“Adik-adik mahasiswa saat ini adalah mereka yang akan mengisi pembangunan mulai sekarang hingga periode tahun 2030, bahkan 2045. Jadi, harus optimistis untuk lebih kreatif dan inovatif,” kata Menperin ketika memberikan kuliah umum di Universitas HKBP Nommensen (UHN), Medan, Senin (11/12).
Di hadapan lebih dari 600 mahasiswa lintas fakultas UHN, Airlangga menyampaikan paparan mengenai peningkatan daya saing Indonesia melalui penerapan revolusi industri 4.0. “Kunci implementasi industri 4.0, salah satunya adalah ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang kompeten. Inilah yang menjadi kekuatan bagi Indonesia dibanding negara lain,” tuturnya.
Untuk itu, pada tahun depan, pemerintah semakin gencar melaksanakan berbagai program dalam upaya pengembangan kualitas SDM yang dapat memenuhi kebutuhan pasar kerja saat ini. Apalagi, Indonesia tengah menikmati masa bonus demografi atau dominasi penduduk berusia produktif hingga 15 tahun ke depan.
“Berdasarkan pengalaman negara lain seperti Jepang, China, Singapura, dan Thailand, ketika mereka berada pada masa bonus demografi, pertumbuhan ekonominya tinggi. Nah, inilah yang bisa menjadi kesempatan bagi Indonesia dengan potensi populasi tenaga kerja sekarang,” paparnya.
Oleh karena itu, pemerintah telah meluncurkan peta jalan Making Indonesia 4.0 sebagai kesiapan untuk memasuki era revolusi industri 4.0. Melalui beberapa langkah strategis, diyakini dapat merebut peluang dari efek ekonomi digital. “Kalau pembangunan tanpa ekonomi digital, pertumbuhan hanya 5 persen. Bagi Indonesia, ingin meningkatkan dengan penambahan lapangan kerja atau job creation,” imbuhnya.
Dalam aspirasi besar Making Indonesia 4.0 adalah menjadikan Indonesia masuk jajaran 10 negara yang memiliki perekonomian terkuat di dunia pada tahun 2030. “Dengan revolusi industri 4.0, peningkatan terhadap PDB riil bisa tumbuh 1-2 persen, penambahan hingga 10 juta lapangan kerja, dan kontribusi manufaktur terhadap PDB sebesar 25 persen sampai tahun 2030,” sebut Airlangga.
Pada sesi tanya jawab, Lisbeth yang mewakili Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UHN mengajukan pertanyaan kepada Menperin mengenai langkah yang perlu dipersiapkan seorang mahasiswa setelah lulus agar mampu menghadapi era industri 4.0. “Jadi, apa yang harus kami lakukan agar bisa menjawab tantangan dan mengambil peluang di era tersebut?”
Menperin menjelaskan, generasi milenial perlu mempelajari basis pendidikan yang dibutuhkan pada era ekonomi digital, seperti koding, statistika dan Bahasa Inggris. “Maka itu kami tengah mendorong bidang Science, Technology, Engineering, Arts, dan Mathematics (STEAM) menjadi mainstream kembali pada basis pendidikan kita,” tegasnya.
Di samping itu, Sitompul dari Fakultas Hukum UHN, menanyakan tentang program prioritas yang sedang dijalankan pemerintah dalam upaya memasuki era industri 4.0. “Di dalam Making Indonesia 4.0, ada 10 prioritas nasional yang telah ditetapkan,” jawab Airlangga.
Kesepuluh langkah prioritas nasional tersebut, yaitu perbaikan alur aliran material, mendesain ulang zona industri, mengakomodasi standar sustainability, pemberdayaan UMKM, membangun infrastruktur digital nasional, menarik investasi asing, peningkatan kualitas SDM, pembentukan ekosistem inovasi, menerapkan insentif investasi teknologi, serta harmonisasi aturan dan kebijakan.
Rektor UHN Sabam Malau mengemukakan, pihaknya telah berupaya mengubah mindset atau pola pikir anak didiknya agar siap bersaing di zaman globalisasi. Hal ini sesuai tagline kampus: “Nommensen Goes International”. “Contohnya, kami menerapkan semua mahasiswa wajib belajar Bahasa Mandarin. Selain itu, kami ingin mereka tidak hanya mencari pekerjaan, tetapi bisa menciptakan pekerjaan,” ujarnya.
RI Semakin Kompetitif
Pada kesempatan yang sama, Menperin pun menyampaikan, Indonesia saat ini semakin kompetitif di kancah internasional. Daya saing itu ditunjukkan dari berbagai capaian selama empat tahun terakhir.
“Selama empat tahun terakhir ini, stabilitas ekonomi sangat terasa. Pertumbuhan ekonomi rata-rata masih di atas 5 persen, lebih tinggi dibanding petumbuhan ekonomi dunia sekitar 3 persen,” ungkapnya.
Lebih lanjut, di sisi inflasi, Pemerintahan Jokowi-JK berhasil menekan di angka 3 persen. Berbeda dengan sebelumnya sebesar 8 persen. “Dengan inflasi rendah, maka harga barang tetap rendah. Termasuk juga harga sembako dan yang lain tetap terjaga,” ujar Airlangga.
Di samping itu, tingkat kemiskinan di Indonesia terus turun. Pada Maret 2018, di angka 9,82 persen. Ini adalah kali pertama pemerintah bisa menekan angka kemiskinan di bawah 10 persen. Sedangkan, tingkat pengangguran juga terus turun, pada Februari 2018 berada di posisi 5,13 persen.
Airlangga mengakui, pemerintahan di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo, gencar membangun infrastruktur. Upaya ini untuk meningkatkan konektivitas dan mempermudah mobilitas bagi masyarakat dan pelaku usaha. Adapun sumber dana pembangunan itu antara lain dari pengalihan anggaran subsidi energi sebesar Rp200 triliun.
Realisasi infrastruktur itu meliputi jalur kereta api sepanjang 755 Km, jalan 3.432 Km, jalan tol 941 Km. dan jembatan 39,8 Km. Selain itu, dibangun 10 bandara baru dan 408 bandara sedang dalam tahap pengembangan. Kemudian ada 19 pelabuhan baru yang juga telah dibangun.
“Capaian itu membuat daya saing Indonesia semakin meningkat. Bahkan saat ini, dalam peringkat Global Competitiveness Index yang sudah memasukkan indeks industri 4.0, posisi kita naik dari ke-47 di tahun 2017 menjadi ke-45 tahun 2018,” paparnya.
Menperin menegaskan, pemerintah semakin fokus dalam membangun industrialisasi dan menjalankan hilirisasi guna mengakselerasi pertumbuhan ekonomi nasional. Langkah ini sejalan dengan implementasi Making Indonesia 4.0. “Penerapan Making Indonesia 4.0 telah dijadikan agenda nasional,” tandasnya.
Adapun lima sektor manufaktur yang mendapat prioritas pengembangan untuk menjadi pionir dalam penerapan industri 4.0, yaitu industri makanan dan minuman, tekstil dan pakaian, otomotif, kimia, dan elektronika. Pemerintah pun menargetkan produk domestik bruto per kapita dapat tumbuh tujuh kali lipat, dari USD3.800 pada 2017 menjadi USD23.100 di 2045 dengan didorong kinerja sektor manufaktur.