Jujur saya sangat tidak ingin menuliskan ini, karena ini urusan pribadi saya, tapi karena kemarin saat saya mem-posting status ini (Status Facebook gue)di facebook terkait surat gugatan cerai Ahok kepada Vero, ada beberapa teman yang memberi komentar seperti saya lemahlah, saya berharap kesempurnaan-lah atau saya mengurusin urusan rumah tangga orang alias tidak menghargai privasi Ahok.
Namun sangat sayangnya, tidak ada yang bertanya kenapa saya punya rencana berbuat keputusan seperti itu, padahal di status saya jelas ada tulisan “syok” yang artinya terpukul berat karena informasi ini. Dengan kata lain, ada yang menjadi pertimbangan saya secara serius. Ini bukan hanya soal politik, juga bukan hanya soal privasi Ahok dan keluarganya, tapi juga privasi saya sendiri.
Tapi ok lah, tentu saya tetap menghargai mereka walaupun ada yang sampai maki-maki saya, mungkin mereka berusaha untuk menghargai privasi Ahok hingga lupa kalau saya juga manusia yang perlu dihargai privasi dan keputusannya.
Ok lah.
Buat saya pribadi, perceraian adalah masalah yang sensitif dan ribet, pasti ada pihak yang salah. Bahkan ketika seseorang mengugat cerai istrinya hanya karena tidak mau merepotkan, itupun sudah pemikiran yang tidak tepat.
Sebagai pendukung Ahok, tentu saya akan bersikap aktif untuk membela Ahok saat ada yang berusaha menyudutkan atau menfitnah dia. Namun, dalam hal ini, siapa yang harus saya bela? Baik Ahok ataupun Vero adalah satu paket yang telah menginspirasi saya dalam segala aspek kehidupan saya, termasuk aspek kehidupan pribadi saya.
Selain itu, saat kita berusaha untuk membela Ahok ataupun Vero, secara tidak sengaja kita pun akan mengungkit-ungkit privasi mereka. loe bela Ahok, loe akan sentuh privasi Vero, begitu juga sebaliknya. Jadi, untuk menghindari itu, saya perlu berhenti nge-fans sama mereka. Dengan demikian, saya bisa berhenti ikut campur (kepo-in) yang kemungkinan akan berakhir dengan menghakimi dan menganggu privasi satu di antara mereka sekaligus memperkeruh suasana dengan spekulasi-spekulasi yang sesat.
Selain alasan itu, ada hal yang menjadi pertimbangan saya, yaitu soal prisip.
Ada yang bilang, pendukung Ahok berharap kesempurnaan Ahok, maka akan terdapat ketidak-sempurnaan saat Ahok cerai dengan istrinya. Ini jelas pemikiran yang konyol.
Kalau saya hanya mendukung sosok yang sempurna, maka sesungguhnya Jokowi-Ahok bukan sosok yang sempurna untuk saya dukung. Jokowi ada kekurangan (pernah saya bahas di sini Jokowi dan Lawannya yang Tidak Jelas Siapa), Ahok pun ada diluar gugatan cerainya. Saya bahkan mungkin tidak punya sosok yang harus saya dukung, emang ada manusia yang sempurna di dunia ini?
Tapi prisip saya, keluarga adalah yang paling penting, saya pernah diajarkan untuk selalu mementingkan keluarga dibanding yang lain, apapun keadaannya, segenting apapun kondisinya. Bahkan, saat melakukan kebaikan ataupun sosial, tidak boleh mengabaikan keluarga. Lalai dalam mempertahankan keluarga, buat saya adalah kegagalan yang tidak bisa di tolerir.
Kekurangan lain dalam hal karakter sangat bisa di tolerir, tapi tidak dengan kelalaian dalam mempertahankan keluarga. Tentu ini hanyalah prinsip pribadi saya saja dan saya tentu akan tetap menghargai dan tidak akan mencampuri apapun putusan Ahok nantinya.
Ada yang bilang, pendukung Ahok takut dibully hingga harus berpaling dari Ahok. Saya pikir selama saya membela Ahok atau Jokowi dari 2012, banyak makian, cacian, bullyan bahkan ancaman lewat message telah saya terima, tapi tidak sekalipun saya berpikir untuk mundur, pembelaan terus saya lakukan. Jadi bullyan apa lagi yang saya takutkan lagi?
Rencana untuk membuat putusan ini saya buat dengan sangat berat dan pemikiran yang panjang, bagaimana tidak berat? Sosok yang menginspirasi saya dalam banyak hal, tidak hanya soal kejujuran, ketegasan tapi juga keharmonisan keluarga, yang selama ini saya idolakan harus saya tinggalkan. Tapi prinsip tetaplah prinsip, walaupun berat, keputusan tetap harus saya lakukan.
Pertanyaannya, apakah saya akan menjadi hatersnya Ahok dan memaki-maki pendukung Ahok saat mereka memposting kebaikan Ahok? Jelas tidak, kebaikan Ahok adalah sebuah fakta yang tidak mungkin terbantahkan, sampai mulutmu berbusa untuk membantahnya pu , tetap tidak akan terbantahkan.
Tidak mengidolakan Ahok hanyalah untuk memberikan ruang yang lebih luas kepada Ahok beserta seluruh keluarga baik keluarga kecil ataupun besarnya untuk menyelesaikan masalah privasinya, sekaligus supaya saya bisa mengimplementasikan prinsip saya dengan baik.
Selain itu, ada hal lain yang menurut saya lebih penting. Supaya bisa lebih fokus untuk mendukung Jokowi. Biarlah urusan gugatan cerai menjadi urusan pribadi Ahok. Saya tidak ingin terlalu fokus ke sana hingga lalai dalam memperjuangankan kemenangan Jokowi di Pilpres 2019 nanti. Bahaya sudah di depan mata (Selengkapnya baca di sini: Waspada Pilpres 2019, Jokowi dan Pendukungnya Harus Siap Melawan Penjajah Bertopeng Nasionalis), masa kita harus fokus pada hal yang pribadi hingga abai terhadap yang lebih penting?
Pertanyaan selanjutnya, kalau kelak Ahok kembali masuk ke politik, apakah saya akan tetap membelanya atau setidaknya memilihnya?
Kalau memilihnya tentu masih bisa, tentu itu balik lagi tergantung lawannya nanti, tapi yang pasti saya tidak akan membelanya mati-matian sampai ngotot-ngototan ma haters-nya lagi. Toh dalam memilih, kita wajib memilih yang terbaik dari yang ada kan?
Ini kurang lebih sama seperti saat dulu saya memilih SBY di 2009 lalu. Saya hanya mencoblosnya di hari pencoblosan. Tidak lebih dan tidak kurang, tidak sampai berdebat dan ngotot-ngototan dengan orang yang memilih lawannya. Ahok, saya kira nanti juga demikian kalau hasil akhirnya tidak sesuai prinsip saya.
Selain itu, saya juga masih tetap akan mendoakan yang terbaik untuk Ahok. Saya pikir tidak perlu jadi pendukung atau fans untuk mendoakan seseorang.
Tentu saja, kelak saya juga akan ceritakan kepada keturunan saya, kalau dulu ada sosok yang berjuang hingga harus dipenjara demi membangun bangsa ini lebih baik lagi, tentu dengan catatan-catatan yang harus menjadi perhatian keturunan saya kelak. Ini kurang lebih sama seperti saya menceritakan sosok pahlawan yang berjuang memerdekakan Indonesia, saya mengapresiasi perjuangan mereka tapi saya tidak mengidolakan mereka.
Namun semua ini masih tergantung akhir dari permasalahan ini.
Kira-kira seperti itu.
Ok lah Sekian..
Hans Steve