Indovoices.com- Kementerian Perindustrian (Kemenperin) berkomitmen untuk terus memacu pertumbuhan wirausaha muda dalam sektor industri kreatif di Tanah Air. Salah satu upaya yang dilakukan adalah pelaksanaan kegiatan inkubator bisnis kreatif dengan target generasi muda yang berusia di bawah 28 tahun dengan fokus di sektor industri kriya dan fesyen.
“Upaya tersebut juga merupakan bagian dari sasaran pemerintah untuk semakin mendorong peningkatan ekspor, sekaligus agar sektor industri kreatif mampu memberikan kontribusi positif terhadap perekonomian nasional serta membawa efek ganda bagi pertumbuhan ekonomi kreatif,” kata Direktur Jenderal (Dirjen) Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin, Gati Wibawaningsih di Jakarta.
Gati mengungkapkan, guna meningkatkan jumlah wirausaha muda dalam industri kreatif, Direktorat Jenderal (Ditjen) IKMA Kemenperin melakukan kegiatan Creative Business Incubator – Bali Creative Industry Center (CBI – BCIC) Batch I Tahun 2019 yang telah dibuka di Kampus Universitas Prasetya Mulya, Jakarta.
Rekrutmen peserta CBI – BCIC telah dilaksanakan secara terbuka melalui media sosial dan kegiatan Creative Talk yang diselenggarakan di Yogyakarta, Bandung, Surabaya dan Bali. Jumlah pendaftar CBI – BCIC Batch I Tahun 2019 mencapai 840 orang, yang kemudian diseleksi menjadi 30 peserta terpilih. Kegiatan ini berlangsung mulai tanggal 17 September hingga 5 November 2019 di Jakarta.
“Melalui program tersebut, para pelaku IKM kreatif pemula bidang kriya dan fesyen akan diberikan pelatihan dan pendampingan untuk mengembangkan bisnis atau scalling-up. Tahapan ini cukup krusial mengingat banyak pelaku usaha kreatif pemula yang sudah mampu menjalankan usahanya namun mengalami kendala ketika akan meningkatkan kapasitas usahanya,” ungkap Gati.
Dalam pelaksanaan Creative Business Incubator tahun ini, Ditjen IKMA berkolaborasi dengan beberapa universitas di Tanah Air, di antaranya Sekolah Bisnis dan Ekonomi Universitas Prasetya Mulya. “Kami juga akan bekerjasama dengan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada (UGM) yang selama ini juga aktif membina wirausaha muda kreatif melalui Fisipol Creative Hub dan Akademi Kewirausahaan Masyarakat,” jelasnya.
Gati menuturkan, melalui kerja sama dengan perguruan tinggi, diharapkan anak-anak muda yang memiliki kreativitas tinggi itu diharapkan tidak hanya pandai berbisnis, namun juga memiliki kepekaan sosial untuk membantu sesama. “Kerja sama dengan perguruan tinggi ini dilaksanakan sebagai bentuk sinergi antara pemerintah, akademisi dan pelaku industri,” imbuhnya.
Gati menegaskan, selain inkubator bisnis kreatif, kolaborasi dengan Universitas Prasetya Mulya dan Fisipol UGM juga dilaksanakan melalui program Design Lab yang merupakan kolaborasi antara desainer dan sentra Industri Kecil dan Menengah (IKM). Program ini bertujuan juga untuk membangun ekosistem industri di Sentra IKM, meningkatkan nilai tambah bisnis berbasis pasar (market based) dan mendukung pengembangan pariwisata.
“Hal ini sejalan dengan visi Bapak Presiden Joko Widodo untuk menghubungkan pembangunan infrastruktur yang sudah dilakukan dengan kawasan industri rakyat, ekonomi khusus dan pariwisata,” tegasnya.
Dirjen IKMA menambahkan, Survei Khusus Ekonomi Kreatif (SKEK) 2016 yang dilaksanakan oleh Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) dan Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa kontribusi ekspor ekonomi kreatif terbesar berasal dari sub-sektor fesyen sebesar 56,27%, kemudian diikuti oleh sub-sektor kriya sebesar 37,52% dari total ekspor ekonomi kreatif Indonesia.
Merujuk pada data tersebut, Gati menargetkan kegiatan Creative Business Incubator-Bali Creative Industry Center (CBI-BCIC) Batch I Tahun 2019 akan mampu terus mendongkrak kontribusi ekspor sektor kreatif terhadap ekspor nasional. (antara)