Dalam perjalanan menuju tempat kerja, kata ini terngiang di dalam pikiran, SETIA.. Kata yang sering diucapkan tetapi pada kenyataannya untuk setia susah juga.. Ada yang menilai dia setia.. tetapi kalau ditanya kepada orang lain, orang menilai dia tidak setia.. Mungkin dia setia kalau bersama dengan pasangannya, tetapi kalau di tempat lain dia setia dengan orang lain..
Jadi teringat anekdot kata setia.. Ada yang menegatisikannya menjadi SEtiap TIkungan Ada (SETIA).. Saya hanya bisa senyum-senyum saja mengingat pernyataan itu.. Setia.. Masih jadi sebuah pernyataan aneh yang menggelitik nurani dan pikiran karena seseorang mengaku dirinya setia.. Benarkah dia setia?? Apakah dia benar-benar tidak berpaling??
Kata ini kembali terngiang saat di kantor, pemimpin dalam tim saya mengatakan soal kesetiaan.. Entah kebetulan atau tidak, kata ini kembali masuk dalam pertimbangan nurani saya.. Apakah saya setia?? Saat saya kerja di salah satu produk tetapi malah memakai produk lain??
Masih belum bisa saya pahami bagaimana maksud setia itu.. Yang saya tahu, saya masih setia dengan seorang perempuan.. Perempuan yang mau menerima diri saya apa adanya.. Apakah saya tidak melirik wanita lain?? Tentu saja, tetapi mencintai saya pikir tidak akan pernah saya lakukan..
Setia menurut saya tetap berada bersama seseorang dan sesuatu yang kita yakini meski ada tawaran lain yang ditampilkan dalam etalase dunia.. Mudahkah menjadi setia?? Tidak pernah mudah.. Godaan dan cobaan banyak di dunia.. Begitu buka mata, godaan langsung datang.. Setia pada pekerjaan atau kembali tidur lagi..
Entahlah.. Sampai saat ini saya hanya menyampaikan sumpah setia kepada perempuan yang mencintaiku.. Yang lain tentu saja adalah kepada Negara dan juga kepercayaanku.. Selain itu, kesetiaan tidaklah pantas diberikan.. Pekerjaan bisa berganti.. Pertemanan bisa berganti.. Komunitas bisa berganti..
Kalau ada yang menyebutkan dia setia kepada sesuatu yang sepele.. Saya malah berpikir orang ini tidak paham makna kesetiaan.. Setia itu sakral dan tidak bisa dipakai sembarangan.. Dan kalau mau digunakan.. Gunakanlah saat kita setia kepada suatu niali bukan sebuah media.. Media sebuah nilai berada bisa rusak dan hancur, tetapi tidak dengan nilai tersebut..
Setia.. Mudah dikatakan tetapi susah untuk dilakukan.. Seperti hari ini.. Aku ternyata dituding tidak setia oleh perempuanku gara-gara membeli kopi tidak di kedai kopi yang biasa kami membelinya.. Padahal apa salahnya mencoba kopi lain di kedai lain.. Bukankah kopinya sama-sama memelekkan mata??
Kesetiaan jangan membuat kita buta.. Gara-gara memuja kesetiaan dengan salah.. Seorang pemimpin agama yang dituduh cabul pun tetap bisa dianggap benar.. Itu bukan lagi setia namanya tetapi setia kepada kebodohan.. Hehehe..
Ya sudah.. Saya tutup dulu kisah tentang setia ini.. Semoga kita tempatkan kesetiaan pada tempat yang benar.. Bukan dalam ruang sempit yang malah menjerumuskan diri kita pada pemujaan tanpa kebenaran..
Dari orang gila menulis Tanp Titik..