“Hari ini kita semua menyaksikan hasil dari komitmen dan keseriusan Koperasi Batur Jaya yang telah melakukan banyak perubahan untuk pengembangan usaha sehingga mampu memasuki rantai pasok industri otomotif,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto pada ‘Kick-Off IKM dalam Supply Chain Industri Otomotif’ di Klaten, Jawa Tengah, Jumat (22/3).
Sejak Januari 2019, KBJ berhasil memproduksi sebanyak 200 buah cylinder sleeve per bulan dan mengirimkannya kepada PT TPR Indonesia selaku pemasok lapis 2 PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN). Cylinder sleeve ini dipergunakan oleh PT TPR Indonesia sebagai alat bantu dalam memproduksi piston ring untuk TMMIN.
Menperin pun menyampaikan, keberhasilan tersebut tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak, khususnya PT TMMIN yang telah memberikan asistensi kepada KBJ. Selain berkonsentrasi pada pendampingan terhadap KBJ, TMMIN turut mendonasikan lima mesin produksi berupa mesin Spectrometer, Core Making, Moulding, Small NC Milling, dan Small Milling 2 kepada KBJ.
“Keberhasilan ini menunjukkan bahwa dengan perencanaan yang baik diikuti dengan pelatihan dan pendampingan dengan metode yang tepat selama kurang lebih dua tahun, IKM yang tergabung dalam KBJ mampu masuk ke area yang membutuhkan persyaratan tinggi mulai dari sisi kualitas, produktivitas, teknologi hingga kontinuitas suplai,” paparnya.
IKM logam yang berada di sentra Ceper ini memiliki 300 pelaku usaha, yang setengahnya atau 150 IKM merupakan anggota KBJ. “Dari klaster logam di sini, seluruhnya ada 4000 tenaga kerja, dan tentunya ini menjadi bagian yang penting dari pengembangan IKM. Untuk itu, kami berterima kasih kepada Toyota yang sudah secara intensif ngopeni Koperasi Batur Jaya,” imbuhnya.
Menperin menambahkan, kemitraan ini juga merupakan langkah strategis untuk merevitalisasi terhadap fasilitas produksi di KBJ. “Dua setengah tahun lalu saya ke sini dan sudah tiga kali ke sini, progresnya saya lihat terus dan hari ini saya lihat sudah matang perubahannya dan sudah siap menerima order baik itu dari Toyota maupun dari lainnya seperti Panasonic,” ujarnya.
Menurut Airlangga, di KBJ sudah terjadi transformasi pada sistem produksi sehingga sudah mampu mengikuti permintaan manufaktur skala besar dengan baik dan benar. “Jadi, sudah memiliki daya saing dan sudah masuk dalam ekosistem Toyota, yang diharapkan pula volume dari KBJ lebih meningkat,” lanjutnya.
Apresiasi ke TMMIN
Untuk itu, Airlangga menyampaikan apresiasi dan penghargaan kepada PT TMMIN atas dukungannya dalam penguatan dan kemajuan IKM otomotif di Indonesia. “Capaian ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi kemajuan sentra-sentra IKM logam potensial lainnya,” ujarnya.
Dalam upaya menjalin kemitraan antara IKM dengan pemasok Agen Pemegang Merek (APM), diperlukan ketersediaan sumber daya manusia (SDM) terampil, teknologi mesin dan peralatan, teknis produksi, serta bahan baku. Guna memenuhi kebutuhan tersebut, Kemenperin akan memfokuskan pengembangan sentra logam di Indonesia, antara lain di Ceper, Tegal, Yogyakarta, Sukabumi, Purbalingga, Semarang, Pasuruan, Sidoarjo, Sukabumi, dan Jabodetabek.
“Sentra-sentra tersebut ke depan juga diarahkan menjadi pusat logistik, pusat bahan baku (material center) dan R&D bagi IKM di sekitarnya,” tutur Menperin. Kemenperin juga berupaya meningkatkan kemampuan teknis produksi sehingga mampu membuat produk komponen otomotif yang presisi, melalui proses pencampuran bahan baku yang tepat, penerapan teknologi mesin dan peralatan, serta kontrol kualitas.
“Dengan demikian, IKM kita diharapkan mampu memperluas jaringan pasar, melakukan diversifikasi produk, menjalin kemitraan dengan industri besar dan meningkatkan ekspor,” sebutnya. Menperin berharap,IKM di Ceper khususnya pada anggota KBJ terus meningkatkan dan mengoptimalkan seluruh bantuan dan pendampingan yang telah diberikan.
“Kami optimistis dengan dukungan seluruh stakeholder serta dengan motivasi yang kuat dan usaha yang konsisten, IKM di Ceper dapat menjadi bagian rantai pasok industri otomotif nasional,” imbuhnya.
Kemenperin mencatat, pada tahun 2018, sektor alat angkutan memberikan kontribusi sebesar 1,86 persen terhadap PDB nasional. Di periode yang sama, produksi kendaraan roda empat atau lebih mencapai angka 1,34 juta unit dan total penjualan di dalam negeri sebesar 1,15 juta unit.
“Dengan nantinya produksi industri otomotif dalam negeri sebesar 2,2 juta unit, IKM logam akan memiliki kesempatan lebih besar untuk dapat masuk dan berkontribusi dalam rantai pasok industri otomotif nasional,” ujar Menperin.
Presiden Direktur TMMIN Warih Andang Tjahjono menyampaikan, akselerasi KBJ menjadi pemasok industri otomotif berstandar global bukan melalui perjalanan mudah. Pelatihan dan pendampingan dengan metode yang tepat, rekonstruksi ulang dengan standardisasi Toyota, dan bantuan mesin produksi, nyatanya dapat membantu KBJ mampu memenuhi persyaratan tinggi dari sisi kualitas, produktivitas, teknologi, dan kontinuitas suplai.
“Proses yang tidak instan dan kerja keras yang konsisten antara TMMIN dan pihak Koperasi Batur Jaya, menunjukkan semangat pantang menyerah dari IKM otomotif di Indonesia,” ujarnya. Lebih lanjut, industri otomotif yang kompetitif perlu membutuhkan rantai pasok yang kuat, karenanya TMMIN ingin berkontribusi nyata di antaranya melalui pengembangan IKM otomotif.
“SDM berkualitas menjadi kunci utama keberhasilan pengembangan IKM. Untuk itu, kami juga memberi perhatian khusus pada program-program pengembangan SDM dengan mendukung sekolah-sekolah vokasi baik di Ceper maupun di tingkat nasional melalui program pendidikan vokasi dari Kemenperin,” paparnya.
Pengembangan IKM logam
Pada kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin Gati Wibawaningsih mengemukakan, kegiatan ‘Kick-Off IKM dalam Supply Chain Industri Otomotif’ diselenggarakan dalam rangka Program Pengembangan IKM logam untuk meningkatkan kontribusi IKM dalam rantai pasok industri otomotif nasional, dengan fokus pertama di Koperasi Batur Jaya, Ceper, Klaten.
Kerja sama antara KBJ dan PT TMMIN yang dilaksanakan sejak akhir 2016, bertujuan agar IKM dapat melakukan pengembangan bisnis melalui program kemitraan dengan industri besar berupa asistensi dan pendampingan dari PT. TMMIN, baik di sisi produksi maupun manajemen.
“Selain itu, IKM juga mampu melakukan diversifikasi produk logam dengan memproduksi komponen otomotif untuk supplier PT TMMIN sehingga dapat meningkatkan peran dan kontribusinya dalam rantai pasok industri otomotif nasional,” ungkap Gati.
Adapun program pengembangan dan peningkatan kemampuan teknis IKM komponen otomotif di Ceper, Klaten, yakni pengembangan Promosi dan Uji Coba Pasar IKM melalui keikutsertaan dalam pameran (INAmarine) dan keikustertaan dalam program link and match IKM komponen otomotif dengan industri besar.
Selain itu, pengembangan SDM IKM melalui bimbingan teknis pembuatan blok rem komposit, serta bimbingan teknis diversifikasi produk ferro dan non ferro. Terakhir, penyusunan program pengembangan bagi IKM Ceper melalui kegiatan FGD Sinergi Membangun IKM Logam Ceper.
Gati berharap, kerja sama tersebut mampu membuka akses informasi mengenai kebutuhan teknologi dan kompetensi SDM, serta peluang pasar. Selain itu, dapat menjadi semangat baru bagi IKM dalam melakukan perbaikan dan pengembangan untuk pengingkatan daya saing produk, serta terjalinnya kemitraan yang saling menguntungkan antara IKM dengan supplier PT TMMIN.
“Kami berharap acara ini dapat menjadi langkah nyata dan bentuk keseriusan para pihak untuk kemajuan IKM dalam membangun industri otomotif di Indonesia,” pungkasnya.