Indovoices.com – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyampaikan masukannya untuk David Malpass Presiden Grup Bank Dunia (Presiden World Bank Group/WBG) yang baru terpilih.
Menkeu menyampaikan masukannya saat menjadi salah satu pembicara dalam Joint Seminar Bretton Woods Committee and Center for Global Development pada Kamis, (11/04) di Washington waktu setempat. Seminar ini merupakan bagian dari rangkaian Spring Meetings International Monetary Fund (IMF) – World Bank Group (WBG) tahun 2019.
Untuk Presiden Bank Dunia terpilih, Menkeu menyampaikan bahwa pengetahuannya tentang Bank Dunia perlu terus di-update.
“Beliau telah terlibat dalam kenaikan modal Bank Dunia pada tahun 1980 dan pengetahuannya harus ditingkatkan. Bank Dunia telah banyak berubah dalam proses bisnis dan berbagai hal,” ungkap Menkeu.
Ia menambahkan, sejak kepemimpinan Presiden Bank Dunia Robert Zoellick telah terjadi banyak perubahan di tubuh organisasi Bank Dunia termasuk dalam hal proses bisnis. Bank Dunia telah melakukan reformasi sehingga lebih gesit dan responsif dalam merespon isu korupsi dan demokratisasi data.
Kedua, Menkeu berharap Malpass memiliki kepedulian pada isu spesifik sebagaimana kepemimpinan Presiden Bank Dunia sebelumnya.
Menkeu menyakini, Malpass adalah ekonom yang memiliki perhatian menyelesaikan isu atau program setiap negara termasuk negara kecil, negara miskin, fragile (rapuh), dan negara kepulauan.
“Yang harus dilakukan adalah memastikan bagaimana operasi Bank Dunia ke sebuah negara atau bagaimana janji Bank Dunia kepada negara terkait peningkatan modal kepada semua negara,” ujar Menkeu.
Selanjutnya, Menkeu menyampaikan kebijakan yang akan banyak ditunggu adalah penanganan terkait middle income country khususnya Tiongkok.
Menkeu menjelaskan, pada masa kepemimpinan Zoellick, ada isu spesifik yang menjadi perhatian yaitu korupsi dan transparansi data. Sedangkan pada masa Jim Yong Kim, perhatian tertuju pada isu sumber daya manusia dan perubahan iklim.
“Mungkin di era Malpass, dia akan lebih concern pada koefisien gini, inequality, kebijakan bagaimana negara bisa berkembang optimal dengan intervensi minimal,” ujar Menkeu.
Beberapa hal tersebut, menurutnya perlu diputuskan karena membawa pengaruh besar bukan hanya kepada staf Bank Dunia tetapi juga kepada seluruh pemangku kepentingan. Menkeu mengungkapkan sebagai klien Bank Dunia, dirinya senang pimpinan Bank Dunia peduli terhadap isu korupsi.
Pesan Menkeu selanjutnya untuk Bank Dunia adalah Bank Dunia harus punya keunggulan kompetitif dibanding lembaga lain. Bank Dunia adalah bank untuk dunia yang artinya perlu memiliki pengetahuan dan pengalaman lebih dalam menangani klien.
“Saya melihat global public goods akan sangat penting karena Bank Dunia adalah bank yang memiliki karakteristik unik. Klien-klien sendiri punya kerjasama dengan negara multilateral lain. Sebagai klien, saya selanjutnya bisa bertanya misal ketika akan melakukan reformasi pajak. Dengan pengalaman bukan hanya Asia namun juga dunia, saya bisa mendapatkan best lesson. Kalau saya bertanya tentang social safety nett, apa yang harus saya lakukan dan best practice negara mana yang harus saya ikuti?,” tuturnya.
Sebagai penutup, Menkeu menyampaikan tiga hal utama yang perlu dijaga oleh Bank Dunia yaitu tata kelola, model bisnis, dan sumber daya.
“Kalau kita tidak konsisten dengan tata kelola, model bisnis model dan sumber daya, maka akan sulit dalam mencapai tujuan. Tiga hal ini yang utama harus dilakukan oleh Bank Dunia,” jelasnya. (fr/nr/ds)