Indovoices.com – Pemerintah Provinsi Bali, Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Kabupaten Banyuwangi kembali terkena dampak dari pergelaran Annual Meetings International Monetary Fund – World Bank Group (AM IMF-WBG) 2018. Pada hari Kamis (26/10), ketiga pemerintah daerah tersebut mendapat hibah berupa laptop dan printer yang digunakan selama perhelatan AM 2018 di Bali. Namun demikian, mendapatkan hibah unit laptop dan printer tersebut harus disertai dengan solusi atas tantangan yang kemudian muncul. Tantangan tersebut adalah bagaimana mekanisme distribusi, ketersediaan sumber daya manusia yang mampu mengoperasikannya dan adanya program quickwins sehingga pengembangan kegiatan belajar mengajar dapat optimal.
Sebanyak 500 unit laptop dengan nilai Rp8 milliar dan 300 unit printer senilai Rp672 juta dihibahkan langsung oleh Kementerian Keuangan selaku Panitia penyelenggaraan Annual Meetings 2018. Dalam siaran Pers Kementerian Keuangan, hibah laptop dan printer ini merupakan misi sosial agar dampak dari pergelaran AM IMF-WBG 2018 dapat dirasakan oleh masyarakat secara luas (value for money). Selain itu, hibah bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan untuk membantu peningkatan aksesibilitas dan kualitas pembelajaran terutama untuk sekolah dengan akses sulit. Misi ini sejalan dengan perkembangan teknologi saat ini atau yang sering disebut revolusi industri 4.0 dimana proses pembelajaran membutuhkan dukungan teknologi dan ketersediaan akses.
Lantas apakah dengan hibah ini, kualitas pendidikan di Bali, NTB dan Banyuwangi otomatis menjadi lebih baik? Tantang yang langsung muncul ketika laptop dan printer tersebut dihibahkan yaitu mekanisme distribusi, operasional dan pengembangan.
Pertama adalah mekanisme distribusi. Menentukan sekolah yang layak untuk menerima distribusi hibah laptop dan printer membutuhkan kalkulasi yang matang. Data terkait jumlah ketersediaan perangkat laptop di setiap sekolah adalah salah satu hal yang perlu dipertimbangkan.Data ini digunakan memetakan sekolah yang sudah mendapat cukup dukungan TI berupa laptop dan sekolah yang masih membutuhkan. Distribusi dengan mempertimbangkan hal diatas akan menghindariterjadinya penumpukan laptop di satu sekolah dan kekurangan di sekolah lain.
Kedua, keberadaan sumber daya manusia yang mampu mengoperasikan laptop dan printer ini penting sebagai pertimbangan. Kemampuan sumber daya manusia disini diartikan sebagai ketersediaan orang yang mampu mengoperasikan laptop dan printer tersebut sehingga dapat dimanfaatkan sebagai media pengajaran. Untuk hal ini, Pemerintah daerah dapat memberikan asistensi untuk memberikan dasar-dasar penggunaan laptop dan printer ke sekolah-sekolah penerima hibah.
Ketiga, pemerintah daerah penerima hibahharus mempersiapkan program quickwins agar pemanfaatan laptop dan printer dapat dilakukan secara optimal. Kerjasama dengan dinas pendidikan dan kebudayaan setempat dapat dilakukan untuk mengetahui potensi pengembangan kegiatan belajar mengajar berbasis teknologi. Sebut saja pengembangan kegiatan praktek pelajaran fisika menggunakan 3D modelling. Selain itu, masih banyak pengembangan yang dapat dilakukan menggunakan laptop tersebut.
Singkatnya, keputusan Kementerian Keuangan sebagai penyelenggaran AM IMF-WBG 2018 untuk menghibahkan unit laptop dan printer kepada Pemerintah Provinsi Bali, NTB dan Kabupaten Banyuwangi merupakan misi sosial untuk memberikan dampak kepada msyarakat luas yaitu melalui peningkatan kualitas pendidikan terutama untuk mendukung aksesibilitas dan kualitas pembelajaran terutama untuk sekolah dengan akses sulit. Namun demikian, langkah strategi dalam mekanisme distribusi, pemetaan sumber daya manusia dan program quickwins pengembangannya perlu untuk disiapkan oleh ketiga
Penulis: Yeremia Listyagung Kusumanto, Pegawai Pushaka Sekretariat Jenderal