Namun kini warga Nagari Tungkar dan Nagari Magek terbebas dari kesulitan mencari air bersih. Pasalnya, Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), melalui Badan Geologi telah membangun sumur bor yang dapat menghasilkan air bersih layak minum.
Wakil Menteri ESDM, Arcandra Tahar saat meresmikan 2 sumur bor yang dipusatkan di Pondok Pesantren Al Makmur Tungkar, Situjuah Limo Nagari Kabupaten Lima Puluh Kota, Jumat (26/10), mengungkapkan pentingnya penggunaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang manfaatnya harus dirasakan langsung oleh masyarakat, salah satunya adalah sumur bor air tanah.
“Ada perasaan yang beda (senang). Sesuai dengan instruksi Presiden agar APBN lebih banyak digunakan untuk pembangunan yang bermanfaat untuk masyarakat,” jelas Arcandra.
Sumur bor di Nagari Tungkar dan Nagari Magek ini dibangun oleh Badan Geologi, Kementerian ESDM pada tahun 2018 dan memiliki kedalaman hingga 126 meter. Sumur ini mengalirkan air dengan debit 2 liter setiap detiknya dan mampu melayani 960 jiwa di desa tersebut.
Perwakilan Yayasan Pondok Pesantren Al Makmur Tungkar, Sahrul Isman mengucapkan terima kasih kepada pemerintah atas bantuan penyediaan sumur bor air bersih yang sangat bermanfaat bagi aktivitas santri di pondok pesantren ini. “Setelah 26 tahun pesantren berdiri, air tetap sebagai kebutuhan yang mendesak. Alhamdulillah kita sangat terbantu dengan adanya sumur bor dan semoga bisa dimanfaatkan sebaik mungkin di lingkungan pesantren,” terang Sahrul Isman.
Selain di dua tempat tersebut, terdapat empat sumur bor lain yang akan segera dibangun di Provinsi Sumatera Barat, yakni di Nagari Persiapan, Kabupaten Agam; Nagari Sasak, Kab. Pasaman Barat; Nagari Tanjung Bonai Aur, Kab. Sijunjung; dan Nagari Sumanik, Kab. Tanah Datar
Sebagai informasi, sejak tahun 2005 hingga triwulan ketiga 2018, Badan Geologi, Kementerian ESDM telah melaksanakan pembangunan sumur bor air tanah di seluruh wilayah Indonesia dengan jumlah sebanyak 2.074 sumur bor dengan potensi cakupan layanan kumulatif mencapai sekitar 5,97 juta jiwa.
Penulis: Riza Dian Triwibowo