Indonesia tidak perlu impor, demikian kata Prabowo Subianto. Dirinya berjanji tidak akan impor apapun. Jika terpilih menjadi presiden pada 2019 mendatang, Prabowo mengatakan, Indonesia akan berdiri di atas kaki sendiri alias tidak impor.
“Saya bersaksi di sini, kalau Insya Allah saya menerima amanat dari rakyat Indonesia, saya akan bikin Indonesia berdiri di atas kaki kita sendiri! Kita tidak perlu impor apa-apa. Saudara-saudara sekalian! Kita harus dan kita mampu swasembada pangan! Mampu!” kata Prabowo di GOR Soemantri Brodjonegoro, Kuningan, Jakarta Selatan, Minggu 4 November 2018.
Coba perhatikan kata yang saya beri garis tebal di atas, pertama dia bilang tidak perlu impor apa-apa, lantas di kalimat terakhirnya menjadi swasembada pangan (tidak perlu impor pangan) dari kalimat itu saja sudah terlihat tidak konsistennya kalimat yang dia ucapkan. Baiklah, kita asumsikan saja maksud kalimatnya bahwa tidak perlu impor pangan. Karena kalimat tidak perlu impor apa-apa itu tidak masuk di akal.
Bukan baru sekali Prabowo mengeluarkan pernyataan tersebut. Saat bertemu relawan Rhoma Irama, di Soneta Record Depok, Minggu 28 Oktober 2018, Prabowo juga mengatakan tidak ingin impor. Sebab, impor menghancurkan rakyat Indonesia sendiri.
“Kita tidak perlu impor-impor lagi makanan. Impor-impor itu adalah sebetulnya langkah langkah yang menghancurkan rakyat Indonesia sendiri, menghancurkan petani-petani kita sendiri,” katanya.
Prabowo menjelaskan bahwa Indonesia bisa mengurangi impor dengan cara melakukan swasembada di tiga sektor. Tiga sektor yang dia maksud yaitu swasembada pangan, swasembada energi, dan swasembada air.
Ketiga sektor ini sebenarnya sudah pernah saya tuliskan belum lama ini dengan penjelasan yang cukup terperinci bahwa upaya untuk Swasembada pangan, energi dan air sebenarnya sudah atau sedang dikerjakan oleh Jokowi. Silahkan dibaca:
Part 1. Swasembada Pangan
Nah penjelasan dari ketiga link di atas itulah merupakan cara atau upaya Jokowi agar kita bisa swasembada, baik terhadap pangan, energi maupun air.
Jadi sungguh naif bila kita mempercayai dan menelan bulat-bulat apa yang disampaikan oleh Prabowo. Karena bisa dikatakan seluruh negara di dunia pasti ada ekspor-impornya. Tergantung bagaimana kita mengaturnya. Karena semua negara di dunia juga menginginkan ekspor negaranya lebih besar dari impornya.
Terbukti karena asal cuap tanpa dasar, pernyataan Prabowo kemudian diralat oleh Ketua Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Jenderal (Purn) Djoko Santoso. Djoko buru-buru menjelaskan pernyataan Prabowo yang disebut berjanji jika terpilih pada Pilpres 2019 akan membuat Indonesia berdiri di atas kaki sendiri alias tak perlu mengimpor. Djoko mengatakan Prabowo tak berjanji, melainkan berupaya agar tak melakukan impor.
Bahkan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) juga turut bersuara dan menyatakan tidak ada satu negara pun di dunia yang tidak melakukan impor. JK mengatakan setiap negara di dunia membutuhkan hubungan timbal balik untuk melakukan ekspor-impor.
“Barangkali yang dimaksud (setop impor) itu pangan atau beras. Tujuannya benar kalau yang dimaksud kebutuhan dasar, tapi produktivitas lahannya harus dinaikkan, itu pun butuh riset,” kata Ketua Dewan Pengarah Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma’ruf Amin tersebut.
Jadi tidak bisa serta merta begitu menjabat, impor dihentikan sama sekali. Tidak heran bila banyak yang menganggap apa yang disampaikan oleh Prabowo, menunjukan cara berpikirnya yang dangkal. Bisa juga merupakan bentuk kepanikan dimana elektabilitasnya tak kunjung terangkat, lantas apapun berani disampaikan tanpa menggunakan nalar lagi.
Yang ada hanyalah bagaimana supaya bisa meraih simpati masyarakat yang sayangnya gagal tercapai. Apalagi mengingat di jaman teknologi canggih ini, segala informasi dapat di cek kebenarannya melalui jejak digital yang bertebaran di dunia maya. Sudah semakin banyak masyarakat yang kritis, mereka bisa menilai mana ucapan politisi yang berdasarkan data dan masuk akal, serta mana politikus sontoloyo yang asal cuap tanpa dasar.
Sudah bukan jamannya lagi memberikan janji-janji muluk yang mengawang-awang. Pilpres 2014, Pilkada DKI 2017 semua itu menyentak kesadaran masyarakat untuk melek politik. Di masa lalu, saya termasuk salah seorang yang tidak peduli akan dunia perpolitikan, anggapan saya siapapun yang jadi presiden toh sama saja, Indonesia masih akan begini-begini saja, tidak ada perkembangan yang membanggakan.
Semuanya berubah sejak Jokowi menjabat sebagai presiden dan Ahok menjadi gubernur DKI ketika itu. Ternyata masih ada politisi-politisi yang mau berjuang untuk kemajuan bangsa ini. Ternyata masih ada politisi-politisi yang mau berkorban demi kesejahteraan rakyat Indonesia, mau membangun Indonesia ke arah yang lebih baik lagi.
Hal-hal demikianlah yang membuat saya tertarik untuk mengetahui dunia politik lebih jauh. Belajar membedakan mana politisi sejati mana politikus sontoloyo. Mana yang berbicara menggunakan data dan mana yang asal cuap saja. Saya rasa bukan cuma saya saja, banyak orang-orang yang mengalami hal yang sama dengan saya.
Seandainya ada survey, bisa jadi tahun 2014, 2017 dan 2018 ini merupakan periode yang krusial dimana banyak terjadi lonjakan pertambahan orang-orang menjadi lebih melek politik dibandingkan sebelum-sebelumnya. Bisa jadi hal inilah yang tidak disadari oleh Prabowo. Menggunakan data yang tidak sesuai, yang penting pendengarnya terbuai. Alih-alih memberikan pendidikan politik sehat, yang ada hanyalah janji-janji sesat.