JAKARTA, KOMPAS.com – Harga beras di 24 kota naik meskipun saat ini telah masuk musim panen raya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), kenaikan harga beras di 24 kota bervariasi dari 0,01 persen di Singaraja, Bali hingga yang tertinggi 7,12 persen di Watampone, Sulawesi Selatan.
Normalnya, ketika panen raya, harga beras akan turun karena pasokan beras lebih tinggi ketimbang permintaan.
Kendati demikian, secara umum di Indonesia, lebih banyak kota yang harga berasnya turun, yakni 48 kota dari total kota yang dilihat Indeks Harga Konsumennya (Kota IHK).
Sementara itu harga beras di 10 kota tidak mengalami perubahan, atau tetap.
Kepala BPS Suryamin menuturkan, panen raya tidak serta merta membuat penurunan harga beras di 82 kota IHK.
Sebab, saat ini hanya ada 12 sentra produksi beras nasional, yang tersebar di Jawa, Sumatera, dan Sulawesi.
“Di luar daerah itu, pasokannya disuplai oleh provinsi yang menghasilkan beras yang banyak itu,” tutur Suryamin di Jakarta, Jumat (1/4/2016).
“Sekarang tinggal bagaimana mengatur distribusinya,” sambung dia.
Lebih lanjut Suryamin menerangkan, pembangunan enam tol laut yang dicanangkan pemerintah diharapkan dapat memperlancar distribusi barang-barang kebutuhan pokok.
“Artinya bahwa distribusi dari sentra produksi itu juga harus diperhatikan. Supaya, kota-kota yang tidak mempunyai sawah yang luas, yang bukan sentra produksi, juga bisa terkendali harga berasnya,” ucap Suryamin.
Saat ini dari enam jalur tol laut, baru empat yang beroperasi yaitu Tanjung Priok-Natuna, Tanjung Perak-Merauke, Tanjung Perak-Waingapu, serta Tanjung Perak-Timika.
Sedangkan yang masih dalam proses adalah jalur Tanjung Priok-Biak dan Makasar-Ternate-Bacan.
BPS mencatat, dampak beroperasinya empat jalur tol laut cukup signifikan.
Barang yang diangkut kapal selama Januari-Februari 2016 mengalami kenaikan 9 persen dibanding periode sama 2015.