Indovoices.com – IFAD Akui Knowledge Management Sebagai Salah Satu Instrumen Strategis Peningkatan SDM Pertanian. Pengakuan ini merupakan salah satu keputusan Sidang Executive Board (EB) International Fund for Agricultural Development (IFAD) ke-126 yang dilaksanakan pada tanggal 2-3 Mei 2019 di Kantor Pusat IFAD di Roma Italia.
“Knowledge Management (KM) merupakan sebuah perangkat proses, alat, dan perilaku yang menghubungkan dan memotivasi sekelompok individu untuk menghasilkan, menggunakan, dan berbagi praktek terbaik, pembelajaran, dan keahlian dalam meningkatkan efisiensi, kredibilitas, dan efektivitas pembangunan yang dilakukan oleh suatu organisasi, yang dalam hal ini adalah IFAD” ujar Kepala Biro Kerjasama Luar Negeri, Ade Candradjaya saat ditemui pada acara tersebut.
Lebih lanjut Ade menyampaikan bahwa individu yang dimaksud di sini adalah staf IFAD, konsultan, dan mitra kerja. Bagi Indonesia, KM IFAD ini dapat diadopsi dalam program kerja pembangunan pertanian dalam rangka mendokumentasikan aliran pengetahuan dan pengalaman pelaksanaan program di lapangan ke pengambil keputusan di tingkat pusat dan aliran sebaliknya berupa arahan dan solusi untuk dilaksanakan oleh tim di lapangan.
“Dengan siklus ini, KM merupakan sebuah dokumen hidup (living document) yang akan terus berkembang dan beradaptasi sesuai dengan peluang dan tantangan yang semakin berkembang” ujar Ade.
Dalam kesempatan tersebut juga membahas kemungkinan skema bantuan dalam kerangka Kerjasama Selatan-Selatan dan Triangular (KSST) untuk mendukung revitalisasi pusat pelatihan Indonesia yang sudah dibangun di Afrika serta inisiasi pembangunan pusat pelatihan di Fiji. Skema ini juga dapat dimanfaatkan untuk mendukung internasionalisasi Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) melalui mobilisasi dukungan teknis dari mitra terkait dan mahasiswa Afrika dan Pasifik untuk belajar di politeknik ini.
“Strategi KM IFAD itu sendiri diawali dari analisa atas tantangan utama yang dihadapi KM IFAD yang dikelompokkan dalam 3 bidang utama” ujar Ade.
Pertama, membangun basis pengetahuan yang terdiri dari: pembelajaran dari operasionalisasi program IFAD, pengembangan pengetahuan strategis, dan peningkatan pengetahuan melalui kemitraan.
Kedua, akses, penggunaan, dan penggunaan kembali pengetahuan yang telah ada: pencarian dengan tepat pengatahuan yang dibutuhkan, alur pengetahuan dalam konteks desentralisasi, mempertahankan dan berbagi pengetahuan, dan mengumpulkan pengetahuan yang dimiliki oleh staf;
Ketiga, budaya pembelajaran dan berbagi pengetahuan: sistem insentif, kapasitas dan sumberdaya yang ada, serta pengakuan dan pembelajaran dari kesalahan;
Untuk mengatasi tantangan utama tersebut dan merujuk pada teori perubahan, dirumuskan 3 aktivitas utama, yaitu: aktivitas yang menghasilkan pengetahuan (knowledge generation); aktivitas untuk menggunakan pengetahuan (Knowledge use); dan aktivitas pendukung yang memungkinkan kedua aktivitas di atas berjalan secara berkelanjutan (Enabling environment).
Selain Strategi KM IFAD, sidang EB IFAD ini juga memutuskan beberapa agenda lainnya, antara lain: strategi dan rencana aksi di bidang lingkungan dan perubahan iklim periode 2019-2025, reviu pengelolaan resiko perusahaan, evaluasi program kerja, reviu Country strategic opportunities programmes (COSOPs) beberapa negara di Kawasan Afrika, aspek keuangan, dan reviu atas beberapa laporan perkembangan kegiatan IFAD.
Bertindak selaku ketua Delegasi RI dalam pertemuan adalah Kepala Biro Kerjasama Luar Negeri dan Deputy Chief of Mission (DCM) KBRI Roma, Koordinator Fungsi Multilateral KBRI Roma dan Atase Pertanian RI di Roma.