Sebagai orang Indonesia yang menumpang hidup di Benua Australia, saya dan istri termasuk dalam katergori golongan minoritas. Karena jumlah orang Indonesia yang tinggal di sini, mungkin hanya sekitar seratus ribu orang. Yakni kira kira 0,5 persen dari jumlah penduduk Australia, yang mendekati angka 24 juta jiwa.
Ada 2 Kategori Penduduk:
- Warganegara Australia, serta merta adalah penduduk Australia.
- Penduduk Australia, non warganegara.
Untuk menjadi penduduk di sini, orang sudah harus memiliki Surat Izin menetap atau lebih populer dengan istilah : “P.R.”, singkatan dari Permanent Resident. Untuk mendapatkan Surat izin tinggal menetap di sini, sangat sulit, kecuali bagi mereka yang berusia di bawah 30 tahun dan memiliki keahlian khusus, yang dibutuhkan pemerintah Australia.
Seperti misalnya tenaga medis dan tenaga pertukangan. Kalau mengandalkan Sarjana Ekonomi atau Sarjana Hukum dan Sarjana sosial lainnya, sangat kecil kemungkinan akan dapat memperoleh visa kerja, apalagi Permanent Resident di sini.
Pada sekitar tahun 2000, ketika kami mengajukan permohonan untuk mendapatkan Izin Menetap di Australia, masih ada celah, melalui hubungan kekeluargaan. Yakni, karena dari 3 orang anak kami, 2 diantaranya sudah menetap di negara ini bersama keluarga mereka. Maka demi alasan kemanusiaan, saya dan istri diberikan dispensasi untuk mendapatkan Australian Permanent Resident.
Semakin Sulit dan Rumit
Lain dulu, lain pula sekarang, sejak belakangan ini, untuk mendapatkan Permanent Resident menjadi semakin sulit, karena aturan semakin diperketat.
Punya modal dan ingin investasi di Australia boleh saja, tapi bukan jaminan, akan mendapatkan izin tinggal selamanya. Paling banter mendapatkan Temporary Resident, yang berlaku paling lama tiga tahun dan kemudian harus keluar dari Australia.
Fasilitas Sebagai Penduduk Australia
Walaupun kami masih memegang Paspor Indonesia dan tidak pernah membayar pajak di Australia, karena memang tidak ada usaha tetap di sini, namun fasilitas yang kami terima, sama dengan warganegara Australia. Kecuali dalam hal dipilih dan memilih.
Sebagai PR dan Pemegang Kartu Senior, kami mendapatkan fasilitas:
menggunakan transportasi umum, secara gratis
- Bis, kereta api, tram dan ferri
- Layanan kesehatan
- Dan semua fasilitas yang diperoleh oleh warganegara Australia
Sebulan Tinggal di Rumah Sakit
Saya pernah mengalami kecelakaan, yakni terpeleset di tangga pesawat dan tulang rusuk terbentur di tangga pesawat. Rupanya terjadi luka dalam dan harus dirawat di Wollongong Public Hospital. Selama lebih kurang sebulan saya tinggal untuk rawat inap dirumah sakit. Di rontgen, MRI ,CT scan ,test darah dan sebagainya,serta dipasangi infus, untuk antibiotik.
Setiap sore, perawat datang membawa daftar menu, agar saya bisa makan sesuai selera, baik untuk sarapan, makan siang dan makan malam, berikut dengan minuman dan jus.
Saya tinggal sendirian dalam kamar dan hampir setiap jam sekali, perawat datang dan memeriksa kondisi saya. Bersyukur, setelah hampir sebulan, saya diizinkan pulang.
Tagihan Sebesar 23.800 Dolar
Ada tagihan sebesar 23.800 dolar atau setara dengan sekitar Rp.240 juta rupiah. Putra kami yang datang dari Perth, mengatakan bahwa saya tidak usah memikirkan tagihan rumah sakit, karena ia yang akan melunaskan.
Tetapi ternyata, saya tidak harus membayar satu senpun. Kewajiban saya hanyalah menanda tangani pernyataan, bahwa memang saya dirawat disana, selebihnya urusan mereka untuk menagih ke Pemerintah Negara Bagian New South Wales.
Agak lama saya terpana, seakan tidak percaya akan apa yang saya dengar. Karena sebagai penduduk, saya sama sekali tidak pernah berjasa terhadap negara Australia, tidak bayar pajak, cuma menumpang tinggal saja. Tapi bagian Administrasi Rumah Sakit, sekali lagi, menegaskan, bahwa saya sama sekali tidak diwajibkan membayar apapun, termasuk makanan selama sebulan.
Bagi saya pribadi, Australia adalah bagaikan Ibu angkat yang memanjakan diri saya, tapi Ibu Kandung saya Indonesia, tak akan pernah saya lupakan!
Ditulis berdasarkan pengalaman pribadi, untuk memberikan gambaran, bahwa kendati tinggal di Australi, kami tetap adalah orang Indonesia.
Tjiptadinata Effendi