
Ada benarnya juga pernyataan polisi Ari Dono bahwa Indonesia saat ini darurat akal sehat. Banyak orang yang mudah sekali terkena bujuk rayu dan tipu muslihat dengan iming-iming sesuatu yang tidak masuk akal.
Dan celakanya, bukan saja masyarakat dengan latar belakang pendidikan rendah yang akal sehatnya oleng, tetapi juga masyarakat dari kalangan terdidik. Kan sedih jadinya!
Sudah barang tentu hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi presiden Jokowi yang akan fokus pada pembangunan manusia Indonesia seutuhnya pada periode keduanya nanti.
Beberapa waktu yang lalu kita dibuat heran kala seorang bergelar profesor tertipu dengan orang yang mengaku pemuka agama yang mengklaim dirinya memiliki kemampuan menggandakan uang dengan syarat menyetor sejumlah uang. Apa sudah tidak bisa lagi berpikir dengan akal sehat sehingga percaya begitu saja bahwa uang bisa digandakan oleh seorang anak manusia.
Logikanya kalau dia bisa menggandakan uang untuk apa dia meminta uang miliaran untuk digandakan. Cukup 1 lembar uang pecahan 100 ribu rupiah kan bisa saja digandakan berkali-kali sehingga mencapai jumlah yang diinginkan.
Sejauh yang saya tahu, dari dulu uang itu didapatkan dengan cara bekerja dan berusaha, bukan penggandaan dengan modal miliaran rupiah.
Ada lagi cerita orang tergiur dengan umrah murah hanya karena kepincut dengan artis yang menjadi bintang iklannya. Hari gini masih mengharapkan umrah dengan harga yang tidak masuk akal, kok tidak curiga gitu lho…Nabung sajalah, pilih agen yang sudah kredibel dan diakui pemerintah.
Ada lagi yang tertipu dengan arisan online mama Yona. Tidak tanggung tanggung pesertanya pun kalangan atas dan berpendidikan. Sudah jelas-jelas tidak ketahuan orangnya, masih saja mereka terperdaya dengan janji keuntungan yang mencapai 50 persen. Uang membuat mama-mama tak lagi berpikir dengan nalar…
Ada juga yang tertipu oleh seorang tukang bubur yang mendirikan koperasi dengan tawaran bunga 10-15 persen per bulan. Jujur saja beberapa kali ditawari untuk menanam uang disana tetapi saya tidak tertarik sama sekali. Bukan karena tidak butuh uang, tetapi logika akal sehat saya mengatakan itu aneh dan tidak wajar.
Pun banyak juga rupanya yang percaya. Dan akhirnya koperasi ini meninggalkan kisah pilu, ada yang bunuh diri, ada yang jual rumah, ada yang dicerai istrinya, dan ada juga yang gila akibat uang yang mereka tanam tidak kembali…
Dan yang paling menyedihkan tentu adalah janji rumah tapak di jakarta tanpa down payment alias DP 0 rupiah. Berbondong-bondong orang datang ke Rorotan untuk mendapatkan rumah tapak murah. Dan lagi-lagi mereka menemui kekecewaan karena tertipu. Rumah tersebut ternyata bukan program Pemprov DKI Jakarta melainkan oleh swasta. Itu artinya rumah tersebut harganya normal dan tidak bisa menggunakan fasilitas FLPP dari pemerintah.
Logika saja sudah tidak masuk di akal kalau ada rumah tapak di Jakarta seharga 300 juta. Kecuali rumah yang seukuran kandang ayam mungkin masih mungkinlah. Kok ya masih saja orang percaya.
Dan akhirnya sekarang warga Jakarta hanya bisa menyesal karena telah menyia-nyiakan Ahok yang jujur, tidak menipu dan ngomong apa adanya.
Dengan sederet fenomena korban penipuan seperti ini jujur saja saya sangat khawatir jika pilpres nanti Jokowi tidak terpilih lagi. Kekhawatiran saya ini tentu sangat beralasan mengingat masyarakat kita sangat mudah sekali ditipu dan diputarbalikkan akal sehatnya.
Tetapi syukurlah jenderal Tito sudah memberangus komplotan MCA penipu dan pemecah belah bangsa ini. Semoga dengan tertangkapnya para penebar kebencian ini bisa menyadaran kita dan mengembalikan lagi akal sehat masyarakat untuk kemudian bersama-sama kita duaperiodekan Jokowi, presiden terbaik di dunia versi saya…
Kita sudah kehilangan Ahok, jangan sampai kehilangan Jokowi. Sudah jatuh, janganlah tertimpa tangga pula. Caranya bagaimana? Ikuti terus Indovoices dan sebarkan tulisan-tulisannya agar banyak orang yang tercerahkan…
Selamat, Jokowi dua periode!