Seharian kemarin,
Beredar cerita tentang kepahlawanan LIE,
Salah satu pencetus Angkatan Laut di Indonesia ….
Saya membaca nya,
Antara terharu dan bangga ….
LIE,
Seorang keturunan Cina,
Yang berjuang demi Indonesia ….
Lalu,
Seharian kemarin pun saya lebih banyak diam,
Merenung di dalam kamar saya yang sempit …
Saya buka sebuah kotak kayu yang selama ini tersimpan di dalam lemari baju,
Kotak usang berisikan koleksi foto keluarga kami,
Satu satu benda berharga yang tersisa dari kerusuhan 1998 yang lalu.
Tanpa terasa,
Air mata saya menitik …
Ada foto Papa dan Mama,
Foto Engkong dan Koko,
Yang entah ada di mana sekarang ….
Beruntung mata saya tidak terlalu sipit,
Kulit saya tidak terlalu kuning,
Dan wajah saya lebih cenderung seperti wajah2 orang Indonesia pada umumnya,
Sehingga orang seringkali tak sadar,
Bahwa sesungguhnya saya pun seorang keturunan Cina …
Beruntungkah saya???? …
Karena terlahir berbeda dari saudara2 saya yang benar2 berwajah Cina?? ….
Entahlah….
Karena walau saya tau persis,
Bahwa saya berasal dari keturunan Cina,
Tapi hingga saat ini,
Saya tetap merasa sebagai seorang Indonesia ….
Saya seperti kawan-kawan saya yang lain …
Sebuah ingatan yang sempat singgah di kepingan otak saya,
Adalah pada satu hari Koko saya pulang,
Dengan kepala yang terluka terkena lemparan batu …
Mama saya kaget melihatnya,
Lantas bergegas mencari air dingin beserta kain untuk membersihkan lukanya ….
Saya yang masih sangat kecil waktu itu,
Mengekor di belakang Mama saya …
Saya ingat pertanyaan dari Koko saya :
“Mama …
Memangnya kenapa jika kita Cina?
Ada yang salah kah??? …”
Mama saya hanya terdiam,
Tersenyum sambil tangannya bergerak membersihkan luka di kepala Koko saya,
Lalu menempelkan perban di sana,
Yang sebelumnya telah diolesi dengan obat.
“Mama …
Mereka mengatai saya anak Cina…
Kenapa mereka membenci saya?? …”
“Karena kita berbeda ….,”
Singkat saja Mama menjawab,
sebelum kemudian berlalu ….
Dan hingga Koko saya dewasa,
Bahkan hingga Koko saya hilang pada bulan Mei 1998,
Jawaban itu tetap menggantung di benak saya ….
Saya melihat orang2 memburu teman2 saya,
Saya melihat rumah kami dibakar,
Dihancurkan,
Di luluh lantak kan …
Saya bingung,
Takut,
Dan tak tau harus lari ke mana ….
Hingga kemudian seorang Bapak yang mengenakan sarung dan kopiah,
Serta menuntun sebuah sepeda kumbang,
Mendekati saya di seputaran daerah Kota …
“Ikut saya pulang, Nak …
Setidaknya kamu aman di rumah Bapak …..”
Dan dengan terpaksa,
Saya mengikutinya pulang,
Membawa beberapa barang yang (menurut saya) berharga.
Di rumah kayu sederhana itu,
Saya disambut dengan ramah,
Oleh Ibu dan seorang anak perempuan sebaya saya.
Namanya Hesti,
Anak itu memakai baju panjang dan berkerudung,
Cantik sekali …
Pada akhirnya,
Dia kuanggap sebagai kakakku …..
Walau usianya masih di bawah ku ….
Kami tumbuh bersama,
Dalam perbedaan yang entah mengapa,
Terasa sangat indah …
Setiap Maghrib,
Saya mendengar Hesti mengaji ……
Dan terkadang,
Hesti pun menemani saya sembahyang ke Klenteng,
Yang terletak tak jauh dari rumah mereka ….
Dan kisah heroik tentang LIE,
Hari ini rasanya kembali mengharu birukan perasaan saya ….
Seketika saya mengingat Koko,
Mengingat Papa dan Mama saya …..
Dan sebuah pertanyaan,
Yang sampai kapanpun tak akan pernah terjawab …
“Salahkah kami terlahir sebagai keturunan Cina?? …
Pernahkah kamu minta dilahirkan sebagai keturunan Cina?? …
Menyesalkah kami karena dilahirkan sebagai keturunan Cina?? ….”
Mengapa kami selalu dipojokkan,
Dianggap sebagai minoritas,
Disudutkan dalam banyak kasus,
Dijadikan bahan ejekan dan caci maki?? …
Apakah mereka yang selama ini menganggap dirinya,
Sebagai sosok yang paling Nasionalis,
Benar2 mampu menjadi sosok yang mencintai tanah air dan negerinya Indonesia?? …”
_____________________________________________
Saatnya untuk merubah mind set yang ada di beberapa pemikiran masyarakat kita,
Untuk bisa menerima perbedaan yang ada,
Sesuai dengan slogan “BHINNEKA TUNGGAL IKA ….”
Setiap kita,
Adalah INDONESIA ……..
Penulis: RR. Diah Mustika Sari