Saling bercerita tentang pengalaman hidup, maupun berbagai masalah sosial yang dihadapi tentu saja merupakan hal yang sangat wajar. Karena manusia adalah makhluk sosial, yang hidup saling berinteraksi dengan sesamanya.
Tak terbayangkan, bilamana seluruh beban hidup harus ditanggung sendiri. Karena dengan saling berbagi masalah yang dihadapi, walaupun kita tidak bisa menolong atau sebaliknya tidak dapat ditolong secara fisik, setidaknya ada sedikit ruang kelegaan dalam hati.
Tapi ada hal hal yang perlu diperhatikan, jangan sampai hasrat hati untuk mencari setitik kelegaan, justru berubah menjadi racun dalam kehidupan kita khususnya curhat yang dilakukan secara intensif dengan orang yang berlawanan jenis. Kalau memang sama-sama belum keluarga tentu saja sama sekali tidak masalah.
Tapi bila salah satu ataupun kedua belah pihak sudah berkeluarga, tentu ada rambu-rambu tak tertulis yang harus dipatuhi. Kalau dianalogikan, hidup ini adalah ibarat orang sedang berada di arus lalu lintas, di mana ada rambu-rambu yang harus ditaati demi keselamatan diri sendiri dan orang lain.
Curhat Bisa Berubah Jadi Racun
“Selamat pagi Dewi, wah rapi sekali, Senang saya melihatnya” ujar mas Satria teman sekantor Dewi “Ah, mas Bambang bisa aja, biasalah wanita kan harus tampil rapi” Jawab Dewi dengan hati berbunga-bunga.
“Hmmm” kata Satria, sambil menarik nafas panjang. “Setiap pagi saya akan berangkat ke kantor, yang saya saksikan adalah istri saya yang masih pakai daster dan di kepala penuh gulungan rambut.
Belum lagi wajahnya penuh dengan masker “Satria mulai curhat. Semakin hari semakin mengagumi teman sekantornya Membandingkan dengan istrinya yang semrawutan di rumah.
Bisa Juga Terjadi Sebaliknya
Seorang wanita yang sudah bersuami suatu waktu curhat kepada teman sekantornya “Mas, suami saya adalah orang yang tidak peduli dan suka sekali menyalahkan apapun yang saya lakukan. Seandainya, saya dapat suami seperti mas, alangkah bersyukurnya saya. Tapi sudah begini nasib, ya mau apa lagi”
Hal semacam ini menandakan bahwa curhat sudah berubah menjadi racun, yang dapat menghancurkan keharmonisan keluarga Atau dapat diibaratkan sebagai bom waktu.
Kalau yang menerima curhat ini tidak arif dalam menjinakkan bom waktu ini, maka terjadilah petaka itu… “bom meledak” dan rumah tangga hancur. Ada banyak contoh hidup yang dapat dijadikan pelajaran berharga, agar jangan sampai terjadi pada diri kita
Cegah Sebelum Terlambat
Mencegah adalah jauh lebih baik daripada mengobati. Hal ini berlaku dalam segala aspek kehidupan. Mencegah petaka adalah jauh lebih baik, daripada memperbaiki, apa yang sudah kita hancurkan.
- Patuhi rambu rambu demarkasi
- Jangan mulai dengan curhatan berbahaya
- Jangan menyimpan “bom waktu” dalam rumah tangga
Curhat pada sahabat tentu saja boleh, tapi tentu ada batasnya. Apalagi curhat pada orang yang berlawanan jenis. Curhat itu seperti minum anggur. Sedikit menghangatkan, lama kelamaan memabukkan. Dan orang mabuk tidak dapat lagi membedakan mana yang benar dan salah. Maka terjadilah, salah satu dari pasangan hidup makan buah terlarang.
Orang Tersandung Bukan Pada Batu Besar, Tapi Pada Sebutir Kerikil
Jangan lupa, bahwa orang jatuh tersandung, bukan karena ada batu besar, melainkan hanya karena sebutir kerikil. Begitu juga dalam perjalanan hidup ini, orang sering terlena, karena merasa saling curhat antara sesama teman sekantor adalah hal yang biasa. Tapi ternyata semakin lama semakin kebablasan, maka terjadilah apa yang seharusnya tidak terjadi
Sebelum terlambat, alangkah eloknya kita mawas diri