Di beberapa artikel yang terdahulu, saya sudah menuliskan pencapaian Jokowi atas berbagai pembangunan infrastruktur, sarana dan prasarana yang salah satu tujuannya adalah untuk menarik investasi.
Pertanyaannya adalah, apakah dengan berbagai pembangunan tersebut membuahkan hasil? Atau, adakah investasi yang masuk?
Jawabannya SUDAH PASTI ADA. Apalagi izin investasi sudah sangat mudah, dimana saat pemerintahan SBY harus menunggu sampai 2 tahun (536 hari), sedangkan di masa Jokowi, urus izin investasi cukup 3 jam. Mau bukti? Inilah bukti-buktinya investasi dalam 3 tahun pemerintahan Jokowi.
2015
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat realisasi investasi dari Januari-September 2015 telah mencapai Rp 400 triliun. Sumber realisasi investasi berasal dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp 133,2 trilun dan realisasi investasi Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar Rp 266,8 triliun.
2016
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat realisasi investasi Januari-September 2016 tumbuh 13,4 persen dibanding realisasi investasi pada periode yang sama 2015. Realisasi investasi sepanjang sembilan bulan pertama 2016 capai Rp 453,4 triliun.
2017
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat realiasi investasi kuartal III tahun 2017 sebesar Rp 176,6 triliun. Secara kumulatif dari Januari hingga September 2017, realisasi investasi sebesar Rp 513,2 triliun.
Sengaja saya ambil per sembilan bulan agar perbandingannya apple to apple sampai tahun 2017 ini.
Perhatikan kenaikannya setiap tahun.
Jadi tidak mengherankan bila hanya dalam kurun waktu 3 tahun, pemerintahan Jokowi mampu meyakinkan tiga lembaga pemeringkat internasional untuk memberikan peringkat layak investasi kepada Indonesia.
Pengakuan layak investasi dari ke 3 lembaga internasional tersebut tergolong spektakuler mengingat hal ini merupakan yang pertama kalinya sejak 20 tahun silam.
Tiga lembaga pemeringkat utama dunia yang memberikan peringkat layak investasi kepada Indonesia yaitu Fitch Ratings, Moody’s, dan Standard and Poor’s (S&P).
Pemberian peringat itu disebabkan karena skala ekomoni Indonesia mengalami kenaikan yang sangat signifikan beberapa tahun terakhir ini serta banyak perkembang pesat terutama sejak pemerintahan Joko Widodo
Dengan pencapaian investasi tersebut, UNCTAD PBB menempatkan Indonesia pada peringkat ke-4 dunia sebagai tujuan utama investasi dunia (2016-2018). Posisi ini naik 4 peringkat dari survei sebelumnya di periode 2014-2016.
Sedangkan untuk dalam negeri sendiri, OECD (Organization Economic Cooperation and Development) Global Survey merilis Indonesia ranking satu dalam hal kepercayaan publik terhadap negara.
Luar biasa bukan?
Itulah efeknya bila pemimpin benar-benar mau bekerja untuk kemajuan negaranya. Itulah efeknya bila pemimpin benar-benar memanfaatkan uang yang ada untuk mensejahterakan rakyatnya.
Semuanya diperjuangkan oleh beliau di saat serangan, gangguan, dan rongrongan tak henti-hentinya datang mengganggu bahkan oleh sebagian rakyatnya sendiri. Namun semua itu tidak menggoyahkan tekad beliau untuk bekerja dan terus bekerja demi negara, bangsa dan rakyatnya.
Beginilah sejatinya pemimpin sebuah negara yang sesungguhnya. Bukannya bertekad menjadi presiden dengan tujuan hanya untuk memperkaya diri sendiri, keluarga, kelompok dan kroni-kroninya. Akibatnya hanya diri dan golongannya saja yang makmur, negara jadi miskin dan rakyat melarat. Tidak heran kita menderita puluhan tahun, tertinggal oleh bangsa- bangsa lain di dunia.
Kata pepatah, bila ingin mengetahui akibat yang kita terima sekarang, lihatlah perbuatan apa yang kita lakukan di masa lalu. Bila ingin mengetahui seperti apa kita di masa depan, lihatlah apa yang kita perbuat sekarang.
Jadi saya hanya bisa menghimbau kepada seluruh rakyat Indonesia, jangan salahkan Jokowi bila di masa depan bangsa Indonesia bisa lebih maju lagi dari hari ini. Jangan salahkan Jokowi bila kehidupan rakyat Indonesia lebih sejahtera dibandingkan sekarang. Dan jangan salahkan Jokowi bila sepak terjangnya membuat kita semua semakin mencintai pemimpin bangsa ini dan bertekad untuk memilihnya agar dapat memimpin Indonesia sekali lagi.