Indovoices.com- Kementerian Perindustrian bertekad untuk terus mendorong penguatan dan pendalaman struktur industri manufaktur di Indonesia, mulai dari sektor hulu sampai hilir, sehingga akan berdaya saing global. Untuk itu, diperlukan kolaborasi antara industri kecil dan menengah (IKM) dengan industri skala besar.
“Keberadaan IKM dalam rantai pasok industri menjadi bagian penting dalam memacu daya saingnya sekaligus juga memberikan multiplier effect terhadap pertumbuhan ekonomi nasional,” kata Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kemenperin, Gati Wibawaningsih di Jakarta, Minggu (18/8).
Menurut Gati, saat ini banyak IKM nasional yang telah membuktikan kemampuannya memproduksi komponen sesuai dengan standard yang diberikan oleh industri besar. Contohnya, IKM logam di Tegal dan Klaten, Jawa tengah yang akan memasok kebutuhan bahan baku bagi PT Panasonic Manufacturing Indonesia (PT PMI) untuk membuat pompa air.
“Kami mengapresiasi kepada PT PMI yang tahun ini melakukan penjajakan kerja sama dengan IKM logam di Klaten dan Tegal. Kolaborasi yang terjalin ini perlu diarahkan menjadi sebuah pembinaan dari industri besar kepada pelaku IKM kita. Sebab, dalam pengembangan IKM, perlu dukungan dari para stakeholder,” tuturnya.
Pada tahun 2007-2009, PT PMI turut berkontribusi dalam pengembangan klaster IKM di Klaten dan Pati, Jawa Tengah untuk memproduksi komponen pompa air. Kegiatan ini dinilai berhasil mendayagunakan potensi dalam negeri guna menciptakan produk yang berkualitas dan diterima di pasar internasional.
Sementara itu, Direktorat Jenderal IKMA Kemenperin bersama Dinas Perindustrian Kabupaten Tegal telah menginisiasi pembentukan Material Center di sentra IKM Tegal, yang menjadi basis sektor logam dan komponen alat angkut. Inisiatif kerja sama ini sebagai upaya strategis memenuhi kebutuhan bahan baku yang berkelanjutan dan berkualitas untuk sektor IKM tersebut.
Gati mengungkapkan, pompa air masih memiliki peluang pasar yang besar, terutama di domestik seiring dengan gencarnya program pembangunan perumahan. Bahkan, di kancah global, pompa air mampu memberikan penerimaan devisa cukup signifikan. Ini terlihat dari capaian nilai ekspor pompa sentrifugal dan peripheral yang berkisar USD13 juta sepanjang tahun 2018.
“Kami juga mengucapkan selamat kepada PT PMI atas pencapaiannya untuk produksi pompa air yang telah menembus angka 30 juta set. Keberhasilan ini perlu dipertahankan, bahkan ditingkatkan, terutamadalam aspek daya saing, nilai tambah dan produktivitas,” paparnya.
Dirjen IKMA optimistis, semakin tumbuh dan berkembangnya sektor industri di Indonesia serta diiringi juga dengan dukungan kebijakan untuk pengoptimalan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN), akan membawa dampak positif terhadap keterlibatan peran IKM nasional.
“Jadi, apabila dilakukan lokalisasi terhadap produk-produk impor atau substitusi produk impor, maka akan menjadi kesempatan baik bagi IKM kita untuk dapat mengisinya dalam rantai pasok tersebut,” imbuhnya.
Manfaatkan teknologi terkini
Lebih lanjut, Gati menyampaikan, pihaknya semakin aktif mengajak pelaku IKM nasional agar dapat memanfaatkan teknologi terkini untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas secara lebih efisien. Upaya ini juga dalam rangka kesiapan menghadapi era industri 4.0.
“Oleh karena itu, kerja sama kemitraan dengan industri besar, diyakini dapat memberikan pembelajaran bagi pelaku IKM terhadap pentingnya adaptasi perkembangan teknologi untuk keberlangsungan usaha mereka,” tandasnya.
Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan produksi industri manufaktur mikro dan kecil (IMK) pada triwulan II-2019 naik sebesar 5,52 persen terhadap triwulan II-2018. Lonjakan tersebut, terutama disebabkan naiknya produksi industri komputer, barang elektronika dan optik, sebesar 17,74 persen. Kemudian, ditopang pertumbuhan produksi industri percetakan dan reproduksi media rekaman naik 17,01 persen, serta industri pengolahan lainnya yang juga naik hingga 10,95 persen.
Di sisi lain, Ditjen IKMA juga telah menyiapkan program e-Smart IKM guna mempermudah dalam memperluas akses pasar pelaku IKM nasional, terutama menembus pasar ekspor. Langkah ini sejalan dengan program prioritas peta jalan Making Indonesia 4.0.
“Program yang diinisiasi sejak tahun 2017 tersebut, sudah mejalin kerja sama dengan para pelaku e-commerce di Indonesia, seperti Bukalapak, Tokopedia, Shopee, BliBli, Blanja.com, Ralali, dan Gojek Indonesia. Jadi, kami mendorong pelaku IKM nasional mampu menembus pasar ekspor di tengah era digital atau maraknya perdagangan elektronik (e-commerce),” terangnya.
Ditjen IKMA menargetkan sebanyak 10.000 pelaku IKM dari berbagai sektor dapat masuk ke pasar online melalui e-Smart IKM selama periode tahun 2017-2019. Mereka terdiri atas sektor industri makanan dan minuman, logam, furnitur, kerajinan, fesyen, herbal, kosmetik, serta industri kreatif.
“Hingga saat ini, animo peserta cukup tinggi, dengan jumlah peserta yang mengikuti workshop e-Smart IKM telah melampaui lebih dari 9.000 pelaku usaha,” ungkapnya. Total nilai transaksi e-commerce dari seluruh IKM tersebut, tercatat mencapai Rp2,3 miliar. (kemenperin)