Rasanya di dunia ini, tidak ada seorangpun manusia yang dapat seratus persen jujur. Tidak jarang orang harus berbohong, demi untuk kebaikan atau setidaknya tidak menyebabkan orang lain terluka hatinya.
Banyak contoh-contoh nyata yang terjadi di sekeliling kita, sehingga tidak perlu berselancar di google untuk mencari pembenarannya. Misalnya:
Ketika kita diundang makan dirumah teman ataupun kerabat dan nyonya rumah bertanya, bagaimana pak, rasa masakan saya? Maka biasanya kita akan menjawab “Wah, enak bu“ Padahal boleh jadi kita dengan bersusah payah menghabiskan makanan di piring karena rasanya enggak karuan. Coba kalau kita bicara jujur apa adanya dan mengatakan “Wah, maaf bu, saya tidak suka masakan ini“ Walaupun disampaikan dengan sopan dan jujur, tapi sudah pasti nyonya rumah akan sangat tersinggung atau minimal sedih. Karena sudah bersusah payah memasakan makanan untuk tamu, ternyata tamu tidak suka akan masakannya.
Cukup satu kali saja menjawab jujur, maka jangan harap akan ada lagi undangan makan untuk kita, karena sudah melukai perasaan nyonya rumah.
Contoh Lain,
Kita berada di lift kaki kita terinjak oleh seseorang dan secara serta merta minta maaf. Terus apa jawaban kita? “Oya, tidak apa apa bu.” Padahal jari kaki kita serasa remuk diinjak dengan sepatu hak tinggi, oleh wanita yang bobotnya mungkin 80 kg.
Atau bertamu kerumah orang dan menengok kondisinya sangat prihatin, maka ketika Tuan rumah ngajak “Kita makan siang yuk”. Namun kita jawab ”Terima kasih , saya barusan makan.” Padahal sejak pagi belum makan. Kita berbohong lagi. Di pasar, tiba-tiba ada yang menyapa dan minta tolong ditukarkan uang kertas 100 ribuan yang disodorkannya, katanya butuh uang kecil. Kita melihat situasi akan membahayakan diri kita, andaikan dompet kita buka ditengah pasar. Maka kita jawab “Maaf, mas nggak punya uang kecil” Padahal di dompet kita banyak uang kecil. Bohong lagi….
- Sama sama Bohong Tapi Berbeda Cita Rasa
Walaupun tidak ada istilah ”bohong yang baik “, tentu contoh-contoh kebohongan di atas dalam waktu singkat dapat kita jadikan daftar panjang. Berbohong, tapi tentu tidak dapat disejajarkan dengan kebohongan untuk mendapatkan sesuatu keuntungan bagi diri sendiri. Jadi sama-sama berbohong,namun kualitas bohongnya berbeda-beda. - Bohong demi keuntungan pribadi.
Memalsukan data
Memberikan kesaksian palsu
Menuliskan sesuatu kebohongan hanya untuk popularitas diri
Memberikan keterangan yang menyesatkan
Berbohong Hanya Mempersulit Diri Sendiri dan Merugikan Orang Lain
Sekali kita berbohong, maka mungkin kita harus menjawab seribu pertanyaan, sehubungan dengan satu kebohongan yang telah kita lakukan. Bayangkan betapa repotnya hidup kita, ini baru satu kebohongan. Bagaimana kalau kita berbohong 10 kali? Bagaimana kita bisa menjawab untuk menutupi kebohongan pertama? Kita akan berbohong berpuluh kali lagi, bahkan mungkin seratus kali, hanya untuk menutupi satu kebohongan. Hidup yang Paling Nikmat adalah hidup tanpa kebohongan. Tanpa menyimpan kebohongan, maka ketika kita berbicara dengan siapapun, kita berani menatap mata lawan bicara kita, karena tidak ada kebohongan dalam diri. Inilah saya, apa adanya.Berbohong berarti tidak jujur pada diri sendiri. Berbohong berarti tidak memiliki rasa percaya diri. Berbohong adalah orang yang tidak menghargai dirinya sendiri._
Stop Semua Kebohongan
Seperti kata pepatah, kalau ingin memperbaiki dunia, maka mulailah dari diri kita sendiri. Begitu juga, bila ingin menghentikan kebohongan, maka sejak saat ini berhentilah berbohong.
- Tampil diri apa adanya.
- Jauhkah hasrat hati untuk raih popularitas semu.
- Biarkanlah orang menilai kita apa adanya.
- Sehingga orang tidak merasa menyesal pernah bersahabat dengan kita.
- Apalah artinya popularitas diri yang semu, suatu waktu akan terbuka dan kita telah mempermalukan diri kita sendiri, keluarga kita, serta orang-orang yang pernah dekat dengan kita.
- Jangan hidup dalam halusinasi.. hiduplah dalam realita, kendati realita itu membuat kita tak populer.
Tjiptadinata Effendi