Meratapi nasib, bukanlah jalan keluar dari kemelut yang kita hadapi. Menyesali diri /menyalahkan keadaan/menimpakan kesalahan pada orang lain, juga tidak akan mengubah apapun. Sebaliknya akan memperburuk keadaan dan menciptakan keresahan pada keluarga dan orang orang yang ada disekeliling kita. Jalan terbaik adalah berusaha mengubah nasib kita. Tak seorangpun di dunia ini, yang bisa mengubah nasib kita, kecuali diri sendiri.
Cuplikan Pengalaman Pribadi
Bercerita tentang sukses, sangat mudah. Tetapi untuk meraihnya dibutuhkan kemauan, tekad, kerja keras dan pantang menyerah. Banyak orang mengira, bahwa sukses adalah identik dengan kaya. Padahal ada banyak orang kaya yang hidupnya tidak sukses, bahkan menderita.
Ketika saya postingkan tulisan yang berjudul: ”Dari Penjual Kelapa di Pasar,Menjadi Eksportir”, cukup banyak mendapatkan respon dari pembaca. Bukan hanya sekedar komentar basa basi, tetapi berberapa diantaranya dengan serius mengirim pesan via inbox, menanyakan bagaimana caranya atau kiat kiat apa yang saya lakukan, untuk menjembatani antara: hidup sebagai Penjual Kelapa dan menjadi Eksportir. Sepertinya ada mata rantai yang terputus.
Oleh karena itu pada tulisan ini, saya mencoba memaparkan secara sangat sederhana dan tidak berdasarkan sistimatis seperti yang diajarkan dalam teori teori ekonomi, melainkan dalam tata bahasa dan gaya tersendiri. Dengan harapan, setidaknya dapat melahirkan inspirasi dan dijadikan referensi untuk menapaki kehidupan yang lebih baik, yakni: ”mengubah nasib”
Mengawali dari Titik Nadir Kehidupan
Jangan pernah bercerita tentang pedih dan perihnya hidup dalam penderitaan, bila kita sendiri belum pernah merasakan seperti apa menderita itu. Adalah lebih mudah bagi setiap orang untuk bernostalgia tentang masa lalu yang sukses, tentang pencapaian-pencapaian yang mencengangkan. Kendati di saat bercerita, semuanya sudah menjadi kenangan belaka. Yang paling sulit, adalah mengakui dan bercerita sejujurnya, tentang kemiskinan dan kemelaratan hidup yang dijalani. Bahkan tidak sedikit orang merasa tabu, mengungkapkan siapa sebenarnya dirinya, sebelum meraih kesuksesan.
Padahal untuk memotivasi orang lain, jalan yang paling tepat, adalah membuka tabir tabir kehidupan dan mungkin juga ada sisi sisi gelap dari kehidupan kita. Tidak hanya keberhasilan-keberhasilan, tetapi juga kegagalan-kegagalan yang pernah dialami. Tanpa itu, seorang motivator, sadar atau tidak, akan menjerumuskan orang lain dengan memberikan gambaran, bahwa sukses itu begitu gampang dicapai. Hal ini akan membuat orang hidup di angan-angan.
Menjadi Kuli Bukan Sebuah Kehinaan
Kata “kuli’ bisa saja dimanipulasi, untuk menarik rasa simpati. Bekerja di toko, di gudang, mengangkat barang sekali dua kali, sudah bisa dengan lantang mengatakan: ”Saya pernah jadi kuli”.
Tapi bagi yang sudah pernah bekerja sebagai kuli, tahu persis bagaimana rasanya, ketika dalam keadaan lapar, mengantuk dan sakit, harus naik ke atas bus. Membongkar muatan, menaikkan di atas timbangan, memilah barang yang sejenis dan kemudian merapikan pakingnya. Sudah selesai? Belum. Ini baru awal, barang ini harus disusun rapi dan bila kondisi barang dalam keadaan lembab, entah karena alasan apapun, maka harus dikeluarkan dari bungkusannya dan di jemur. Sore harinya, setelah seluruh tenaga dan energi terkuras habis, baru dapat upah, yang hanya cukup untuk sekali makan.
Sakit atau pusing atau apapun alasannya, sehingga tidak masuk kerja, boleh saja. Dengan catatan tidak ada upah sepeserpun. Dan bila hal ini sering dilakukan, maka dengan mudah bos akan memecat.
Maka berdasarkan pengalaman hidup yang pahit getir selama bertahun-tahun, merangkak dan kemudian sukses meraih kehidupan yang layak, saya postingkan cuplikan dari kisah hidup saya.
Langkah Untuk Mengubah Nasib
Langkah pertama adalah mengubah persepsi kita tentang hidup. Yakinkan diri kita, bahwa kalau orang lain, bisa sukses, maka kitapun bisa. Karena pikiran pada tubuh kita adalah ibarat motor pada sebuah kendaraan. Betapapun kuat dan indahnya sebuah kendaraan, tapi tanpa motor, maka ia tak lebih dari setumpuk barang mati. Mengubah persepsi tentang hidup, berarti mengubah sikap mental, maka prilaku juga akan berubah.
Langkah kedua: berhentilah berkeluh kesah. Karena orang yang selalu mengisi hidupnya dengan keluh kesah, adalah orang yang menabur benih-benih negatif dalam hidupnya. Maka disini berlakulah hukum tabur tuai: “siapa yang menabur, akan memetik hasilnya, sesuai dengan apa yang ditanamnya” Mungkin kita masih ingat sebuah pribahasa: “Yang menabur angin, akan menuai badai” Setiap pengulangan kalimat yang sama, secara sadar ataupun tidak, akan menjadi doa kita. “You are what you think”
Langkah ketiga: berhentilah melecehkan diri sendiri. Karena kalau orang tidak bisa menghargai dirinya sendiri, bagaimana pula orang lain bisa menghargai kita. Ada seribu alasan, untuk tidak mau berubah: saya sudah tua, saya bukan sarjana, saya masih terlalu muda, saya tidak punya modal, saya kurang sehat, tidak ada yang mendukung saya dan seterusnya.
Langkah keempat: tentukanlah target yang ingin kita capai, hal ini akan menjadi motivasi diri. Karena motivator terbaik di dalam hidup ini adalah diri kita sendiri. Target atau cita-cita amat dibutuhkan untuk menciptakan kegairahan hidup dan bekerja. Tanpa target dan cita-cita, orang akan menjalani hidup sebagai robot, Dalam bahasa yang keras: “Hidup tanpa cita-cita adalah ibarat orang berjalan tanpa tujuan.”
Langkah kelima: Lakukanlah sekarang! Jangan membiasakan diri untuk menunda. Karena menunda akan memperlemah kemauan kita untuk melakukannya. Bahkan boleh dikatakan, orang yang selalu menunda rencananya, adalah orang yang merencanakan kegagalan di dalam hidupnya.
Hidup Tidak Dapat Dimatematikakan
Sesuatu pencapaian yang mungkin menurut logika adalah mustahil, ternyata dengan kemauan dan kerja keras, bisa menjadi sebuah kenyataan. Oleh karena itu, jangan pernah mengandalkan logika semata di dalam hidup, karena sepintar apapun seseorang, logika pasti ada batasnya. Sedangkan misteri hidup adalah sesuatu yang tidak terbatas. Dalam bahasa lain, apa yang mustahil bagi manusia, bagi Tuhan tiada suatupun yang mustahil, asalkan kita yakin kepadaNya dan mau berusaha dan berkerja keras untuk mengubah nasib.
Catatan :
Tulisan ini adalah inti sari kehidupan pribadi saya,yang dituangkan dalam bentuk artikel,dengan harapan semoga dapat menjadi sumber inspirasi dan motivasi. Sama sekali tidak terbersit dalam hati untuk menggurui siapapun dan jauh dari maksud pamer diri
Tjiptadinata Effendi