“Keberadaan Politeknik Industri Furnitur ini harus bisa menjawab tantangan perkembangan industri dan tren pasar furnitur sekarang. Apalagi, industri furnitur merupakan sektor yang berbasis pada lifestyle,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto saat meresmikan Politeknik Industri Furnitur dan Pengolahan Kayu di Kawasan Industri Kendal (KIK), Jawa Tengah, Kamis (10/1).
Peresmian tersebut juga dihadiri Menteri Pendidikan Tinggi dan Keterampilan Singapura, Ong Ye Kung, Duta Besar Singapura untuk Indonesia Anil Kumar Nayar, Bupati Kendal Mirna Annisa, serta Wakil Ketua Komisi VI DPR RI Dito Ganinduto.
Pada kesempatan itu, Menperin dan Menteri Ong menyaksikan penandatangan MoU antara Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri Kemenperin dengan Singapore Polytechnic tentang kerja sama dalam bidang pendidikan dan pelatihan SDM industri terkait pengembangan industri 4.0.
Menperin menjelaskan, dalam upaya menggenjot daya saing industri furnitur, diperlukan kreativitas dan inovasi desain produk yang mengikuti selera pasar terkini agar mampu kompetitif hingga kancah global. “Artinya, industri furnitur harus mampu creating the needs, deliver the needs (menciptakan sekaligus memenuhi kebutuhan)” terangnya.
Oleh karena itu, Airlangga menyambut baik dengan penerapan sistem ganda (70 persen praktik dan 30 persen teori) pada proses pembelajaran di Politeknik Industri Furnitur dan Pengolahan Kayu. “Konsep dual system yang dikembangkan Swiss tersebut, diyakini akan menghasilkan lulusan yang benar-benar sesuai kebutuhan masa depan, terutama dalam memasuki era industri 4.0,” tuturnya.
Lebih lanjut, menurut Menperin, memfasilitasi pembangunan politeknik di kawasan industri sebagai salah satu program prioritas Kemenperin dalam pengembangan pendidikan vokasi industri. Hal ini juga sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo yang ingin tahun ini lebih fokus untuk gencar melakukan berbagai program peningkatan kompetensi sumber daya manusia (SDM).
Dalam laporannya, Sekretaris Jenderal Kemenperin Haris Munandar menyampaikan, pembangunan Politeknik Industri Furnitur dan Pengolahan Kayu ini merupakan salah satu tindak lanjut dari Nota Kesepahaman (MoU) yang ditandatanganioleh Menperin Airlangga dan Ong Ye Kung dalam kegiatan Leader’s Retreat pada peringatan 50 tahun hubungan diplomatik RI-Singapura.
“Politeknik ini didirikan dengan tiga tujuan, yaitu mendorong pertumbuhan investasi industri melalui penyediaan tenaga kerja industri lokal yang kompeten, memberdayakan SDM diwilayah setempat dan sekitarnya untuk menjadi tenaga kerja industri, sertasebagai pusat inovasi,penelitian danpengembangan Industri furnitur di Tanah Air,” paparnya.
Politeknik Industri Furnitur telah mendapatkan izin penyelenggaraan dari Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi serta persetujuan kelembagaan dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Politeknik yang memulai operasional pendidikan angkatan pertama sejak 1 Oktober 2018 ini, telah menjalankan tigaprogram studi yang meliputi Teknik Produksi Furnitur, Desain Furnitur, dan Manajemen Bisnis Industri Furnitur.
“Jumlah mahasiswa angkatan pertama sebanyak 99 orang yang diseleksi dari 694 orang pendaftar. Dengan demikian, rasio penerimaan mahasiswa tersebut mencapai 1:7. Seluruh mahasiswa telah disiapkan rencana penempatannya pada 16 perusahaan industri furniture,” imbuhnya.
Haris menambahkan, selain sudah menerapkan konsep dual system melalui kerjasama dengan State Secretariat of Economic Affairs (SECO) Swiss, Politeknik Industri Furnitur yang dibangun di atas lahan dua hektare dengan luas gedung 4.800 m2 dan terdiri dari empat lantai ini juga teah dilengkapi beberapa fasilitas penunjang.
“Misalnya, ruang pameran sebagai salah satu sarana untuk promosi produk furnitur bagi industri serta produk hasil praktik mahasiswa. Kemudian, pada tahun 2018 telah dibangun satu gedung workshopdan di tahun 2019 ini akan dibangun tambahan satu gedung workshop serta penambahan mesin dan peralatan untuk praktikum mahasiswa,” sebutnya.
Menteri Ong menyampaikan, Singapura dan Indonesia menikmati hubungan erat di setiap tingkatan, baik di tingkat pemerintah, lembaga dan masyarakatnya. “Dengan kerja sama yang luas, kita dapat menciptakan kesempatan yang saling menguntungkan di banyak bidang,” tuturnya.
Dia menambahkan, pihaknya mengapresiasi langkah Kemenperin dalam membangun Politeknik Industri Furnitur untuk mendukung pengembangan KIK. Ini pun memberikan kesempatan baik untuk pelatihan bagi masyrakat Indonesia dan mendorong peningkatan investasi yang ada di dalam KIK.
“Kami akan senang memberikan dukungan untuk pengembangan kurikulum potensial KIK dengan membina kerja sama antara lembaga pembelajaran di antara kedua negara,” imbuhnya.
Sektor strategis
Pada kesempatan yang sama, Menperin mengemukakan, industri furnitur merupakan salah satu sektor strategis dalam menopang perekonomian nasional. Sebab, sifatnya yang padat karya dan berorientasi ekspor.
“Industri merupakan sektor yang berperan penting dalam pembangunan nasional karena perannya sebagai mesin penggerak utama perekonomian sekaligus tulang punggung ketahanan ekonomi nasional dengan berbasis sumber daya lokal,” paparnya.
Mengenai kinerja positif dari industri furnitur, Kemenperin mencatat pada periode Januari-Oktober 2018, neraca perdagangan produk furnitur nasional surplus sebesar USD99,1 juta, dengan nilai ekspor menembus hingga USD1,4 miliar. Capaian ini mengalami kenaikan 4,83 persen dari periode yang sama di tahun 2017.
“Kami bertekad untuk terus memacu kinerja ekspor furnitur. Apalagi dengan potensi bahan baku yang kita miliki, mengingat Indonesia merupakan salah satu dari 10 negara yang memiliki hutan terluas di dunia dengan 46,46 persen wilayah Indonesia merupakan kawasan perhutanan,” ungkap Airlangga.
Oleh karena itu, lanjutnya, pemerintah berupaya mengoptimalkan potensi industri furnitur nasional melalui beberapa kebijakan, antara lain melalui program bimbingan teknis produksi, fasilitasi SVLK, promosi dan pengembangan akses pasar.Selain itu didukung penyiapan SDM industri furnitur yang kompeten melalui pembangunan Politeknik Industri Furnitur di Kawasan Industri Kendal.
Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu basis industri furnitur yang mampu menyumbang hingga 57 persen dari total ekspor furnitur nasional. “Dengan target peningkatan ekspor nasional mencapai USD5 miliar, diperkirakan kebutuhan tenaga kerja furnitur khususnya di Jawa Tengah meningkat sebanyak 101.346 orang dalam dua tahun ke depan,” sebut Menperin.