terbuang secara sia-sia, tidak akan pernah akan kembali lagi. Kelak, ketika sadar diri, semuanya sudah terlambat.
Terjerat Popularitas Diri
Saking terobsesi oleh pujian dan sanjungan atau popularitas di bidang apapun, sehingga orang menjadikan “aksesori hidup” ini menjadi yang utama dan pertama tama dalam hidupnya. Akibatnya kepentingan keluarga dan keharmonisan dalam rumah tangga menempati urutan kedua ataupun ketiga dalam prioritasnya. Lupa akan apa yang seharusnya dikerjakan dan malahan mengerjakan hal-hal yang sesungguhnya tidak ada manfaatnya, baik bagi diri sendiri, maupun bagi keluarga.
Padahal apalah artinya popularitas di luar sana, dipuji dan dipuja orang banyak, akan tetapi anggota keluarga tidak mendapatkan perhatian sebagaimana layaknya. Karena itu tidak mengherankan, bilamana sejak dulu dan hingga kini, banyak bintang-bintang selebriti di bidang apapun, yang tiba-tiba rumah tangganya menjadi brantakan. Akibat lupa diri dan mabuk oleh kebahagiaan semu, yang diciptakan oleh popularitas diri.
Orang bisa mabuk bukan hanya karena minum alkohol, tapi tidak kurang bahayanya adalah mabuk sanjungan. Apapun penyebabnya yang namanya mabuk itu membuat orang tidak sadar diri. Tidak dapat lagi berpikiran jernih, sehingga melakukan hal-hal yang sesungguhnya tidak patut dilakukan.
Family is The First
Urutan prioritas utama dalam kehidupan kita, adalah keluarga, bukan aksesori hidup. Hidup adalah proses pembelajaran diri tanpa akhir dan bersifat universal. Lintas suku, gender dan usia. Belajar dari kesuksesan orang lain, tetapi jangan lupa belajar juga dari kegagalan agar kita jangan sampai membayar uang sekolah yang teramat mahal.
Hidup seimbang bermakna mendahulukan mana yang wajib, baru menekuni mana yang disukai. Jangan sampai terjadi sebaliknya, sehingga meninggalkan tugas dan kewajiban hanya untuk mencapai kepuasan diri secara semu. Karena apapun yang berjalan secara tidak seimbang akan terguling dan roboh.
Ibarat sebuah kendaraan yang berlari kencang padahal salah satu bannya kempes. Ada begitu banyak contoh yang dapat dijadikan pelajaran hidup, bahwa apapun yang tidak seimbang, tidak akan mampu bertahan lama. Untuk kemudian tumbang dan hancur. Semoga kita mampu secara arif memaknai arti dari sebuah popularitas diri.
Hidup Terlalu Berharga Untuk Dijadikan Taruhan
Judi itu merusakan. Karena terbius oleh kecanduan judi, orang yang awalnya adalah sosok yang santun dan ramah, bisa saja berubah menjadi sosok yang menakutkan, bila kalah dalam perjudian. Tapi jangan lupa, bahwa judi tidak hanya berarti duduk di meja dan memasang nomor ataupun pasang taruhan dengan bermain kartu ataupun menghabiskan uang di Kasino.Banyak orang, secara tanpa sadar, malahan mempertaruhkan keselamatan diri dan keluarganya, demi untuk sesuatu yang tidak berguna.
Hidup hanya sekali dan sayang sekali bila disia siakan untuk hal-hal tidak bermanfaat. Apalagi hanya sekedar meraih popularitas semu, yang sama sekali tidak berharga. Penyesalan sering datang terlambat. Karena itu, sebelum kita sempat menyesal, alangkah eloknya, melakukan introspeksi diri.
Kita punya waktu untuk hal-hal tidak berguna, selama berjam-jam setiap hari, masa untuk diri sendiri dan keluarga kita tidak punya waktu?
Hanya sebuah renungan diri, semoga ada manfaatnya.
Tjiptadinata Effendi