Sekarang ini isu utang negara mulai merebak dan memenuhi dunia maya, media-media bahkan group-group whatsup yang kebanyakan dari semua pembicaraan ini menjadi polemik atau perdebatan. Saya melihat semua ini seperti melihat acara Indonesia Lawyer Club dan Indonesia Lawak Club yang bicara dan diskusi tapi tanpa solusi. Hanya membongkar masalah, mengkritik, tapi tidak ada pemahaman yang lebih dalam.
Sebagai rakyat biasa, saya akan melihat dua masalah yang saya tulis menjadi judul diatas dari kacamata dan kapasitas saya sebagai rakyat Indonesia.
Beberapa kali saya mengunjungi Museum Ulen Sentanu di Yogjakarta dimana museum ini adalah museum budaya Yogyakarta dan Solo. Sangat menarik. Namun dari semua cerita sejarah tentang Kesultanan Yogyakarta, ada satu cerita yang menurut saya patut diketahui oleh rakyat Indonesia.
Fakta sejarah itu adlaah bahwa Pemerintah Indonesia berhutang budi pada Kesultanan Yogyakarta.
Pada awal pemerintahan Indonesia berdiri setelah kemerdekaan, Yogyakarta sempat menjadi Ibu Kota negara. Lalu kemudian dipindahkan ke Jakarta. Dan pada saat pindah, Saat itu, Sultan Hamengkubowono ke IX mengatakan kepada Ir. Soekarno sebagai Presiden pertama Indonesia, “Yogyakarta sudah tidak punya apa-apa lagi. Silakan lanjutkan pemerintahan ini di Jakarta,” tutur Hamengku Buwono IX sambil mengeluarkan cek senilai 6 juta gulden dengan berurai air mata di hadapan Ir Soekarno dan menteri-menterinya.
Coba Anda bayangkan. Seorang Raja Jawa yang berwibawa mengumumkan dirinya tidak punya apa-apa di hadapan umum. Kala itu memang Yogyakarta sudah tidak punya apa-apa lagi untuk menopang keuangan RI yang pindah ke Yogyakarta. Hampir semua biaya operasional untuk menjalankan roda pemerintahan, misalnya kesehatan, pendidikan, militer, dan pegawai-pegawai RI, saat itu dibiayai Keraton Kasultanan Yogyakarta.
Itu adalah awal dana yang dimiliki oleh negara sebesar Indonesia. Kecintaan dan rasa nasionalisme seorang Sultan Yogyakarta teruji dengan baik!
Lalu apakah Presiden harus hanya berpangku tangan untuk membangun bangsa dan negara ini hanya dengan uang 6 juta Gulden? Tidak! Pada masa itu, pinjaman luar negeri adalah satu-satunya jalan untuk menopang kehidapan bernegara dan pembangunan. Soekarno meminjam uang ke negara-negara blok timur, Uni Soviet dan sekutunya. Ada bantuan (utang) dari AS, tapi jumlahnya tidak lebih besar dari utang yang diperoleh dari Uni Soviet dan sekutunya.
Dan ketika pergantian kekuasaan terjadi, Bung Karno mewarisi utang sekitar USD 2,3 miliar (di luar utang Hindia Belanda USD 4 miliar) kepada Soeharto.
Dan sejak itu, mulai dari Soeharto, Habibie, Gusdur, Megawati dan SBY, Indonesia tidak pernah berhenti berhutang. Sejarah mencatan bahwa pembangunan Indonesia sangat lambat walaupun sudah berhutang begitu banyak.
Saya tidak setuju jika ada media atau pihak atau bahkan seseorang yang mengatakan “Indonesia punya kebiasaan berutang” atau mereka dengan kesadarannya mengejek pemimpin Indonesia sebagai si Raja Utang. Kalau dasarnya hanya berpegang pada fakta bahwa Indonesia memiliki sumber daya alam yang banyak, kenapa lalu tidak diteruskan kalimatnya bahwa semua sumber daya alam itu masih ada didasar tanah dan harus di keluarkan dan diproses. Dan untuk melakukanitu semua, apakah tidak memerlukan biaya?
Setiap Presiden Indonesia, mereka berkuasa dijaman yang berbeda dengan prioritas negara yang berbeda pula.
Pernahkan Anda bertanya SAAT jaman ORDE BARU, apakah Soeahrto pernah MELUNASI UTANG pemerintahan Soekarno yang hanya USD 2.3 miliar? Tidak! Tapi, bukannya melunasi utang sebelumnya, Soeharto yang berkuasa selama lebih dari 32 tahun justru semakin rajin melakukan pinjaman baru.
Seandainya, Soeharto tidak terlalu sibuk memikirkan dirinya, keturunannya, kroni-kroninya, Dan melihat bahwa Indonesia bangsa yang besar dan kaya raya dengan jumlah penduduk yang lumayan banyak, seyogyanya, dia bisa melunasi warisan utang Soekarno, dan menggali, mengelola dan mengembangkan kekayaan yan dimiliki oleh Indonesia.
Tanamkan budaya mencintai negeri, ajarkan bangsa ini untuk rajin bekerja dan JUJUR, saya yakin, Indonesia tidak akan seketinggalan sekarang! Atau kalaupun harus berhutan, tidak akan sebanyak apa yang dia warisan pada Habibie.
Parahnya, Warisan utang dari Hindia Belanda yang sempat dibatalkan oleh Soekarno, justru di re-schedule ulang oleh Soeharto pada 1964. Selain mereschedule ulang, Soeharto juga mendapat komitmen pinjaman baru.
32 TAHUN!! Bukan waktu yang sebentar untuk menanamkan sebuah budaya! Sayangnya, budaya yang ditanamkan oleh Soeharto adalah budaya KKN. Dan budaya KKN ini menghabiskan sejumlah utang haram karena tidak bisa dipertanggungjawabkan. Uang yang habis karena dikorupsi. Data yang ada menyebutkan, rezim Orde Baru berutang sebesar Rp1.500 triliun yang jika dirata-ratakan selama 32 tahun pemerintahan Soeharto, utang negara bertambah sekitar Rp 46,88 triliun tiap tahun.
Soeharto mewariskan utang negara pada Habibie sebesar USD 171 miliar.
Lalu Habibie. Dia hanya 2 tahun memimpin negara ini. Kepemimpinan yang hanya seumur jagung ini, seyogyanya tidak usah berhutang, bukan?
Sialnya, gerakan reformasipun tidak mampu mengeluarkan Indonesia dari jerat utang luar negeri. Gusdur memang berhasil mengurangi jumlah utang Indonesia sekitar USD 21,1 miliar. Dari USD 178 miliar menjadi USD 157 miliar. Namun, utang pemerintah secara keseluruhan meningkat. Sebelum lengser, Gus Dur mewarisi utang sebesar Rp 1.273,18 triliun ke pemerintahan Megawati.
Di masa Megawati berkuasa, terjadi penurunan jumlah utang melalui penjualan aset-aset negara. Pada 2001 utang Indonesia sebesar Rp 1.273,18 triliun turun menjadi Rp 1.225,15 triliun pada 2002.
Sayangnya, di tahun-tahun berikutnya utang Indonesia terus meningkat. Pada 2004, total utang Indonesia menjadi Rp 1.299,5 triliun. Namun demikian, tambahan utang baru dimasa Gus Dur dan Megawati terbilang sedikit, tidak terlalu besar.
SBY adalah si Raja Utang yang sebenarnya. 10 tahun masa pemerintahannya, utang Indonesia semakin menggunung. Tapi apa hasil pembangunan yang sudah dia lakukan? Pernahkan Anda mempertanyakan itu semau? Tidak!
Lalu kenapa sekarang Anda ramai-ramai mempertanyakan utang yang dilakukan Jokowi? Padahal seluruh Indonesia dan dunia tahu dan melihat APA SAJA YANG SUDAH JOKOWI BANGUN UNTUK INDONESIA.
Ya, memang benar, utang Jokowi selama 3 tahun menyaingi utang SBY selama 5 tahun, tapi pembangunan yang dilakukan oleh Jokowi sangat melebihi dari pembangunan yang dilakukan 3 Presiden sebelumnya.
Tidakkan Anda ingin mengucapkan terima kasih? Atau Anda lebih senang hidup seperti kaum Amish di Amerika?
Ref. https://www.merdeka.com/uang/kebiasaan-mewariskan-utang-sejak-soekarno-hingga-sby.html