Kejadian ini sudah berlalu bertahun-tahun lalu, tapi untuk hal-hal yang memiliki pesan moral bagi para generasi muda, tentu tidak ada masalahnya bila di update. Karena yang bisa basi hanya nasi dan sambal, sedangkan kisah-kisah hidup yang menyirat pesan moral, merupakan kisah abadi. Tengok saja sejarah, tentang ke pahlawanan para pejuang kita, walaupun terjadi sudah hampir seabad lalu, tetap saja dijadikan bagian dari pelajaran bagi para siswa siswi. Agar mereka dapat memetik hikmahnya.
Walaupun peristiwa yang ditulis disini bukan hal-hal yang spektakuler, tapi mungkin ada manfaatnya bagi para generasi muda bangsa, agar jangan lagi terbius oleh ”aji mumpung” seperti yang selama ini banyak dipraktikan oleh sebagian Pejabat.
Menginterogasi Mantan Bupati
Kosa kata ”interogasi “ biasanya istilah ini digunakan ketika Penyidik memeriksa tersangka. Tapi bilamana kita menelusuri asal muasal kata interogasi ini, berasal dari kosa kata bahasa Inggeris yakni: ”interrogation“ yang berarti pertanyaan Jadi bila sub judul ini ditulis ”Menginterogasi Mantan Bupati” rasanya tidak salah, hanya agar terbaca lebih keren saja.
Beberapa tahun lalu
Sewaktu kami mendarat di Bandara Sultan Thaha – Kota Jambi. Begitu melangkahkan kaki turun dari tangga pesawat, kami langsung menuju keruangan kedatangan. Menunggu dua koper yang berisi pakaian di bagasi. Selang sekitar setengah jam, kemudian koper sudah berada di tangan. Kami langsung berjalan menuju ke pintu keluar. Dari kejauhan sudah kelihatan dua sosok melambaikan tangan kearah kami. Membutuhkan waktu dua tiga detik bagi mata untuk menyesuaikan pandangan mata, karena agak silau dengan sinar mentari di pagi ceria itu. Ternyata sahabat kami yakni H. Bambang dan istrinya Hj. Nurul.
Kami melangkah lebih cepat. Saling berangkulan, karena cukup lama kami tidak ketemu. Langsung disambung saling berebut bicara, hilir mudik, sambil menenteng koper, berjalan menuju ke tempat parkir kendaraan.
Sempat berpikir, mungkin sopir menunggu di dalam kendaraan. Namun hingga tiba di kendaraan, tak tampak siapa-siapa disana. Bahkan pintu mobil dibukakan oleh Pak Bambang dan kedua koper kami diangkat dan dimasukkan kedalam bagasi. Walaupun agak heran, namun saya menahan diri untuk tidak bertanya hingga kami naik kedalam kendaraan.
Kami Disopiri Bupati
Saya dipersilakan duduk di depan, mendampingi Pak Bambang yang mengendarai mobil, sedangkan istri saya Lina duduk di belakang kemudi dan ditemani bu Hj.Nurul. Begitu kendaraan mulai bergerak keluar dari area perpakiran, mulut saya sudah gatal mau bertanya.
Langsung memulai pembicaraan dengan interogasi “Sopirnya mana Pak Bambang?”
“Sopir apaan? saya kan masih kuat. Bayangkan anda di sopiri oleh Kolonel dan bupati lagi. Minimal pangkat anda apa Pak Tjipta?”
“Jenderal atau Gubernur?” spontan jawaban saya. Ketawa kami berderai mengiringi kendaraan yang sedang melaju. Tiba-tiba sifal usil dan iseng saya sewaktu masih muda merasuk diri. Saya senyum-senyum sendiri. Syukur nggak ada yang tengok. Kalau nggak bisa bisa saya disangka ragil. Membayangkan diri disopiri oleh Perwira TNI dan Bupati lagi. Rupanya sambil tangan memegang kemudi, mata pak Bambang terus berkeliaran dan mengatakan “Kenapa anda koq senyum senyum?”
Saya tidak menjawab pertanyaannya, malah balik bertanya “Hmm Kebun kelapa sawitnya pasti luas yaa, SPBU nya ada berapa totalnya Pak Bambang?” tanya saya tiba-tiba.
“Kebun kelapa sawit apaan? SPBU apaan?” jawabnya agak setengah berteriak, kentara benar sifat tentaranya masih sangat kental. Wajahnya yang sudah memang agak hitam, tampak semakin kelam. Dan saya semakin asyik menggoda ”Ooo, mungkin investasinya di Kebun Kopi atau saham yaaa?” jawab saya usil.
“Anda ini kayak KPK saja“ kata pak Bambang ketus.
Asyiik nih, pikir saya. ”Hmm mungkin beli saham ya pak?”
Tiba-tiba saya merasakan rusuk saya ada yang cubit. Saya tidak menengok kebelakang, tapi memastikan bahwa cubitan itu pasti dilakukan oleh wanita yang saya cintai, yakni istri saya Lina. Lumayan sakitnya.
“Sekarang begini, ini ada saksi: istri saya dan istri anda. Bila saya punya SPBU, Perkebunan Kelapa Sawit atau Kopi atau Kebun Binantang sekalian, anda boleh ambil semuanya!” Jawabnya berang dan emosi. Saya lirik wajahnya jadi semakin menghitam. Sampai disini saya sudah tidak sanggup menahan geli, apalagi dicubit bertubi-tubi dari belakang, maka meledaklah ketawa saya sejadi jadinya…
“Lho orang serius, kok anda malah ketawa?” Tanya Pak Bambang dengan wajah bengong.
“Hahaha berarti kita masih tetap bersahabat pak Bambang. Bila anda memiliki SPBU dan Perkebunan Kopi atau kebun Binatang,maka hari ini adalah hari terakhir pertemuan kita…” Jawab saya
“Anda benar benar manusia langka di jaman ini Pak Bambang. Mantan Bupati, dua kali berturut-turut dan tidak punya apa apa”
” Ooo begituuu….hahaha …….” Pak Bambang ketawa lepas
Maka berderailah gelak tertawa teman saya yang Kolonel dan bupati, tapi nggak punya apa apa…. ” Hidup tanpa beban itu nikmat pak Tjipta. Saya nggak takut KPK atau apapun namanya.Saya dan keluarga bisa tidur nyenyak di rumah sendiri.
Giliran Saya Diserang
Kami ketawa berempat dan cubitanpun terhenti. Walaupun masih ketawa, namun sang Kolonel, sudah mempersiapkan serangan balik
“Pak Tjipta, tadi anda yang menginterogasi saya, sekarang giliran saya”, katanya dengan suara keren.
“Anda ini orang aneh. Sudah lama jadi kepikiran saya. Sekarang saya mau tanya. Mengapa anda tidak meneruskan bisnis anda, koq malah keluyuran dari satu kota ke kota, mengeluarkan dana untuk sesuatu yang tidak jelas?” Bukan Ustadz, Pastor, bukan pendeta, bukan penginjil.. Apa sih yang anda cari.. ?”
“Hmm ini adalah pilihan hidup dan saya menemukan kebahagiaan di dalamnya.” “Pak Bambang, hari ini adalah hari istimewa bagi kita. Manusia langka, bersahabat dengan orang aneh …hahaha…”
Dan kami ketawa, karena tidak punya beban dihati…
Tulisan ini sekaligus ingin mengingatkan, bahwa sesungguhnya di Indonesia, masih banyak Pejabat yang jujur. Hanya saja karena istilah: “Pejabat” mendapatkan stigma negatif, akibat beberapa pejabat korup. Sehingga bagi orang yang tidak tahu, menganggap bahwa semua pejabat Indonesia itu bobrok. Padahal hanya karena ulah segelintir orang..
Sementara itu yang paling sering diekspose dan jadi santapan lezat di media sosial adalah prilaku amburadul dari pejabat. Amat jarang orang menulis tentang pejabat yang bersih. Mungkin karena kurang peminat yang membacanya.
Catatan:
H.Bambang S.W. SIP, mengawali karirnya dibidang militer. Pernah jadi komandan Kodim dan Kasrem di Jambi, dengan pangkat Kolonel TNI (P). Kemudian Bupati di Bangko. Lalu Bupati di Kerinci. Beliau asli Yogya dan istri asli suku sasak dari Lombok. Waktu H. Bambang masih Bupati, saya pengusaha di Padang.
Tulisan ini bukan fiksi dan juga bukan hasil imaginasi. Nama orang dan tempatnya persis saya tulis sesuai aslinya. Dan bisa dikonfirmasi pada yang bersangkutan, yang juga adalah silent reader di Kompasiana. Aktif di facebook dengan nama yang sama, yakni : H. Bambang Sw
Kami masing-masing sudah memilih jalan hidup dan bersyukur, walaupun jauh dari kaya, tapi dapat menikmati hidup damai, sungguh merupakan suatu hal yang senantiasa kami syukuri. Nah, mari kita tulis tentang pejabat bersih dalam lingkungan kita untuk menciptakan optimisme dalam cara berpikir dan sikap mental. Bahwa Indonesia bisa lebih baik.
Tjiptadinata Effendi