BANDUNG – Batubara terbagi menjadi dua kelompok utama yaitu batubara termal (thermal/steaming coal) yang biasa digunakan sebagai pembangkit listrik dan batubara metalurgi (coking coal atau metallurgical coal) yang biasa digunakan sebagai salah satu bahan utama dalam industri metalurgi.
Di Indonesia sendiri, batubara lebih banyak dimanfaatkan sebagai sumber pembangkit listrik, yang sering disebut batubara termal. Pengetahuan tentang batubara metalurgi Indonesia masih sangat terbatas.
“Kajian, eksplorasi dan pemanfaatan batubara metalurgi di Indonesia belum banyak dilakukan baik dari segi sumber daya maupun pengusahaannya,” ujar Kepala Bidang Batubara, Pusat Sumber Daya Mineral Batubara dan Panas Bumi (PSDMBP) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Rita Susilawati di Bandung (25/10).
Lebih lanjut Rita menyebut, batubara metalurgi merupakan batubara kalori tinggi yang memiliki karakteristik tertentu yang menghasilkan kokas. Kokas diproduksi dengan jalan memanaskan batubara metalurgi dalam oven pada kondisi reduksi tanpa udara dalam suhu sangat tinggi. Kokas yang dihasilkan dari pemanasan batubara bersifat porous, keras dan hanya terdiri dari konsentrasi karbon.
Kokas sendiri adalah salah satu material utama yang dibutuhkan dalam produksi baja. Permintaan batubara metalurgi untuk mendukung industri pembuatan baja meningkat beberapa tahun terakhir ini. Sebagian besar didorong oleh Cina dan India yang telah mengubah batubara metalurgi, terutama kokas menjadi komoditas
yang sangat dicari.
Potensi penghasilan negara yang lebih besar bisa didapat jika batubara termal jenis kalori tinggi dan kalori sangat tinggi Indonesia berhasil dikarakterisasi potensi metalurginya. Keberadaan batubara metalurgi
domestik dan penggunaannya dalam industri smelter nasional juga dapat mengurangi ketergantungan pada batubara metalurgi impor, sehingga mengurangi pengunaan cadangan devisa negara.
Dalam hal keekonomian produk tambang, terdapat perbedaan harga yang sangat signifikan antara batubara termal dan batubara metalurgi. Selisih harga bisa mencapai USD 100/ton.
Tahun 2018, PSDMBP melakukan evaluasi potensi batubara metalurgi di 4 cekungan, yaitu Cekungan Sumsel, Cekungan Ombilin, Cekungan Barito dan Cekungan Kutai.
Rita mengungkapkan, dari 257 area, terdapat 69 area yang memiliki indikasi karakteristik batubara metalurgi. “Total sumberdaya tereka batubara metalurgi Indonesia pada 69 area tersebut sebesar 1,56 miliar ton,” ujarnya.
Indonesia merupakan salah satu penghasil batubara termal terbesar di dunia. Sumber daya batubara di Indonesia juga memiliki potensi menghasilkan batubara metalurgi yang dapat mendorong investasi di sektor ini.
Untuk itu perlu kerja sama yang baik antara Pemerintah dengan pihak swasta untuk mendorong adanya riset riset akademik untuk dapat melakukan penelitian-penelitian ilmiah terhadap jenis endapan batubara guna
pengembangan batubara metalurgi lebih lanjut. [esdm]