Antara kata “nyaman” dan “aman” belum tentu selalu berjalan sejajar ataupun seiring. Ada kalanya tempat yang aman, tapi belum tentu memberikan kenyamanan pada kita. Sebaliknya, tempat yang dirasakan sangat nyaman, juga belum tentu aman bagi diri kita. Sebagai contoh sederhana, tempat yang dirasa paling aman bila terjadi kerusuhan adalah berada di dalam kantor Polisi atau di markas tentara. Tetapi sebagai orang awam, berada di tengah-tengah Polisi dan tentara, pasti tidak memberikan rasa nyaman bagi kita.
Begitu juga bilamana hal ini dirujuk kepada tempat yang akan dipilih, bila menggunakan jasa penerbangan. Biasanya, tempat yang paling dicari adalah tempat duduk bisnis kelas atau tempat duduk paling depan. Untuk itu orang rela membayar harga tiket senilai dua hingga tiga kali lipat dibandingkan dengan harga tiket duduk di bangku barisan lebih belakang.
Hasil Penelitian Selama Hampir Setengah Abad Membuktikan Lain
Kendati hidup mati seseorang ada di tangan Tuhan, tetapi tidak ada salahnya sejak sedini mungkin kita menjauhkan diri, baik pribadi maupun keluarga dari hal-hal atau kondisi yang dapat membahayakan. Salah satu nya adalah memilih tempat duduk ketika berada dalam penerbangan.
Ternyata sebuah penelitian yang telah berlangsung sejak tahun 1971, berarti sudah 43 tahun,justru penumpang yang menduduki kursi di barisan belakang adalah yang paling besar peluang selamat, bila terjadi sesuatu accident pada pesawat yang ditumpanginya.
“Survei Popular Mechanics ,yang melakukan survei khusus pada setiap kecelakaan jet komersial di Amerika Serikat sejak tahun 1971 dan mengumpulkan data. Ditemukan bahwa penumpang di dekat ekor pesawat adalah sekitar 40 persen lebih mungkin untuk bertahan hidup dari kecelakaan daripada di beberapa baris pertama, sedangkan kursi belakang sayap, bukan atas mereka, adalah lebih aman. Mungkin tidak mengherankan, memilih tempat duduk dekat gang memberi kesempatan terbaik bagi para penumpang untuk mendapatkan peluang pertama selama evakuasi.
Secara keseluruhan, menurut penelitian, kursi belakang memiliki tingkat kelangsungan hidup terbaik selama kecelakaan, dengan 69 persen kesempatan untuk mendapatkan keluar hidup-hidup. “
Tidak ada orang yang mengharapkan terjadinya sesuatu bencana, tetapi mawas diri dan meminimalkan setiap peluang terjadinya sesuatu yang dapat membahayakan keselamatan diri dan keluarga, tentu tidak ada salahnya. Mengetahui hasil penelitian ini, tidak untuk menciptakan ketakutan dalam diri, melainkan untuk mewaspadainya. Dan sekaligus merupakan hiburan bagi yang duduk di kelas ekonomi, agar tidak perlu bermimpi untuk suatu waktu duduk di barisan terdepan dan membayar 3 kali lipat harga tiket. Karena ternyata dari hasil penelitian selama lebih dari 40 tahun, justru penumpang yang duduk di barisan belakang, memiliki peluang paling besar untuk dapat keluar dengan selamat, bila terjadi accident pada pesawat.
Dalam kata lain, penumpang yang duduk di kelas ekonomi, adalah penumpang yang duduk di posisi paling aman dibandingkan dengan yang duduk di kelas bussines atau first class.
Sisi lain dalam penerbangan jauh (long distance), ada baiknya duduk di rear (gang), baik dari segi keamanannya, juga dari sisi kenyamanannya. Karena bila kita duduk di dekat jendela dan mau ke toilet, sedangkan orang yang duduk di sebelah kita tidur lelap. Akan jadi dilemma untuk kita. Mau bangunin orang atau mau nahan tidak ke toilet berjam-jam.
Apalagi membaca berita belakangan ini sering terjadi kecelakaan pesawat terbang. Kendati data-data yang ditampilkan di atas tidak merupakan sebuah patokan baku dalam penerbangan, namun setidaknya mungkin hasil penelitian yang ditampilkan dalam majalah senior ini, dapat menjadi sebuah pilihan bagi kita. Memilih kursi yang enak atau memilih kursi yang aman? The choice is yours. Pilihan ada d itangan kita masing-masing.
Kilas Balik Dalam Bidang Kehidupan Lain
Hal ini tidak hanya berlaku bila kita menumpang pesawat, melainkan dapat dijadikan kilas balik dalam bidang kehidupan lainnya. Pada umumnya, orang tidak berani beranjak dari zona keamanan yang sudah dijalaninya. Karena rasa kuatir, begitu melangkah maka ia akan berada di zona yang tidak aman bagi dirinya. Akibat cara berpikir seperti ini, menyebabkan orang terpaku pada rutinitas hidup sepanjang hayatnya.
Kalau kita merujuk pada sebuah pribahasa “Sebuah perahu memang aman bila berada di dermana, akan tetapi bukan untuk itu perahu diciptakan” Bagaimana menerjemahkan pribahasa ini dalam kehidupan pribadi kita?
“Don’t ask me, ask your heart, because the answer is in your heart”
Tjiptadinata Effendi
(sumber: senior.news.Rachel Tyler Jones)