Mungkin tak pernah terbayangkan dalam benak Indra Tjahaja Purnama semasa hidup jika keinginanya membantu masyarakat miskin melalui anaknya justru berbuah petaka dan membawa anak sulung kesayangannya itu mendekam di sel tahanan…
Andai ia tahu, tentulah beliau tidak akan memaksakan Ahok yang masih belia kala itu untuk terjun ke dunia politik. Ia pasti mendorong anak sulungnya itu untuk menjadi pengusaha sukses mengikuti jejaknya.
Tjung Kim Nam Atau Indra Thahaja Purnama ayah Ahok sangat dikenal sebagai seorang pengusaha yang dermawan semasa hidupnya. Suka memberi pertolongan dan membantu warga yang membutuhkan bahkan meskipun dia harus berhutang untuk itu. Jiwa kedermawanan dan kepedulian inilah harta yang akhirnya ia wariskan kepada putranya Ahok.
Bagi seorang pengusaha, anak sulung laki-laki merupakan harapan penerus atau pewaris tahta kerajaan bisnisnya. Namun ia sadar menjadi pengusaha akan sulit untuk membantu banyak orang. Jika uang habis, dia tidak bisa lagi membantu. Sehingga menjadi pejabat adalah pilihan yang tepat. Dengan kebijakannya, seorang pejabat yang jujur akan mampu menolong banyak orang dan mensejahterakan masyarakat.
Sejatinya, Ahok sendiri tidak pernah memiliki keinginan menjadi seorang pejabat. Dia sadar bahwa dirinya merupakan seorang minoritas di kampung halamannya, Belitung Timur. Etnis Tionghoa, nasrani pula, siapa yang mau memilih? “muka babi kayak kita ini siapa yang mau milih”, kata ahok menjawab keinginan ayahnya. Ahok sebenarnya lebih memilih meneruskan profesi ayahnya yaitu menjadi seorang pengusaha sehingga Ahok masuk kuliah mengambil jurusan manajemen di Universitas Prasetya Mulia.
Namun garis takdir berkata lain. Ahok benar-benar terjun ke dunia politik sesuai nubuatan ayahnya. Ahok sering bercerita bahwa ayahnya sudah mengkhayal anaknya jadi pejabat sejak Ahok masih muda. Saking pengin anaknya menjadi pejabat, sang ayah selalu menitipkan dan berpesan kepada saudara saudaranya agar menjaga Ahok saat dia bepergian ke luar kota atau ke luar negeri.
“hati-hati jaga saya jangan sampai jatuh. Soalnya ini calon bupati” Ungkap Ahok menirukan titah bapaknya kepada saudaranya tiap kali menitipkan Ahok
Beranjak dewasa, Ahok sempat berkeinginan hijrah ke Kanada dan berganti kewarganegaraan karena perusahaan yang dipimpinnya bangkrut. Ahok berpandangan iklim usaha diluar negeri lebih baik ketimbang di Indonesia waktu itu. Namun sang ayah menolak keras niatan Ahok tersebut. Indra meyakini, putra sulungnya kelak akan menjadi bupati.
“Bapak saya bilang, “Rakyat butuh kamu. Kamu percaya sama saya, kamu akan memperjuangkan hak mereka”, itu diucapkan tahun 1995,” kata Ahok menirukan ucapan sang ayah.
Hingga akhirnya ayah Ahok meninggal dunia di Jakarta pada 13 Desember 1997 tepat 20 tahun silam. Namun atas permintaan almarhum, ia dimakamkan di Belitung Timur kampung halamanya. Setiap ingat ayahnya, Ahok selalu menangis. Itu sebabnya dalam persidangan perdananya pada kasus penistaan agama yang bertepatan dengan kepergian sang ayah Ahok tak kuasa menahan tangis…
Singkat cerita, Ahok pun mencoba menuruti petuah mendiang ayahnya. Dan keajaiban itu datang tatkala Ahok menjadi Bupati Belitung Timur yang terpilih secara langsung pada Pilkada 2005. Mencoba peruntungan maju menjadi calon gubernur Bangka Belitung namun ia kalah.
Kegigihan Ahok tak berhenti sampai disitu. Ia pun merantau ke Jakarta dan berhasil menjadi anggota Komisi II DPR RI dari Fraksi Partai Golkar dalam perjalanan karir politiknya. Ahok mengaku dirinya telah bersiap menjadi Gubernur DKI sejak 2010. Dan akhirnya mimpi Ahok menjadi Gubernur DKI Jakarta terwujud pada November 2014 menggantikan Jokowi yang terpilih menjadi presiden.
Sampai disini ramalan Indra Tjahaja Purnama masih tepat. Putranya benar benar menjadi pejabat gubernur yang banyak membantu warga dengan kewenangan dan kebijakannya. Kebiasaan ayahnya yang suka membangun fasilitas publik pun ia ikuti. Ahok gencar mengejar pembangunan di jakarta. sekolah ia bangun, rumah sakit dia rehab, taman ia sulap, sungai dan waduk yang kumuh ia permak menjadi obyek wisata. Ruang bermain dia sediakan, RPTRA dia perbanyak, jalan layang dia kebut dan banyak lagi maha karya Ahok seperti revitalisasi Kota Tua dan Lapangan Banteng.
Sampai akhirnya…
Sebuah aksi massa besar-besaran menghentikan langkahnya. Mereka menolaknya menjadi Gubernur. Terlalu bernafsu ingin membuat penuh otak, perut, dan dompet warga Jakarta, Ahok lupa bahwa dia tetaplah kaum minoritas. Dia lupa tidak semua orang suka dengan gaya kepemimpinanya. Dia ucapkan kalimat Gusdur sepuluh tahun silam. Ahok lupa bahwa dia bukanlah Gusdur…
Kasus penistaan agama mengubur dalam-dalam impian Indra Tjahaja Purnama membantu orang susah lewat anak sulungnya. Dinding penjara menjadi akhir perjuangan Ahok membangun rumah sakit kanker dan jantung sumber waras untuk warga miskin.
Tepat 20 tahun Indra Tjahaja Purnama pergi…
Tanpa didampingi sang suami, seorang wanita menangis bersimpuh ditepi kubur Sang ayah mertua sembari berkata…
“Ayah mertua, maafkan kami yang tak mampu menjaga Ahok, anakmu. Dia terjatuh! tetapi lihatlah, dia tegar disana, dia sehat disana, dia kuat disana, dia sudah berhasil menolong banyak orang mewujudkan mimpi-mimpimu “
Selamat beristirahat dengan tenang, Indra Tjahaja Purnama!! Putramu sudah menggenapi mimpi-mimpimu.
Sumber :
http://news.liputan6.com/read/2832529/ramalan-ayah-ahok-yang-jadi-kenyataan
http://www.tribunnews.com/metropolitan/2014/11/04/kisah-ahok-membawa-jenazah-ayahnya-dari-jakarta-ke-belitung
Buku “A Man Called Ahok” karya Rudi Valinka alias @kurawa