Makna dari hukum tabur dan tuai, tentu semua orang sudah memahaminya. Namun bagi yang belum pernah membuktikannya dalam perjalanan hidupnya, maka pribahasa ini, hanyalah sebatas lips service atau pajangan yang enak dibaca. Tapi bagi yang sudah pernah merasakannya, baru memahami bahwa hukum tabur dan tuai ini, sungguh-sungguh terbukti
Serasa bagaikan mimpi, undangan yang disampaikan via WA mendapatkan respons yang begitu luar biasa. Bahkan yang datang bukan hanya dari Padang, melainkan juga dari luar kota. Hal ini semakin melambungkan rasa syukur kami kehadirat Tuhan, karena kami telah diizinkan memetik hasil dari apa yang kami tuai sewaktu masih muda.
Bayangkan, kami bukan pejabat dan bukan siapa-siapa, tapi orang mau datang dari jauh hanya untuk dapat bertemu dengan kami.
Dan yang lebih mengharukan, yang datang adalah dari berbagai kalangan, bukan hanya dari etnis Tionghoa, melainkan juga kerabat dan sahabat kami dari suku Minang. Kami berbeda suku, beda budaya dan beda agama. Tapi kasih sayang yang tulus, telah menyatukan kami dalam sebuah pertemuan
Menyanyikan Lagu: “Minangkabau” Secara Bersama
Kebersamaan yang menghadirkan rasa bahagia, bangga dan haru dalam hati kami, betapa kami dicintai begitu banyak orang, yang terdiri dari berbagai latar belakang suku, budaya dan latar belakang sosial.
Anak-anak yang dulu sering kami gendong sejak masih usia balita, kini berjumpa setelah mereka berkeluarga. Ada yang datang dari Bukittinggi dan Padang Panjang, serta Pekanbaru, hanya untuk bisa bertemu dengan kami berdua.
Dalam saling berbagi kisah-kisah hidup, kami menggunakan bahasa Padang. Bahkan sebagai ungkapan kebahagiaan bisa bertemu dengan teman-teman lama, setelah puluhan tahun tidak bertemu, kami menyanyikan lagu “Minangkabau” bersama-sama. Tanpa terasa mata kami basah ketika menyanyikan lirik “Minangkabau….tanah nan den cinto….(Minangkabau tanah yang saya cintai).
Kemudian dilanjutkan dengan lagu “Hidup adalah sebuah kesempatan” oleh Dores dan Leli dan diikuti semua hadirin. Keduanya adalah keponakan kami yang sudah lama tidak pernah bersua..
Makan Basamo (Makan Bersama)
Setelah seluruh ruangan terisi dan mengingat jam sudah menunjukan pukul 12.30, maka kami mulai menikmati makanan yang dihidangkan, sambil bercerita hilir mudik. Tempat duduk sengaja tidak diatur, sehingga semua hadirin, duduk berbaur lintas usia dan lintas suku. Semua wajah tampak ceria dan hal ini semakin menghadirkan rasa syukur yang melambung tinggi. Tak sekat antara yang hadir, walaupun datang dari berbagai komunias yang berbeda, baik suku, budaya maupun beda dalam keimanan. Satu hal yang menyatukan kami semua adalah rasa kasih sayang yang begitu tulus.
Serasa kami enggan untuk menyudahi perjumpaan yang sangat bermakna bagi kami, seperti lirik lagu “Kemesraan ini, janganlah cepat berlalu’ tapi mengingat bahwa sebagian datang dari luar kota maka dengan berat hati, kebersamaan ini kami akhiri dengan menyanyikan lagu “Gelang Sipaku gelang,” Dalam hati kecil, sesungguhnya kami masih ingin melanjutkan untuk saling bertukar kisah hidup dengan yang hadir, namun seperti kata pribahasa “Dimana ada pertemuan, pasti akan ada perpisahan”
Dan tentu tidak lupa mengabadikan momentum yang mengandung makna yang sangat mendalam bagi kami semuanya. Terima kasih tak terhingga untuk semua keponakan kami, sahabat-sahabat lama dan cucu keponakan yang kani sayangi. Semoga Tuhan mengizinkan, kita semua kelak bertemu lagi.!
Tjiptadinata Effendi