Terjadinya ledakan bom di Sibolga yang menewaskan terduga teroris, hanya berjarak 300 meter dari Pelabuhan Sibolga yang akan diresmikan. Namun kejadian itu tidak menyurutkan langkah Presiden Joko Widodo untuk berkunjung ke Sumatera Utara pekan ini. Presiden yang biasa dipanggil dengan sebutan Jokowi ini diagendakan berada di Sumut dari tanggal 15 hingga 17 Maret 2019.
Berbagai kegiatan pun telah disiapkan untuk menyambut kedatangan orang nomor satu di Indonesia tersebut. Dua diantaranya adalah peresmian Pelabuhan Sibolga yang akan dilaksanakan tanggal 17 Maret 2019 dan Pelabuhan Kuala Tanjung, 16 Maret 2019.
Pelabuhan Sibolga sendiri, telah selesai direnovasi selama tiga tahun oleh operator pelabuhan milik negara Pelindo I. Pasca renovasi, pelabuhan Sibolga diperkirakan akan mengalami peningkatan aktivitas.
Kegiatan renovasinya meliputi pembangunan baru dermaga multi-purpose sepanjang 153 meter dan halaman kontainer. Dermaga dan struktur dolphin juga ikut diubah, sementara crane tetap telah dipasang untuk menata kembali terminal penumpang dan perluasan dermaga feri seluas 400 meter persegi.
Ekspansi pelabuhan Sibolga merupakan bagian dari upaya pemerintah pusat guna mengembangkan daerah di luar Jawa dengan meningkatkan infrastruktur. Apalagi Presiden Jokowi sebelumnya pernah menekankan pentingnya pelabuhan mengingat kenyataan dua pertiga wilayah Indonesia adalah air.
Dengan adanya Pelabuhan Sibolga yang terhubung dengan Pelabuhan Gunung Sitoli di Pulau Nias, memungkinkan orang untuk bepergian dan barang-barang untuk diangkut antara daratan Sumatra dan pulau tetangga.
Pelabuhan Sibolga adalah salah satu dari tiga pelabuhan di Sumatera Utara bersama dengan Pelabuhan Belawan di ibu kota provinsi, Medan, dan Kuala Tanjung. Pelabuhan di Kabupaten Batubara, keduanya terletak di pantai timur provinsi.
Dengan rampungnya pengembangan tersebut, kinerja pelayanan kepelabuhanan di Pelabuhan Sibolga terus menunjukkan peningkatan baik dari segi kualitas maupun kuantitas.
Beberapa kelebihan Pelabuhan Sibolga setelah renovasi adalah:
1. Dengan panjang dermaga multipurpose yang mencapai 153 meter, Pelabuhan Sibolga mampu disandari empat kapal sekaligus dalam satu waktu.
2. Guna menunjang kegiatan bongkar muat, Pelabuhan Sibolga juga didukung dengan peralatan bongkar muat berupa satu unit fix crane
3. Renovasi tersebut bukan hanya mampu mengubah Pelabuhan Sibolga menjadi pelabuhan yang mengusung konsep modern, namun juga tetap kental dengan sentuhan etnik.
4. Pelabuhan Sibolga sekaligus menjadi ikon baru Sibolga serta menjadi pintu gerbang dalam mendukung peningkatan potensi sektor kepariwisataan terutama di Kota Sibolga, Kabupaten Tapanuli Tengah, Nias dan sekitarnya.
Lalu bagaimana dengan Pelabuhan Kuala Tanjung yang memiliki nama resmi Pelabuhan Kuala Tanjung Multipurpose Terminal (KTMT) itu sendiri?
Pelabuhan Kuala Tanjung yang akan diresmikan hari ini, tanggal 16 Maret 2019. Memiliki berbagai kelebihan dan fasilitas yang jauh lebih canggih dibandingkan pelabuhan Belawan karena dipersiapkan untuk menyaingi pelabuhan Singapura.
Pelabuhan Kuala Tanjung dianggap memiliki peran sangat strategis bagi perekonomian Indonesia kedepannya. Melalui Pelabuhan Kuala Tanjung inilah diharapkan dapat menjadi hub internasional dan memangkas ongkos logistik karena tidak memerlukan transit ke negara tetangga seperti Singapura.
Pelabuhan Kuala Tanjung merupakan satu diantara dua pelabuhan hub Internasional yang dimiliki oleh Indonesia saat ini selain pelabuhan Tanjung Priok.
Bila selama ini transhipment (bongkar muat) kapal dari Indonesia dilakukan di negara tetangga Singapura dan Malaysia. Dengan adanya Pelabuhan Kuala Tanjung, maka kapal-kapal peti kemas dari Indonesia sudah bisa berangkat dari Pelabuhan Kuala Tanjung langsung ke China maupun Amerika tanpa harus ke negara tetangga lagi. Hal ini mengingat Pelabuhan Kuala Tanjung sendiri memiliki dua fungsi. Pertama, sebagai pusat alih muatan kapal (transhipment) dan yang kedua, sebagai pelabuhan industri Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).
Dengan beroperasinya Pelabuhan Kuala Tanjung, Indonesia ingin mengurangi pengaruh pelabuhan Singapura yang selama ini mendominasi bisnis ekspor impor dan bisnis perkapalan serta pelabuhan di Selat Malaka.
Hal ini sangat memungkinkan, mengingat pelabuhan Kuala Tanjung dilengkapi fasilitas yang cukup mutakhir sehingga mampu meningkatkan efisiensi waktu pengiriman dan biaya logistik. Sebagai contoh, bila ekspor dilakukan langsung melalui pelabuhan Kuala Tanjung, maka diperkirakan Indonesia dapat menghemat US$ 300 per TEUs karena tidak perlu membayar feeder atau biaya transit lagi.
TEUs (twenty-foot equivalent unit) adalah istilah satuan kapasitas kargo yang tidak pasti yang mana sering digunakan untuk mendeskripsikan kapasitas kapal peti kemas dan terminal peti kemas. Satuan ini didasarkan pada volume peti kemas berukuran 20-kaki-long (6,1 m).
Selain itu dari sisi waktu juga akan lebih singkat Contohnya, pengapalan ke Shanghai bila dikapalkan dari Pelabuhan Belawan paling cepat memakan waktu 12 hari. Tetapi, jika dilakukan dari Kuala Tanjung, waktu yang diperlukan hanya sekitar delapan hari.
Pembangunan Pelabuhan Kuala Tanjung belumlah selesai. Setidaknya masih ada tahap kedua, dimana pelabuhan tersebut akan diintegrasikan dengan kawasan industri seluas 3.000 hektare.
Lalu, tahap ketiga berupa pengembangan dedicated/hub port (2019-2021) dan tahap keempat merupakan pengembangan kawasan industri terintegrasi (2021-2023).
Saat selesai secara keseluruhan nanti, pelabuhan yang dibangun dengan total biaya Rp 43 triliun ini. Diproyeksikan akan menjadi pelabuhan terbesar di wilayah barat Indonesia, dengan kapasitas 20 juta TEUs yang akan ditingkatkan secara bertahap hingga 2023 mendatang.
Secara umum, Sumatera Utara mengalami pembangunan yang massif dan pesat di masa empat tahun pemerintahan Jokowi. Kita tidak hanya berbicara soal Pelabuhan Sibolga atau Pelabuhan Kuala Tanjung saja. Kita berbicara soal pembangunan jalan tol, jalur kereta api, bandara, proyek pipa gas, bendungan, Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM), pengembangan daerah Pariwisata Danau Toba dan sebagainya yang mencakup berbagai daerah di seluruh Sumatera Utara.
Termasuk hingga ke kota Binjai, kota kecil tempat saya pernah bersekolah pun tak luput mendapat imbas pembangunan. Hal ini ditandai dengan dibangunnya jalan tol Medan-Binjai serta penyelesaian jalur KA Binjai-Besitang sebagai salah satu akses mobilitas ekonomi menuju Aceh sepanjang 78,4 Km yang sedang dikerjakan.
Memang benar, tidak semua perencanaan tersebut berasal dari era Jokowi, sebagian ada yang sudah dicanangkan oleh pemerintah sebelumnya. Ambil salah satu contoh saja soal pelabuhan Kuala Tanjung yang sudah direncanakan dan dibangun belasan tahun yang lalu, namun sayangnya jalan di tempat dan tak kunjung selesai.
Sebagian proyek lainnya malah hanya teori indah di atas kertas yang tak kunjung dieksekusi oleh pemerintah sebelumnya. Hanya Jokowi yang berani mempercepat dan mengeksekusi teori di atas kertas tersebut menjadi hasil nyata yang dapat dinikmati oleh kita semua.
Trailer Indahnya Pelabuhan Sibolga
https://youtu.be/cIorS9dYldI