Oleh: Gurgur Manurung
Indovoices.com – Kemarin sore, ketika saya di Siborongborong saya mendapat berita WA dari Menawati Simamora Uda (bapa uda), saya sudah lulus. Saya senang luar biasa. Saya senang karena dia orang terakhir yang lulus dari semua penerima beasiswa tahun 2013.
Satu tahun terakhir, dia tinggal di rumah kami untuk fokus menyelesaikan skripsinya. Kawan-kawannya sudah lulus tahun lalu.
Saya melihat beban berat dia setahun terakhir karena sulit lulus. Mengapa sulit? Apa kesulitanmu? Untuk menjawab kedua pertanyaan itulah, dia tinggal di rumah. Dia sulit menjawab. Supaya jawaban akurat, dia tinggal di rumah. Kami mengontrol terus-menerus. Saya paham beban mental bagi seseorang yang sulit menyelesaikan skripsi.
Kesulitannya itu sudah saya sampaikan ke dosennya, rektornya, juga ketua Yayasan. Pertanyaan saya adalah, bagaimana mahasiswa lain yang kesulitan jika tidak ada yang mendorong? Berapa banyak gagal menjadi sarjana hanya gara-gara skripsi saja? Apa pentingnya skripsi itu?
Dalam proses kesulitan menyelesaikan skripsi, ada yang menarik dari dosennya. Dosennya yang berjilbab pernah membantu biaya skripsinya. Apakah karena dosennya merasa bersalah karena beberapa kali tidak bisa dijumpai? Dugaan saya demikian.
Apakah Menawati sulit menyelesaikan skripsi karena tidak mampu? Menurut saya tidak. Menawati itu baik dan rajin. Kesulitan dia ada di luar kemampuannya.
Jika ada mahasiswa yang mengalami seperti Mena, apa sikap dosen? Banyak yang tidak mau tahu dan mungkin menuding pemalas dan bodoh. Sikap dosen semacam ini yang harus dikoreksi.
Bagi saya dan istri, anak seperti Mena harus ditolong. Itulah salah satu kesamaan kami berdua. Harus ditolong. Dia adalah generasi bangsa. Generasi yang bisa bantu keluarganya.
Saya masih ingat, dari puluhan penerima beasiswa tahun 2013 yang diberikan Prof. Yohanes Surya, salah satu paling pintar dari mereka adala Mena. Mengapa dia lulus paling akhir? Dan, salah satu yang paling pintar yang lain adalah Ternando Situmeang yang kini sudah bekerja. Ternando lulus kedua terakhir juga.
Saya masih ingat juga, tahun 2013 Menawati dibawa almarhum mertua saya dari Pakkat, tepatnya di Sijarango. Ketika itu saya sosialisasi pemenangan Martin Manurung untuk Pemilu 2014 di Lintong Nihuta. Kami jumpa sebentar di jalan raya dekat Polres Dolok Sanggul. Mereka ke Jakarta untuk mendaftar dan saya tinggal sosialisasi.
Mena yang hampir putus asa kita berikan semangat. Walaupun tertatih tatih, dia tidak menyerah. Dan, kini sukses.
Saya kira, semua akan sukses jika kita kerja keras.
#gurmanpunyacerita