
Ada perbedaan antara partikel atom satu dengan partikel atom lainnya. Namun keduanya tetaplah menjadi penyusun sebuah kehidupan. Entah itu berisi elektron ataupun proton-
Semua masih bercerita pasal dua hamba yang saling menunduk dihadapan Tuhannya. Tuhan yang memberikannya kemampuan untuk membedakan, namun tidak melupakan sebuah perkenalan.
“Beristirahatlah diseberang sana, kurasa tidak akan masalah bagimu.” Ucap laki-laki yang sembari merapikan sarung yang menggantung di lehernya.
“Itu tempat ibadahmu.. mana mungkin aku akan memijakkan kakiku disana.” Cercah seorang perempuan berpakaian rapi dengan dress selututnya.
“Aku fikir, hujan bulan Desember dihari natal tidak berpengaruh pada kebaikan sebuah tempat untuk menjalankan tanggung jawabnya sebagai pelindung seorang hamba.” Ucap laki-laki tersebut diiringi senyum tulusnya.
Perempuan basah kuyup itu hanya menunduk, pandangannya kosong menatap jalan yang basah tergenang air hujan.
“Tuhanku mengajarkan padaku untuk berbaik hati pada orang lain.” lanjut laki-laki tersebut lalu berlari kecil menyebrangi jalan menuju tempat peribadatannya.
“Dan Tuhanku mengajarkanku untuk membalas kebaikan orang lain..” Gumam perempuan itu lalu menyusul laki-laki tersebut.
26 Desember.
Ketika cahaya terang diiringi sebuah melodi indah yang sedang memuja kebesaran Sang Pencipta. Mengena tepat di wajah lusuh perempuan yang sedang tertidur sejak malam kelamnya di tanggal 25 Desember.
Hari natal yang sudah dia tunggu, kembali menjadi penantian berharga. Dress merah menyala yang dia pakai bahkan kalah terang dengan guyuran air mata malam itu.
Telinga yang remang-remang mendengar lantunan nada indah, benar-benar membukakan matanya dengan lebar
“Aku harus pergi.” Gumam perempuan itu dengan nada malasnya.
Kakinya yang masih sempoyongan dengan sebuah luka kecil di lututnya, dihentikan oleh seseorang berpakaian rapi berwarna putih bersih dengan sedikit bercak kuning di salah satu sudutnya.
“Obati dulu lukamu, dan ceritakan padaku bagaimana semua itu terjadi di hari besarmu” Ucap laki-laki tersebut dengan sedikit berteriak.
“Kau bahkan tidak perlu tau.. ini urusanku. Terimakasih telah memberikan tempatmu. Wakilkan aku untuk bersujud pada Tuhanmu” Jawab perempuan itu lalu kembali melangkahkan kakinya maju.
“Ya.. akan aku sampaikan saat adzan dzuhur tiba, tapi ketahuilah bahwa Beliau sudah mendengar ucapan terimakasihmu” Ucap laki-laki itu berjalan mendekati perempuan yang masih berjalan dingklang dengan rambut yang acak-acakan.
“Aku mendengar berita kebakaran di gereja dekat sini kemarin malam, dan kurasa kau adalah korban selamatnya.” Ttitah laki-laki itu.
Deg—
Kepala perempuan itupun menoleh dengan cepat.
“Aku bahkan lebih menderita daripada sebuah kematian” Singkat perempuan itu.
Nafasnya kembali tak beraturan, matanya sayu menatap jalan yang masih basah karena hujan lebat malam itu, bahkan butiran Kristal kembali sampai di sudut matanya.
“Yang aku ketahui, itu bukanlah sebuah kecelakaan. Tapi ada beberapa pihak yang tidak ingin natalmu menjadi kebahagiaan” Tebak laki-laki itu lalu berdiri dihadapan perempuan yang pundaknya sudah naik-turun, dia kembali menangis.
“Sejak awal, kaumku tidak ingin natal terjadi di gereja, kita hanya merayakan di sudut rumah kita. Kontra dengan iblis-iblis itu bahkan menghancurkan satu tahun penantian kami. Kau lihat ibuku? Abu yang berhamburan malam itu, di salah satu yang kehujanan adalah tubuh ibuku.” Terang perempuan itu dengan isakan yang mengiringinya.
Wajah yang sudah tidak Nampak seperti wajah, penuh noda hitam dari make up yang dia pakai untuk mewakili kebahagiaannya kemarin malam. Rambut yang dia tata rapi sedari sore kembali kebentuk asalnya dengan rupa yang lebih buruk.
Monster
Dia lebih Nampak seperti itu, bahkan lebih buruk
“Beruntung menjadi kaummu, kau bisa beribadah dengan tenang setiap hari. Bahkan hari rayamu dapat kau lewati berminggu-minggu. Kau bisa berkumpul dengan umat Tuhanmu yang lain tanpa berfikir bahwa malaikat pencabut nyawa sedang menatapmu dengan tajam.” Tutur perempuan itu lalu tersenyum kecut.
“Tanah dan air adalah dua zat yang berbeda, bahkan kadang air dapat meruntuhkan gundukan tanah yang sudah terbentuk dengan indah. Namun ada beberapa tanah yang mampu menyerap air, menjadikannya sebuah zat yang bermanfaat bagi kehidupan, demi kebaikan banyak umat. Dan taukah kamu? Tuhan ingin menciptakan kita dengan siklus seperti itu.” Jelas laki-laki itu dnegan senyum lebarnya, sembari mengambilkan sebuah kalung salib yang tak sengaja terlepas dari leher perempuan tersebut.
“Pakailah, kau akan lebih nyaman jika dekat denganNya”ucap laki-laki tersebut sambil menjulurkan sebuah kalung kepada sang pemilik.
31 Desember,
“Happy new year!!!!” Pekik seorang perempuan dengan kerutan bahagia di sudut matanya.
“Perjuangan kita tidak sia-sia.” Gumam laki-laki disampingnya sembari menjelajahkan penglihatannya disekitar. Mendapati ratusan masyarakat yang berlainan Tuhan dengannya.
“Kau pernah bilang, Tuhamu mengajarkan untuk berbuat kebaikan. Dan Tuhanku juga bersabda untuk membalas kebaikan tersebut. Apa yang kau inginkan dari ku untuk membalas semua ini?” Tanya perempuan itu mulai tersenyum manis. Memunculkan lesung pipi yang sudah lama sekali dia simpan sejak malam natal itu.
“Tugas sebuah negara adalah sebagai pelindung masyarakat, memberikan segenap ibunya untuk menjaga isi yang ada didalamnya. Namun masyarakat juga tidak bisa lepas tanggung jawab untuk negrinya. Ketika sang saka yang sudah berkarat memunculkan berbagai percampuran warna di atasnya, disitulah warna tersebut harus kembali dilapisi dengan satu warna agar lebih indah. Dan itu adalah salah satu tugas dari kita sebagai masyarakat.”
“Aku hanya meminta padamu, jika kau menemukan sebuah perbedaan dari ajaran, ketahuilah semua itu baik adanya. Pada dasarnya saja juga sama, namun hanya pelaksanaannya saja yang berbeda. Bolehkah aku meminta padamu untuk menyanyikan 2 buah lagu yang berbeda namun kau jadikan satu? Bukankah itu lebih menarik dan lebih indah?” Terang laki-laki itu membuat perempuan yang ada disampingnya hanya menyimak dengan hati yang sudah tersanjung sejak awal.
“Sesuai permintaanmu tuan” Singkat perempuan itu lalu mengangkat gitarnya dan mulai memainkannya.
—–
“Kita akan membuat laporan kejadian itu, kita beri pada pihak yang berwajib. Beri keterangan bahwa kejadian itu nyatanya bukan sebuah kecelakaan. Keberanianmu hari ini, adalah keadilan banyak umat Tuhanmu esok hari” Bujuk laki-laki tersebut meyakinkan perempuan yang sedang rapuh didepannya.
“Tapi kesalahan hari ini akan menghancurkan harapanku setelahnya” Sangkal perempuan itu.
“Jangan memikirkan kegagalan terlebih dahulu, bukankah Tuhan menciptakan hujan sebelum pelangi?” Lanjut laki-laki tersebut masih mencoba.
“Kau benar-benar membantuku?”
Laki laki itu tersenyum tipis mendengar pertanyaan yang baru saja terlontar.
“Ada yang tidak bisa bersatu yaitu air dan minyak, juga aku dan kamu dalam arti hubungan lain. Tapi ketika minyak terbakar oleh api, siapa yang akan meredakannya? Bukankah mereka akan melebur jadi satu?”
“Baiklah kita lakukan sama-sama”
“Kau ingin merayakan tahun baru bukan?”tawar laki-laki tersebut.
Perempuan itu mengangguk cepat, tanda bahwa dia benar-benar mau.
“Kita berjuang, untuk kamu dan kaummu, aku tidak masalah dengan perbedaan ini dari awal, justru aku ingin tau seberapa besarnya Tuhan telah menciptakan semuanya sendiri”
—–
HAMBA YANG BERBEDA
AKU MENEKUK TUBUHKU DALAM NAUNGAN, KAU MEMBENTUK TANGANMU DALAM SEBUAH GENGGAMAN..
BERJARAK YANG BERDEKAT, BERDEKAT NAMUN MENCEKAT…
BAHKAN MEREKA INGIN KITA BERSEKA-SEKAT..
HAMBA YANG BERBEDA..
TAK SEPERTI AIR YANG SELALU BERSATU DENGAN TETESNYA,
TAK SEPERTI SAJAK YANG SELALU BERSATU DENGAN BAITNYA,
HANYALAH HAMBA YANG BERBEDA..
BERSATU SEBAB MEMBANTU..
BAK ANGIN YANG ELOK MENGGUGURKAN DAUN JINGGA
BAK RASA YANG MERDU MENGGUGURKAN ALUR LUKA
HAMBA YANG BERBEDA..
APALAH DAYA, TINTA TAK SEMUANYA COKLAT
HITAM TAK SEMUANYA PEKAT
HAMBA TAK SEMUANYA SEKIBLAT
BERANI BERSATU MEMBELA KEBERAGAMAN
Nama: mefi nur fadzila
Umur: 16 tahun