Indovoices.com-Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan bahwa ada kemungkinan ekonomi Indonesia tahun ini hanya tumbuh 2,5% atau bahkan 0% (nol persen) alias tidak tumbuh/stagnan jika pandemi corona tak segera teratasi.
Hal ini berdasarkan beberapa skenario yang disiapkan Kementerian Keuangan dalam memperhitungkan dampak pandemi corona terhadap perekonomian. “Bisa mencapai 2,5% bahkan sampai ke 0%,” kata Sri Mulyani di Jakarta.
Dia menyebutkan skenario perekonomian yang tumbuh 0 – 2,5% tersebut bisa terjadi jika masalah virus corona ke depannya menjadi lebih berat, dalam arti Indonesia tidak mampu menangani pandemi lebih dari 6 bulan dan terjadi lockdown.
Selain itu syarat lainnya yaitu jika perdagangan internasional tumbuh di bawah 30%, serta industri penerbangan mengalami shock, turun hingga 75%. Skenario tersebut juga mempertimbangkan konsumsi rumah tangga, terutama konsumsi bahan pokok dan kesehatan. “Juga kemungkinan terjadinya disrupsi tenaga kerja,” ucap dia.
Namun Sri Mulyani menjelaskan bahwa jika penanganan virus ini bisa ditangani dengan cepat dalam waktu 3-6 bulan, dia optimistis pertumbuhan ekonomi masih bisa di atas 4%. Skenario tersebut memperhitungkan pula penurunan harga minyak mentah Indonesia (Indonesia Crude Price/ICP) yang cukup drastis dalam beberapa minggu terakhir.
Oleh karena itu Menkeu berharap vaksin anti virus corona bisa segera ditemukan. “Kalau bisa dilakukan cepat, tentu ini dampaknya akan pendek,” ujarnya.
Dia mengatakan bahwa seluruh skenario pertumbuhan ekonomi Indonesia yang telah disiapkan Kemenkeu nantinya akan disampaikan kepada Presiden Joko Widodo alias Jokowi, termasuk skenario terburuk ekonomi yang tidak tumbuh. “Kita tidak mengharapkan itu terjadi. Makanya langkah-langkah safety net dan sektor usaha harus terus dilakukan,” tutupnya.
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) telah memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 4,2 – 4,6%. Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan, pemangkasan tersebut seiring tantangan persebaran virus corona bagi pertumbuhan ekonomi domestik.
“Perlambatan ini seiring penurunan prospek pertumbuhan ekspor barang Indonesia akibat perlambatan perekonomian global,” kata Perry dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (19/3).
Perry memperkirakan ekspor jasa terutama sektor pariwisata turun akibat terhambatnya proses mobilitas antar negara untuk memitigasi risiko penularan virus corona. Kemudian, investasi non-bangunan juga berisiko melambat dipengaruhi menurunnya prospek ekspor barang dan jasa serta terganggunya rantai produksi.
Dia mengatakan, perlambatan ekspor terjadi lantaran melambatnya prospek pertumbuhan ekonomi dunia. BI pun memperkirakan ekonomi global 2020 hanya tumbuh 2,5%. “Lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi 2019 sebesar 2,9% dan juga proyeksi sebelumnya sebesar 3%,” ucap dia. (msn)